Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laut di Musim Ilalang

28 Januari 2018   14:10 Diperbarui: 28 Januari 2018   14:15 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Fera, kamu pernah jatuh cinta? Cinta pertama? Bagaimana rasanya? Pasti sama seperti yang aku rasakan! Iya kan?" kataku sedikit emosi.

"Sudahlah Nadine, kita pulang." kata Fera. Aku menurut. Lalu Fera dan aku bergandengan tangan. Menuju pulang ke rumah, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari tepi laut.

Seseorang memanggil.

"Nadiine...tunggu...!" Aku terkaget. Wajahku pias. Butuh waktu beberapa detik lamanya untuk kembali normal.

Alfin! Ya, kamu Alfin! Sontak wajahku berubah cerah. Ceria seperti pagi hari yang masih dingin dengan kicauan burung liar di atas pohon. Manis sekali. Aku memandang Fera lalu mengatakan, "Nah, Fer, apa kubilang. Alfin datang memenuhi janjinya."

"Ya sudah sana, temui dia. Aku tunggu di sini, dibawah pohon sini. Pesanku, jangan lama-lama,"

"Makasih Fera, kau memang temanku yang baik." kataku dengan hati ringan.

Dengan penuh semangat aku menemuimu, sambil tersenyum manis berbunga-bunga. Seperti hatiku, penuh bunga waru warna pink yang merekah.

***

"Nadine, Nadine, bangun..." Aroma bau-bauan menyengat menempel di hidungku. Aku mengeleng-gelengkan kepala, menghidar bau menyengat itu. Aku seperti mengenal suara itu. Hei, bukankah itu suara ibu?

"Nadine, syukurlah kamu sudah bangun. Kamu tadi pingsan, lama sekali. Aku hampir saja cemas. Kamu terpeleset saat mendaki gunung karang di tepi pantai. Fera yang membawamu kemari dibantu orang-orang pantai. Hidungmu agak berdarah. Tapi kata dokter tak apa-apa," kata ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun