"Fera, kamu pernah jatuh cinta? Cinta pertama? Bagaimana rasanya? Pasti sama seperti yang aku rasakan! Iya kan?" kataku sedikit emosi.
"Sudahlah Nadine, kita pulang." kata Fera. Aku menurut. Lalu Fera dan aku bergandengan tangan. Menuju pulang ke rumah, yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari tepi laut.
Seseorang memanggil.
"Nadiine...tunggu...!" Aku terkaget. Wajahku pias. Butuh waktu beberapa detik lamanya untuk kembali normal.
Alfin! Ya, kamu Alfin! Sontak wajahku berubah cerah. Ceria seperti pagi hari yang masih dingin dengan kicauan burung liar di atas pohon. Manis sekali. Aku memandang Fera lalu mengatakan, "Nah, Fer, apa kubilang. Alfin datang memenuhi janjinya."
"Ya sudah sana, temui dia. Aku tunggu di sini, dibawah pohon sini. Pesanku, jangan lama-lama,"
"Makasih Fera, kau memang temanku yang baik." kataku dengan hati ringan.
Dengan penuh semangat aku menemuimu, sambil tersenyum manis berbunga-bunga. Seperti hatiku, penuh bunga waru warna pink yang merekah.
***
"Nadine, Nadine, bangun..." Aroma bau-bauan menyengat menempel di hidungku. Aku mengeleng-gelengkan kepala, menghidar bau menyengat itu. Aku seperti mengenal suara itu. Hei, bukankah itu suara ibu?
"Nadine, syukurlah kamu sudah bangun. Kamu tadi pingsan, lama sekali. Aku hampir saja cemas. Kamu terpeleset saat mendaki gunung karang di tepi pantai. Fera yang membawamu kemari dibantu orang-orang pantai. Hidungmu agak berdarah. Tapi kata dokter tak apa-apa," kata ibu.