Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ketika Kulihat Kau Semakin Tua

14 Januari 2018   07:40 Diperbarui: 22 Mei 2023   12:16 2064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Ketika siang belum lagi membubung, aku harus cepat-cepat pulang, ada sesuatu yang memanggilku agar aku cepat pulang. Kutitipkan semua pekerjaan pada Danu dan Kus, lalu aku segera pulang. Firasat itu memanggilku, ketika pagi tadi sorot matamu yang semakin sayu, meski kau berusaha menyembunyikannya, tapi aku tahu perubahannya.

Oh, Dayu, aku tiba-tiba ingin dekat denganmu.

Kukayuh sepeda tuaku secepat mungkin untuk bisa berjumpa denganmu. Semakin cepat dan cepat, ketika aku sampai rumah dan kuketuk pintu dengan nafas yang harus kuatur, aku merasakan sedikit sakit di bagian dada. Aku tak sabar untuk berjumpa dengan dirimu.

"Sayang, kaukah itu?" tanyamu pelan.

"Iya sayang, bagaimana keadaanmu? Entah sesuatu apa yang membawaku agar aku pulang lebih awal. Dayu, kau baik-baik saja kan?"

Aku tersentak, kau terbaring lemah di tempat tidur yang berseprai bersih. Kau lemas dan pandangan itu masih sayu. Batukmu semakin menjadi. Aku memelukmu erat. Pelukanmu lemah, tapi mengandung makna yang dalam.

"Laksono suamiku, masihkah kau mencintaiku, meski keadaanku lemah tak berdaya seperti ini?"

"Dayu istriku, mengapa kau menanyakan hal itu, kau tak perlu bertanya, tapi kau telah tahu jawabannya, tentu saja aku sangat mencintaimu, kau wanita paling sempurna untukku. Aku mencintaimu dulu dan sekarang, tak berkurang sedikitpun."

"Aku tak kuat lagi sayang, peluklah aku, jangan kau lepas, aku ingin tidur dipelukmu selamanya,"

Aku memelukmu erat, erat sekali, seakan tak pernah aku lepas. Sementara dadaku semakin terasa sakit. Kau tersenyum syahdu, sambil memejamkan mata. Tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun