"Harusnya kita saling bertukar nomor telepon. Aku kemarin sakit." Aku masih terdiam.
"Namaku Sena, kamu Lamira kan? Aku sudah tahu sejak dulu, sempat mencuri dengar saat temanmu menelpon dan memanggilmu Lamira." Aku masih terpaku.
"Lamira, aku tadi ke cafe, saat mobilmu tak belok. Kuikuti mobilmu, ternyata berhenti di sini. Aku sengaja mengamati dari jauh. Aku merasa bersalah. Entahlah, aku merasa kehilangan." Aku memandangmu, tajam. Mengapa berperasaan sama?Â
"Lamira? Kenapa memandangku seperti itu?"
"Tak papa, terusik ya?"Â
"Lamira, pipimu merah!" Aku tersipu malu.
"Jadi?" tanyamu.
"Apa?"Â
"Maukah kau menjadi bidadariku?"
Aku tersipu, terlalu cepat jika mengatakannya. Aku belum siap.
"Sena, aku baru tahu namamu, bahkan saat ini aku belum tahu nomer teleponmu, bagaimana bisa menjawab?"