Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mengalir Bagai Hujan

17 Oktober 2016   13:38 Diperbarui: 17 Oktober 2016   14:03 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Harusnya kita saling bertukar nomor telepon. Aku kemarin sakit." Aku masih terdiam.

"Namaku Sena, kamu Lamira kan? Aku sudah tahu sejak dulu, sempat mencuri dengar saat temanmu menelpon dan memanggilmu Lamira." Aku masih terpaku.

"Lamira, aku tadi ke cafe, saat mobilmu tak belok. Kuikuti mobilmu, ternyata berhenti di sini. Aku sengaja mengamati dari jauh. Aku merasa bersalah. Entahlah, aku merasa kehilangan." Aku memandangmu, tajam. Mengapa berperasaan sama? 

"Lamira? Kenapa memandangku seperti itu?"

"Tak papa, terusik ya?" 

"Lamira, pipimu merah!" Aku tersipu malu.

"Jadi?" tanyamu.

"Apa?" 

"Maukah kau menjadi bidadariku?"

Aku tersipu, terlalu cepat jika mengatakannya. Aku belum siap.

"Sena, aku baru tahu namamu, bahkan saat ini aku belum tahu nomer teleponmu, bagaimana bisa menjawab?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun