Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Aku di Sarang Penyamun

3 Januari 2016   11:06 Diperbarui: 3 Januari 2016   12:35 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nanies, bagian kamu adalah menjaga di dalam mobil. Nanti yang menyetir Bagas. Oya, sebelum kita terjun ke lapangan, ada baiknya kuperkenalkan diriku, namaku Johan, anggota ke 1 dan kamu Nanies anggota ke 11." Aku mengangguk tegas dan berkata, "Siiap..!!"

"Maaf pula Nanies, jika kemarin kami menghipnotis kamu, seolah-olah kamu tertelan Ipad, padahal kami menginginkan kamu masuk dalam kelompok ini. Kamu masuk dalam kriteria. Pandai beladiri, pemberani dan cerdas. Kami membutuhkan anggota perempuan, lalu Andara mengusulkan kamu masuk anggota," lanjut pak Johan. 

Aku hanya manggut-manggut. Ada sedikit rasa bangga karena aku bisa masuk dalam misi kelompok ini. Aku juga menjadi paham, ternyata toko material ini hanya semacam penyamaran, karena di belakang toko, terdapat ruangan besar, tempat markas kami berada. 

"Baik, kembali ke masalah pokok, saya akan menjelaskan, bahwa Banu ini penjahat ulung, masuk dalam DPO dan licin. Kita harus hati-hati bila tak ingin gagal. Target kita nanti adalah di seputaran pasar dan terminal, karena bisnis Banu adalah perdagangan manusia untuk dijadikan pengemis dan beberapa bisnis kotor. 

***

Lapangan.. 

Ketika tiba saatnya kami terjun ke lapangan, entah kenapa, tiba-tiba pak Johan menyuruh kami mundur. Padahal pasukan telah sampai di tempat yang dimaksud. 

"Semua pasukan mundur... Kembali ke markas! Terlalu riskan, pasukan Banu terlalu rapat!" perintah pak Johan lewat penghubung yang dipasang dekat telinga masing-masing anggota. Kami tidak ada berani yang melawan, akhirnya kembali ke markas, di belakang toko material. 

Semua pasukan telah kembali ke markas. Semua berwajah tegang. Lebih-lebih pak Johan, mukanya agak merah dan menahan sesuatu. 

"Terlalu riskan...terlalu riskan..," serunya. Ia seperti memutar otak, untuk mencari cara, bagaimana langkah selanjutnya. Langkah apa yang harus kami lakukan untuk menghadapi kelompok Banu. Tiba-tiba tak disangka, pak Johan seperti baru memperoleh ide cemerlang. Wajahnya tertuju padaku. Waduh, aku mulai curiga, jangan-jangan... Oh no, no,no, no.... 

"Nanies, misi kali ini harus bergantung padamu. Please, kamu gadis yang tangguh dan pemberani. Kamu pasti bisa!" 

"Maksud pak Johan, aku harus...." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun