Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Aku di Sarang Penyamun

3 Januari 2016   11:06 Diperbarui: 3 Januari 2016   12:35 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku kebingungan. Tempat macam apa ini, seperti ruang yang tersekat-sekat, anehnya tak ada satu orangpun berada di tempat ini. Aku sendiri, benar-benar sendiri. 

"Halooo...apa ada orang..." seruku.

Tak ada jawaban. Yang ada adalah suara gema dari teriakanku tadi. Aku penasaran, lalu meneruskan langkahku menelusuri lorong-lorong yang di kanan kirinya adalah semacam ruangan tertutup. 

Semakin jauh aku melangkah, masih tak ada siapapun. Ketika kira-kira aku berjalan sepuluh langkah, suara gaduh lamat-lamat aku dengar. Semakin lama semakin jelas suara itu. 

***

Aku mengendap-endap untuk mengintai pada sebuah ruangan yang agak luas, arah dari mana suara gaduh tadi berasal. Di ruangan itu, ternyata ada kurang lebih sepuluh orang laki-laki bermuka serius, seperti sedang membicarakan sesuatu, penting! 

Salah satu dari mereka, berperawakan tegap, rambut cepak seperti militer. Ia dominan dalam pembicaraan antar mereka. Kalau boleh aku menduga, mungkin ia adalah pemimpin mereka. Aku semakin penasaran, mencoba mendekat, hingga tak sengaja aku menyenggol kursi yang ada di sebelahku. Ups, kepalang basah, waduh, senggolan tadi menimbulkan bunyi! Sontak mengagetkan mereka yang berada di ruangan itu. Aku takut, hingga terdiam kaku. 

"Siapa itu....!" suara menggelegar dari arah depanku. Aku memejamkan mata, takut.

Lalu ada suara yang aku kenal, "Oh, dia Nanies pak, dia juga anggota dari kita. Jangan khawatir, dia bagian pencatatan dokumen. Maaf, dia datang terlambat." suara Andara! 

Hah? Apa? Andara? Aku tersentak kaget! Dia berada di tempat ini? Oh God, perkumpulan macam apa ini. 

"Psst.. Anda.. Kamu ngapain? Psst... Ndaa.." tanyaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun