Aku kebingungan. Tempat macam apa ini, seperti ruang yang tersekat-sekat, anehnya tak ada satu orangpun berada di tempat ini. Aku sendiri, benar-benar sendiri.Â
"Halooo...apa ada orang..." seruku.
Tak ada jawaban. Yang ada adalah suara gema dari teriakanku tadi. Aku penasaran, lalu meneruskan langkahku menelusuri lorong-lorong yang di kanan kirinya adalah semacam ruangan tertutup.Â
Semakin jauh aku melangkah, masih tak ada siapapun. Ketika kira-kira aku berjalan sepuluh langkah, suara gaduh lamat-lamat aku dengar. Semakin lama semakin jelas suara itu.Â
***
Aku mengendap-endap untuk mengintai pada sebuah ruangan yang agak luas, arah dari mana suara gaduh tadi berasal. Di ruangan itu, ternyata ada kurang lebih sepuluh orang laki-laki bermuka serius, seperti sedang membicarakan sesuatu, penting!Â
Salah satu dari mereka, berperawakan tegap, rambut cepak seperti militer. Ia dominan dalam pembicaraan antar mereka. Kalau boleh aku menduga, mungkin ia adalah pemimpin mereka. Aku semakin penasaran, mencoba mendekat, hingga tak sengaja aku menyenggol kursi yang ada di sebelahku. Ups, kepalang basah, waduh, senggolan tadi menimbulkan bunyi! Sontak mengagetkan mereka yang berada di ruangan itu. Aku takut, hingga terdiam kaku.Â
"Siapa itu....!" suara menggelegar dari arah depanku. Aku memejamkan mata, takut.
Lalu ada suara yang aku kenal, "Oh, dia Nanies pak, dia juga anggota dari kita. Jangan khawatir, dia bagian pencatatan dokumen. Maaf, dia datang terlambat." suara Andara!Â
Hah? Apa? Andara? Aku tersentak kaget! Dia berada di tempat ini? Oh God, perkumpulan macam apa ini.Â
"Psst.. Anda.. Kamu ngapain? Psst... Ndaa.." tanyaku.Â