Angel jaman saiki (Susah zaman sekarang).
Luru lanang sejati (Mencari lelaki sejati).
Sewu mung ana siji (Seribu yang ada hanya satu)
Kang siji wis duwe rabi (Itupun sudah punya istri)
Remang-remang sepanjang jalan pantura (Remang-remang sepanjang jalan pantura).
Gadis manis pada midang pinggir dalan (Gadis manis duduk santai di pinggir jalan).
Jare seneng bisa bantui ning wong tua (Katanya bahagia bisa membantu orang tua).
Kadang nangis urip mengkenen sampe kapan (Kadang menangis hidup begini sampai kapan).
Remang-Remang yang menjadi tembang yang disukai oleh Gus Dur, tentu bukan hanya soal genre musiknya, alunan dan melodi musiknya yang enak dan merakyat saja, tetapi juga syair lagunya yang begitu kuat dan paling tidak kita dapat mengkonfirmasi tentang komitmen dan kesungguhan, perjuangan dan pembelaan Gus Dur pada kaum dan rakyat yang terpinggirkan.
Siapa yang dapat meragukan kesetiaan dan pembelaan Gus Dur pada perjuangan keadilan, kesetaraan gender, pembelaan pada kaum perempuan dan anak-anak, perjuangan terhadap penegakan hukum dan hak asasi manusia dan demokrasi, kepedulian pada pengentasan kemiskinan, pemenuhan jaminan sosial dan hak-hak konstitusional warga bangsa, rakyat Indonesia.
Persentuhan saya yang intens dengan Gus Dur sebenarnya lebih didorong oleh sentuhan pada kesamaan visi kerakyatan, khusunya bagaimana melalui sahabat terbaik Gus Dur yang sekaligus menjadi penasehat urusan kesehatan Gus Dur yaitu Dr. Emir Soendoro, SpOT, yang dengan kebahagiaan dan keberuntungan saya menjadi bagian dari Tim yang di tahun 2009 semakin memperkuat tekad agar rakyat Indonesia memiliki jaminan sosial (social security), yang saat ini diimplementasikan melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.