Mohon tunggu...
Wahjuni Agustina
Wahjuni Agustina Mohon Tunggu... Guru - Dwija

Semua karena proses memaknai tentang ketulusan dan keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja, Hujan, dan Sebuah Kisah

12 November 2020   08:54 Diperbarui: 12 November 2020   08:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Eric membalasnya dengan emoticon tertawa.

Ya...akhirnya kembali  kebersamaan maya terajut tanpa bisa dicegah, meski tidak seintens dulu. Dan aku sangat menyadari hal itu, karena aku bukan prioritasnya lagi. Eric tidak bahagia dengan perjodohannya, sosok yang menjadi pendampingnya, tak sesuai ekspektasinya. Perselisihan terjadi hingga membuat rumah tangga serasa dalam sekam membara. Aku terus meyakinkan Eric, untuk kembali pada keluarga kecilnya namun selalu dijawab keraguan oleh Eric.

Surabaya, panas menyengat kulit saat aku melangkahkan kaki menyusuri  G Walk Citraland.

Brukkkk....ohh God ada sosok mungil yang terhuyung setelah menabrakku, ekspresi bersalahnya begitu lucu menggemaskan hingga  buatku ingin menggendong dan menciuminya.

 " Gibran.. owhh kamu disini ternyata"

Terdengar suara dan langkah mendekatiku dan anak kecil berumur 2 tahunan itu. Seorang laki-laki jangkung dengan tubuh proposional terbalut outerwear jeans denim dengan celana dan kaos item. Kaca mata hitamnya tergantung apik di hidung bangirnya.

"Daddy!" teriak sosok mungil itu.

        Dan aku masih terpaku di posisiku, aku hanya kawatir jika anak itu terluka setelah menabrakku. Kuperhatikan sosok itu mengacak rambut anak kecil itu. Meraih tangan mungil itu dan kemudian berbalik menatapku.

Dan opppssss...ku seperti begitu mengenal sosok yang berdiri di depanku...tapi tidak aku pasti salah. Apalagi kaca-mata itu tidak terlepas dari hidung bangirnya.

"Ehh...kamu tidak apa-apa sayang...maaf mungkin saya tadi terburu-buru sampai dia harus tertabrak!" Ujarku mencairkan suasana,  karena aku pun merasa tak enak hati. Sosok itu menarik kaca matanya dan dibiarkannya bertengger menghiasi rambut gaya brushed on top nya. Dan... Tuhan...serasa berhenti detak jantung ini, melihat sosok di depanku. Benarkah dia...atau hanya hayalku yang terlalu merinduinya.

" Anya...kamukah ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun