Mohon tunggu...
Wahjuni Agustina
Wahjuni Agustina Mohon Tunggu... Guru - Dwija

Semua karena proses memaknai tentang ketulusan dan keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja, Hujan, dan Sebuah Kisah

12 November 2020   08:54 Diperbarui: 12 November 2020   08:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Anya... aku harus bagaimana, ini pilihan yang sulit, dan tak pernah ku duga terjadi dalam kehidupanku yang berada di era Siti Nurbaya sudah tidak berkepang dua!'

Ulalaa... ku katupkan bibirku rapat, pikiran kritisku bergerak cepat meski kalimat kiasan yang Eric sodorkan untukku.

  "  Aku paham!" hanya satu frasa yang terucap nyaris tak terdengar.

" Anya...kamu masih mendengarku, maafkan aku Anya. Percayalah tak ada niatku mempermainkanmu meski kita tak pernah jumpa, aku tulus seperti awal kita jumpa meski hanya lewat barisan kata."

Aku masih terdiam. Pandangan terpaku pada jingga di atas bukit. Hampa bagai  langkah tak berjejak, jingga disana memudar terbawa rasa abstrak tak terlukis.

"Anya... jangan menghakimiku, semoga yang  terbaik juga buatmu."

Akhirnya...Tuhan... kuhembuskan keras bongkahan yang menyesakkan dada, nanar ku tatap burung -- burung yang nampak abu-abu diantara hadirnya senja, kepakkan sayap pulang menuju sarangnya. Kulukis wajahmu saat senja. Kupanggil lirih namamu ke ujung dunia. Pilu memeluk sukma seketika. Tiada yang menjawabku. 

Selain hatiku dan nyanyian ilalang di kesunyian. Ahhh....mengapa senja selalu selaras dengan perpisahan. Dan  senja terlalu buru-buru berlalu, padahal aku baru hendak mewarnai langit untukmu dengan warna-warna rinduku yang selalu biru, dan saat ini dengan tiba-tiba dipaksa membeku tanpa kuasaku. Dan aku pun mulai tak nyaman dengan senja. Kurasa kehadiranmu bagai jingga di kala senja, menyapaku dengan keindahan tapi berlalu menyisakan kegelapan.

        Hari berganti, bulan pun berlalu di antara kenangan  tanpa ada komunikasi lagi dengan Eric. Kontak whatsapp pun sepertinya sudah berganti, benar-benar terhapus jejak seolah aku tak pernah mengenalnya sebelumnya. Dua tahun berlalu aku mulai terbiasa tanpa sapanya, hingga malam itu kujumpai sapaan di direct messege Instagramku.

" Aku rindu Anya... rasa ini sulit untuk berubah dan aku sendiri pun tak tahu mengapa, semakin ingin melupakanmu semakin aku terjebak rindu yang menyakitkan."

" Ah...kamu terlalu berlebihan Ric, kita tak pernah bertemu, ada yang lebih nyata buatmu tapi bukan aku, dia yang di sampingmu yang bisa memandangmu dan menyentuhmu langsung. Dan tentu saja bisa lebih memahamimu. Aku hanya sebagian dari kisah maya yang bagai fantasi semu. Ric...kembalilah pada hidupmu saat ini jangan terus pada mimpi yang untuk mewujudkannya itu sungguh must

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun