Mohon tunggu...
Wahjuni Agustina
Wahjuni Agustina Mohon Tunggu... Guru - Dwija

Semua karena proses memaknai tentang ketulusan dan keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja, Hujan, dan Sebuah Kisah

12 November 2020   08:54 Diperbarui: 12 November 2020   08:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia membiusku dalam setiap rangkaian aksara yang tercipta  dan keluar dari bibirnya. Tatapannya seolah membuatku tenggelam dalam palung hati yang paling dalam hingga kutak kuasa berenang  mencapai permukaannya.  De javu, aku serasa menemukan sosok yang telah lama kurindu entah siapa,  kapan dan dimana. Ahhh... mungkin hanya halusinasiku yang tanpa ruang dan waktu , membawaku seolah pernahbersamanya. 

Aku cemburu, saat dia mengabaikanku, aku cemburu saat dia lebih akrab dengan sosok lainnya.  Kenapa harus seposesif ini, dia tak pernah aku kenal sebelumnya jauhhh sebelum moment ini mempertemukan. Entah... rasa apa ini, aku pun tak mampu mendefinisikannya.  

Hingga dari hari kehari aku selalu merindukannya.  Rindu yang membuatku candu akan kehadirannya. Aku jatuh cinta padamu tanpa pernah aku tahu,  kita tak pernah bertemu. Sekali lagi ruang dan waktu mencipta sebuah jarak tapi tidak dengan rasa ini,  entahlah kadang logikaku tergadaikan.  Hanya tentangmu, kulukis senja dengan kerinduan,  dan hanya tentangmu kudekap malam penuh kebekuan.  

Kusambut hangat mentari pagi dengan harapan,  mengukir senyum saat bayangmu menyapa lirih. Tuhan... aku tak begitu mengenal makhlukmu ini tapi mengapa hati ini seolah terbangun dengan kokohnya bak jembatan Suramadu yang

membelah lautan yang menghubungkan Pulau Madura dan Jawa.  Aku benar-benar telah jatuh cinta pada sosok maya yang telah hadir dan  tanpa kuasa ku menolaknya.

Eric.. sebuah nama, yang membuat hari-hariku penuh goresan rindu.  Asing bagi ragaku tapi tidak untuk setiap getar rasa yang dia hadirkan, diantara kegamangan dalam kisah yang tanpa koma.

Dan aku pun mulai terbuai, membayangkan sosoknya di dunia nyata.  Malamku dipenuhi mimpi-mimpi tentangnya, sosok dalam ilusi tanpa ku paham dari ujung rambut sampai kaki. Hari demi hari kedekatan kami semakin terasa. Rasa yang awalnya hanya sekedar tertarik, perlahan tumbuh rasa berlebih yang sarat harap untuknya. 

Tak logis memang, rasa yang muncul hanya melalui ketikan kata-kata yang terangkai di kotak pipih itu. Atau pun pesan suara dan hanya panggilan video yang kadang terjadi.

      Senja itu kukayuh sepeda gunungku, ku ingin nikmati jingga diujung cakrawala dari bukit.  Ahh....sampai juga akhirnya. Ku ambil botol air yang terselip di batang sepeda. Rasa segar spontan merasuk membasahi rongga  yang kering. Drrttt...drtttt...drrtttt...ponsel di saku  celana Blackhawkku bergetar. Kulihat profil pemanggil, ahh Eric ada apa. Jingga mulai menyapa, saat suara Eric terdengar dari ujung sana. " Anya...lagi sibuk?"

Rindu selalu hadir,  mendengar suara yang membuai setiap relung dalam jiwaku. "Ng....nggak....juga, ada apa Ric!"

" Aku kangen, Anya!" Uppssss...serasa rongga dada ini penuh dengan oksigen,  tapi tunggu dulu ada apa dengan suara itu. Seolah terdengar lirih dan penuh kesangsian, ada apa ini. Sejenak ku berusaha menenangkan diri, hingga akhirnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun