Kepergian Arsyad memberikan luka mendalam pada Daisha Syafrina. Karena bersama kepergiannya, dia membawa serta segala bayangnya, tanpa sedikit pun tersisa untuk Daisha. Entah Arsyad yang tidak peka, atau Daisha yang kurang sigap. Di waktu Daisha mengantar Arsyad, di situlah terakhir kali mereka saling bertukar kabar. Daisha lupa meminta alamat e-mailnya, karena mereka biasanya bertukar pesan hanya melalui whatsapp. Dan sudah dapat dipastikan bahwa Arsyad akan mengganti kontaknya. Karena nomor Indonesia tidak akan digunakan di sana.
Sudah beberapa kali ia mencoba mencari tahu instagramnya, namun tidak pernah dia temukan orang dengan nama Arsyad Fathurrahman. Ia benar-benar kehilangan sosok Arsyad.
Tiap salat, tak pernah ia lupa untuk mendoakan pria yang entah bagaimana kabarnya itu. Apakah dia baik-baik saja di sana? Ketahuilah lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menunggu. Sering sekali ia ingin menyerah pada kenyataan kalau orang yang ia harapkan tidak akan mungkin kembali. Namun, selalu ada keyakinan kuat dalam dirinya bahwa pria itu akan datang dan menunaikan janjinya. Keyakinan yang membuatnya bertahan sampai saat ini.
Sudah begitu banyak pria yang coba mendekatinya, namun ia selalu mengunci rapat hatinya untuk siapa pun. Tidak ada niat sedikit pun untuk berpaling. Dia ingin ketika Arsyad kembali, rasanya masih seutuh dahulu. Dia tidak akan rela jika Arsyad kecewa nantinya.
Study S1 nya telah selesai, dan Arsyad tak kunjung muncul. Hingga ia memiliki ide untuk melanjutkan S2 di Mesir bersama dengan Arsyad. Mungkin saja, Arsyad sedang menantinya di sana. Sebut saja dia bucin. Karena memang rasanya tidak main-main. Dia sangat mencintai lelaki itu.
Tentu saja idenya untuk berkuliah di Mesir itu ditentang oleh orang tuanya. Mereka lalu menyadarkan Daisha agar tidak terlalu berharap kepada manusia. Karena kekecewaan yang akan ia dapat pun akan sangat hebat, jika apa yang ia harapkan tak sesuai dengan yang ia dapatkan. Mereka takut putrinya akan terluka parah nantinya.
Dia lalu masuk ke kamar dan merajuk karena apa yang ia inginkan, tak diridai orang tuanya. Padahal itu adalah untuk kebaikannya.
Untuk membunuh rasa bosan, ia mencoba membuka e-mail. Ada pesan dari Maya, teman semasa pesantrennya. Tidak biasanya Maya mengiriminya pesan. Karena penasaran, ia lantas membuka pesan itu. Dan apa yang ada di sana membuatnya terkejut bukan main. Dia benar-benar shock. Sampai-sampai ia berteriak histeris sambil menariki rambutnya frustasi. Kedua orang tuanya yang langsung khawatir pun, mendatanginya.
Tanpa tahu penyebab dari tangis Daisha, sang ibu hanya bisa mencoba menenangkannya. Karena untuk menanyakannya pun akan sangat percuma. Orang yang menangis itu memang bagusnya didiamkan saja, lalu ketika sudah reda di saat itulah waktu untuk menginterogasinya.
"Kenapa kamu tega sama aku. Kenapa? Aku udah nungguin kamu selama lima tahun, tapi ini balasan kamu." Daisha meracau dalam tangisnya. Tangis yang begitu memilukan.
Kedua orang tuanya saling pandang mendengar racauan putrinya. Mereka yakin, ini berkaitan dengan Arsyad yang begitu putrinya cintai.