Setelah menerima secarik kertas si gadis, kucermati alamat yang tertera. Seperti tidak asing tempat ini. Namun, entah mengapa firasatku kok kurang enak ya. Ah! Â Mungkin pikiranku saja. Segera kujalankan becak menuju tujuan.
***
Sebuah rumah megah dengan nuansa klasik menyambut kami. Aku sendiri merasa minder. Pasalnya, banyak mobil-mobil mewah berjajar rapi. Namun, tanpa dosa becakku melenggang di antara kemewahan sekeliling.
"Terima kasih, pak! Ini kembaliannya diambil saja."
"Looh, neng! Ini kebanyakan. Saya juga tidak ada kembalian," seruku saat mengetahui beberapa lembar ratusan ditanganku.
"Sudah, pak! Itu rezeki hari ini. Saya izin masuk ya pak," pamitnya.
Beberapa saat diriku masih tertegun. Tidak percaya dengan kejadian barusan. Setengah jam lalu,  aku dipusingkan dengan bayangan bila tidak ada penumpang. Mau makan apa  hari ini? Hingga si gadis itu datang dan menjawab semuanya. Tidak terasa perlahan air mata sudah membasahi wajah.
"Terima kasih, Ya Allah!"
Setelah tersadar, segera kukayuh becak menuju toko peralatan sekolah terdekat. Pensil, buku, penghapus, dan seragamsudah nangkring manis di keranjang belanjaan. Merasa cukup, kulangkahkan kaki menuju antrean kasir
.
***