Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senyum-Senyum Malaikat

15 April 2023   18:38 Diperbarui: 15 April 2023   18:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan terasa lancar. Saat tampak plang panti, Bu Santi membenahi beberapa barang bawaan. Beras, gula, minyak, dan seplastik jajanan pasar sudah tergantung di tangannya. Saat becak berhenti, wanita itu segera turun. Di sela langkahnya, dia berpesan: "Tunggu saya di depan toko ya pak."

Setelah memandangi kepergian Bu Santi, kuparkirkan becak sesuai arahan. Asap kendaraan menjadi teman setia saat menunggu seperti ini. Kadang, hujan juga menjadi kekasih tercinta. Hanya demi anak istri di rumah semua ini ikhlas kulakoni.

"Hoii miskin! Jangan kau parkir rongsokanmu itu di depan tokoku. Menghalangi orang-orang yang mau parkir," maki sebuah suara di belakang becak.

aku terperanjat mendengar teriakan itu. Segala lamunan kehidupan musnah seketika. Saat kutolehkan pandangan, tampak di belakang etalase, seorang berpostur gendut, muka bulat, dan mata sipit tidak ramah dengan kumis menjuntai persis kucing yang naik turun. Aku merasa heran. Padahal, becaku sudah di paling pinggir. Hanya ban kiri sedikit berada di wilayah tokonya.

"Walah Kong! Ini Cuma numpang bentar. Langganan saya lagi ada urusan di dekat sini."

"Tidak peduli aku. Segera minggir. Atau, kalau tidak lekas pergi kulempar sandal!"

Diteriaki dengan bumbu ancaman, segera kupindahkan becak. Pohon beringin yang tidak jauh dari panti, menjadi tempat yang pas untuk bernaung becak warisan. Lumayan rindang suasana di sini.

***

Satu jam menunggu, Dari sini terlihat Bu Santi tampak kebingungan. Setelah menoleh ke kanan, aku lekas menghampirinya. Dengan wajah heran, segera dirinya naik ke atas becak.

"Loh mengapa pindah pak? Bukannya tadi di sana," tunjuknya di depan toko Sri Rahayu.

"Eh anu bu! Tadi di depan gang diganggu genderuwo penunggu toko. Dari pada kesurupan, makanya segera pindah mengamankan diri."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun