Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler | Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hong Kong yang Sejuk dan Macau yang Bersejarah

30 Desember 2024   12:56 Diperbarui: 31 Desember 2024   16:36 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya kami berdua, saya dan seorang teman, sebutlah namanya Lingling, memutuskan untuk mengambil waktu liburan pendek ke Hong Kong sekalian ke Macau, sesama daerah administrasi khusus China, yang jaraknya berdekatan.

Kami berangkat dari Changi airport, Singapura dengan pesawat pagi, dengan penerbangan kurang lebih empat jam Singapura-Hong Kong. Kalau ditambah masing-masing dua jam di Changi dan Hong Kong airport, maka total waktu di airport dan di pesawat menjadi delapan jam.

Tapi namanya liburan, rasa hati happy-happy saja karena excited hendak meng-explore tempat-tempat yang belum tentu bakal ada kesempatan untuk ke sana lagi. Mudah-mudahan pulangnya gak berantem ha.. ha.. ha...

Maklum namanya liburan walau senang tapi pasti cape kebanyakan jalan. Rasa cape itu bisa memicu emosi tinggi. Ditambah was-was kalau over budget. Biasanya kami pergi bertiga, sehingga kalau ada dua orang berselisih paham, yang satu jadi penengah.

Sampai di airport Hong Kong yang cukup besar dan luas, kami naik MTR (Mass Transit Railway) menuju pusat kota tempat kami akan menginap, yaitu daerah Mongkok.

Kali ini, teman saya Lingling, yang mengarahkan kemana-kemananya, karena dia cukup familiar dengan Hong Kong dan fasih pula berbahasa Mandarin.

Cuaca di Hong Kong saat itu sejuk cenderung dingin, seperti Bandung tempo dulu, atau seperti Bogor kota Hujan. Untungnya, selama lima hari kami di sana tidak ada hujan deras, hanya gerimis tipis-tipis saja.

Mulai dari airport, terlihat perbedaan peraturan antara Singapura dan Hong Kong. Di Singapura, sama dengan di Indonesia, berdiri atau berjalan di sebelah kiri saat menggunakan tangga atau eskalator. Di Hong Kong malah sebaliknya. Pengguna eskalator dan tangga harus menggunakan sisi sebelah kanan.

MTR di sini mirip-mirip MRT di Indonesia dan juga di Singapura, cuma beda penamaan saja, dan juga di sini lebih ramai.

Bersyukur Lingling cukup familiar dengan transportasi umum di Hong Kong, sehingga kami bisa lebih irit duit untuk transportasi, karena kemana-mana menggunakan transportasi umum seperti Bus dan MTR, sama sekali tidak menggunakan taxi apalagi sewa kendaraan. Jalan-jalannya juga sendiri tidak mengambil paket tour.

Hari pertama kami hanya berjalan-jalan di sekitar hotel, naik shuttle bus gratis dari hotel ke sebuah pusat perbelanjaan. Dari shopping mall tempat shuttle bus berhenti, kami jalan kaki menyusuri jalan menuju Ladies' Market. Berbagai keperluan wanita dijual murah di situ.

Namun berhubung kami berdua adalah tipe yang lebih rela keluar duit untuk jalan-jalan daripada belanja, maka kami lebih banyak window shopping saja. Saya sendiri hanya membeli hiasan boneka kayu khas Hong Kong sebagai kenang-kenangan pernah ke Hong Kong :)

Tidak lama, kami bertemu dengan sepupu Lingling dan temannya untuk makan malam. Restoran kecil yang agak masuk ke dalam (bukan jalan besar), tapi makanannya enak.

Sambil makan sambil ngobrol seru. Walau baru pertama kali bertemu dengan sepupu Lingling, namun orangnya ramah, membuat saya tidak berasa seperti orang luar diantara mereka.

Besok paginya kami pergi mencari sarapan di sekitar hotel, atau lebih tepatnya "brunch", makan diantara waktu sarapan dan makan siang. Pilihan jatuh ke sebuah restoran di pinggir jalan yang menjual aneka masakan bebek.

Pelayan memberikan kami dua gelas masing-masing berisi setengah gelas air teh (karena warnanya seperti teh). Piring, sendok garpu, dan chop stick juga disediakan. Awalnya kami bingung kenapa diberi teh, karena kami tidak memesan. Sementara di daftar menu, teh itu ada harganya.

Kami pun mulak tebak-tebakan, untuk apa air itu. Setelah melihat pengunjung lain kiri-kanan, ternyata air itu untuk mencuci alat makan seperti sendok garpu dan chop stick dengan cara menguceknya kedalam air panas di gelas.

Semalam sebenarnya saya perhatikan juga, tapi sepupu Lingling membantu kami mengucek alat makan ke dalam air panas. Dan saat itu saya masih belum ngeh.

Sehabis makan, lanjut jalan-jalan. Kami naik MRT, kemudian lanjut naik bus menuju Hong Kong Ocean Park untuk sekedar bersantai melepas stress.

Ocean Park biasanya untuk anak-anak kecil. Betul sekali! Tapi terkadang berlibur juga berarti bersenang-senang layaknya anak kecil yang polos tidak punya beban hidup.

Jadi, mari kita lepas dulu segala beban hidup orang dewasa yang kadang sebenarnya dibuat jadi beban oleh diri sendiri.

Ocean Park (sumber: scenesfromnadine.com)
Ocean Park (sumber: scenesfromnadine.com)

Di sini kami uji nyali dengan mencoba permainan seperti di dunia fantasi yang membuat jantung berasa mau copot karena diputar di ketinggian, beberapa kali putaran melawan gravitasi, kepala di bawah kaki di atas.

Awalnya sih malas dan yakin tidak akan sanggup.... tapi dipikir-pikir lumayan juga untuk uji adrenalin he...he..he....begitulah jiwa adventure kami keluar.

Seharian di Ocean Park membuat kami tidur lelap berkualitas pada malam harinya. Besok paginya segar kembali dan siap melanglang buana ke Museum Madam Tussauds. Naik bus dari hotel, dan kemudian naik kereta khusus di area museum, karena museumnya ada di dataran yang lebih tinggi, yaitu The Peak.

Koleksi di museum ini cukup banyak. Patung-patung lilin dibuat sesuai dengan aslinya, dalam pose khas masing-masing, yang menggambarkan seperti apa tokoh itu dikenal. Dan hanya orang-orang yang terkenal sedunia saja yang ada di sini.

Ada yang dibuat ketika tokoh yang digambarkan masih hidup, ada juga yang berdasarkan foto, jika tokohnya sudah meninggal dunia. Menurut berita, Pak Jokowi diukur dulu sebelum dibuat figur patung lilinnya.

Museum Madam Tussauds (dokpri)
Museum Madam Tussauds (dokpri)

Dari The Peak, kami kembali ke kota naik bis. Sepanjang perjalanan, saya dapat menyimpulkan kalau daerah Hong Kong ini cukup berbukit-bukit. Tapi untung jalananya bagus. 

Pulang dari The Peak, kami bertemu dengan teman yang asli orang lokal. Main ke apartmentnya yang kecil tapi arsitektur dan interiornya ok banget sehingga apartement yang kecil itu terasa begitu nyaman.

Konon katanya, emang space tempat tinggal di sana kecil-kecil. Emang kalau masalah ini, sekecil-kecilnya di Indonesia, rasanya masih tetap lebih gede. 

Setidaknya dibandingkan dengan yang saya tahu, Singapura dan Hong Kong. Hanya saja di Indonesia, sangat jarang orang menggunakan jasa interior designer untuk mengatur ruangan menjadi lebih efisien dan nyaman. 

Kemudian kami makan malam bersama, makanan khas Hong Kong. Kali ini kami lebih berpengalaman dengan air teh panas di dalam gelas untuk mencuci alat makan. Sebenarnya masih belum pasti juga sih, air teh atau air apa. Yang jelas fungsinya untuk memastikan alat makan bebas kuman penyakit.

Besoknya, kami naik ferry dari China Ferry Terminal, menuju Macau Outer Harbour. Menggunakan ferry dari Hong Kong ke Macau adalah pilihan termurah dibandingkan alternatif lainnya. Macau terkenal dengan casinonya. Sekedar informasi, kalau main ke Casino, gak boleh motret ya!

Cuaca di sini sedikit lebih hangat dibandingkan dengan Hong Kong. 

Mata uang macau adalah MOP (Macau Pataca), tetapi Hong Kong Dollar diterima juga di sini, sementara MOP tidak dapat dipakai di Hong Kong. Jadi, pastikan menghabiskan MOP di Macau, kecuali kalau mau disimpan untuk koleksi.

Yang paling menarik dari Macau, dalam kunjungan satu hari tanpa menginap itu, adalah pusat sejarah Macau, di mana kami berkunjung ke reruntuhan St. Pauls (The ruin of St. Paul's). Reruntuhan ini ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Dulunya, area ini adalah komplek keagaaman Katolik, yang diantaranya terdiri dari gereja dan kampus. Reruntuhan ini adalah salah satu dari tujuh keajaiban yang dibangun oleh Portugis selama enam abad kekaisaran Portugis. Enam lainnya tersebar di berbagai negara, salah satunya India.

Menurut sejarahnya, Portugis memang pernah menguasai Macau. Beberapa nama jalan dan bangunan di sekitar area reruntuhan masih menggunakan bahasa Portugis. Nampak pula wajah-wajah yang lebih condong bernuansa Portugis.

The Ruin of St. Paul's (sumber: en.wikipedia.org)
The Ruin of St. Paul's (sumber: en.wikipedia.org)

Kisah sejarah selengkapnya tentang reruntuhan St. Paul ini dapat disimak dengan mengunjungi museum yang terletak di area yang sama.

Sekitar jam 7 malam, kami kembali ke Hong Kong, masih menggunakan Ferry. Kami memang membeli tiket Ferry untuk pulang pergi di hari yang sama.

Keesokan harinya, kami janjian makan siang dengan seorang teman orang Indonesia yang bertugas di sebuah bank pemerintah Indonesia di Hong Kong. Nampaknya restoran-restoran di Hong Kong memang rata-rata tidak terlalu besar, dan banyak yang lokasinya agak ke dalam (tidak di pinggir jalan besar).

Menyenangkan juga ketemu orang Indonesia di luar negeri. Saling berbagi pengalaman. Dan yang pasti orang Indonesia yang tinggal di luar negeri biasanya ramah dan baik hati. Lha wong ketemu orang Indonesia aja udah seneng. Apalagi kalau mereka jarang banget ketemu orang Indonesia di sekitarnya.

Teman ini juga menemani kami belanja-belanja dan membawa kami ke tempat-tempat belanja orang lokal. Jadi murah meriah mantap dah.

Keesokan paginya kami masih sempat keliling-keliling di sekitar Mongkok di dekat hotel kami, sebelum berangkat ke airport untuk kembali pulang. Syukurlah kami berdua masih baik-baik saja dan tidak berantem ha..ha..ha...

Liburan kali ini, bukan sekedar foto-foto saja, tetapi juga bersenang-senang sepuasnya, mengamati budaya setempat, bertemu orang baru, dan juga menyimak kisah sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun