Rumahnya tentu bisa dijual lagi ketika di tengah jalan Anda tidak sanggup melanjutkan pembayaran cicilan hutang pembeli rumah. Beda soal juga jika bendanya berupa sesuatu yang nilainya akan turun dari waktu ke waktu. Misal kendaraan.
Membeli kendaraan dengan cara mencicil tanpa menghitung kemampuan membayar cicilan, menurut saya bukan hal yang bijaksana. Kecuali kendaraannya itu nantinya akan dipakai untuk sesuatu yang menghasilkan uang. Itu pun tetap harus antisipasi jika hasil tidak sesuai rencana.
Logikanya investasi dan beramal itu seharusnya menggunakan dana “nganggur” dan juga harus direncanakan dengan matang. Bukan sekadar ikut-ikutan tren atau dengan pertimbangan hasil tinggi pada jangka waktu yang pendek.
Perlu dimengerti juga kalau berinvestasi berbeda dengan menabung. Menabung itu adalah menyimpan uang. Bisa di celengan atau di bank. Jika menabung di celengan resikonya adalah uangnya dicuri orang atau seperti kasus yang pernah diberitakan beberapa tahun lalu: uangnya dimakan rayap. Sedangkan jika menabung di bank, uang tidak akan hilang dan dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Namun ada potongan untuk biaya administrasi.
Bagaimana dengan menabung di Koperasi? Sepintas menabung di koperasi itu sama dengan menabung di bank, namun perlu disadari bahwa menabung di koperasi tidak dijamin oleh LPS.
Biasanya bunga tabungan di koperasi lebih besar daripada di bank. Dan hal itulah yang membuat orang tergiur untuk menyimpan dana dalam jumlah besar di koperasi simpan pinjam, bahkan ada yang sampai menggunakan dana yang sudah dialokasikan untuk keperluan lain atah menggunakan uang hasil pinjaman untuk mendapatkan keuntungan dari koperasi. Padahal, selain tidak dijamin LPS, sifat koperasi adalah gotong royong dan saling membantu.
Jadi, apapun bentuknya sebaiknya tidak menggunakan dana hasil pinjaman atau dana yang sudah dialokasikan untuk keperluan lain untuk berinvestasi.
Berhutang pun ada hitungannya agar tidak terjebak dalam gali lubang tutup lubang. Berhutang harus memperhitungkan kemampuan bayar setiap bulannya yang diambil dari penghasilan tetap. Tidak mungkin kan membayar cicilan bulanan melebihi penghasilan yang didapat rutin setiap bulannya.
Penghasilan yang dimaksud di sini adalah penghasilan rutin yang sudah pasti jumlahnya. Jika ada kemungkinan mendapatkan bonus di luar penghasilan tetap, sebaiknya tidak dihitung dalam menentukan jumlah cicilan hutang per bulannya. Karena sifatnya tidak tentu, bisa ada bisa tidak.
Jangan pula menerima tawaran berhutang hanya dengan alasan ada yang mau kasih hutang artinya masih dipercaya. Berbagai cara dilakukan sales kredit di bank untuk menawarkan pinjaman kepada nasabahnya: program kepercayaan lah, terundang untuk mendapatkan pencairan dana lah, fasilitas pencairan dana lah…padahal intinya adalah tentang memberikan pinjaman yang tentunya harus dibayar tepat waktu. Mereka hanya mengemas kalimat agar yang ditawari merasa istimewa. Padahal namanya tetap pinjaman dan pasti ada timbal balik termasuk juga resikonya.
Maka bijaklah dalam mengatur keuangan, termasuk dalam keputusan untuk berhutang atau menerima tawaran pinjaman. Jangan berhutang untuk keperluan beramal atau berinvestasi.