Oalah… sampai segitunya ya. Tapi koq beramal dari hasil ngutang?!! Apa tidak berpikir panjang tentang akibatnya… apalagi kalau sampai berhutang tanpa memperhitungkan kemampuan membayar.
Lain lagi dengan seorang kerabat yang juga terlilit hutang. Kondisi sehari-hari sama juga, tidak ada yang mencolok, misalnya kehidupannya glamour atau dalam kesehariannya terlihat “berlebih”.
Sama dengan teman tadi, orang ini juga kehidupan sehari-harinya biasa saja, sederhana. Sudah berkeluarga, tetapi rumah masih ngontrak. Dan konon kabarnya tidak dapat mencicil rumah karena track recordnya dalam berhutang dan masuk black list gara-gara tidak mampu melunasi hutang-hutangnya.
Lantas ke mana duitnya? Padahal pekerjaan cukup ok dan saya yakin penghasilannya relatif besar dibandingkan pegawai pada umumnya. Level pendidikan juga cukup tinggi.
Usut punya usut ternyata duitnya dipakai untuk berinvestasi sementara penghasilan bulanannya dipakai untuk membayar cicilan hutang yang uangnya dipakai untuk berinvestasi.
Ini sih parah!
Harus dimengerti kalau investasi itu sifatnya jangka panjang, sementara hutang itu adalah sesuatu yang harus dibayar sesuai perjanjian. Misal dicicil setiap bulan. Atau jika meminjamnya ke teman atau saudara, biasanya ada janji dari si peminjam bahwa uang akan segera dikembalikan.
Meskipun pinjam uang ke teman atau keluarga, tidak ada ikatan kapan harus dibayar, namun pihak yang dipinjami pasti berharap hutang tersebut dibayar sesegera mungkin. Masalahnya, hasil investasi itu, selain sifatnya jangka panjang, juga tidak pasti.
Jadi, bagaimana bisa meminjam uang untuk berinvestasi dan berharap hasil investasinya dipakai untuk mencicil atau membayar kewajiban akibat berhutang? Apalagi jika tidak ada penghasilan lain untuk menutupi sementara waktu, sebelum investasinya menghasilkan.
Selain itu, pinjaman ke lembaga resmi seperti institusi perbankan, pinjol entah itu legal atau illegal, pinjaman ke marketplace,dsj, pasti ada bunganya. Belum lagi denda jika terlambat membayar, dan juga bunga-berbunga akibat tidak mampu membayar tepat waktu. Apakah itu bisa tertutup dengan hasil investasi yang entah kapan dan sedikit banyak ada resikonya? Atau jika mengandalkan penghasilan bulanan dulu, apakah sudah diperhitungkan kalau cicilan pembayaran hutang tidak melebihi kemampuan?
Belum lagi beban mental ketika ditagih sana-sini oleh debt collector.