Ujung-ujungnya? Investasi gagal karena terpaksa harus diberhentikan dan belum tentu balik modal. Sementara itu hutang tetap harus dibayar.
Itu adalah contoh Keputusan investasi yang tidak bijaksana dan kurang perhitungan. Sepertinya ahli-ahli investasi perlu juga memberikan pembelajaran mengenai ini. Bukan cuma sekedar memberikan nasehat dan saran mengenai bentuk investasi apa yang menguntungkan.
Risiko investasi?
Bagaimana jika investasi gagal sementara dana pinjaman yang dipakai untuk berinvestasi harus dikembalikan?
Sebagai contoh, katakanlah si A, tergiur untuk menanam modal pada tambak ikan. Dia pun meminjam uang dari bank. Eh ternyata setelah beberapa lama, tambak ikan tidak jalan, dan modal tidak kembali.
Hal seperti ini bisa terjadi terjadi karena si pemodal tidak pandai menganalisa proposal investasi, kurang pengalaman, atau tidak cukup informasi mengenai bentuk investasi yang ditawarkan. Hasilnya uang hilang, tetapi hasil investasi tidak ada. Padahal dia harus mengembalikan uang pinjaman yang dipakai untuk modal investasi tersebut.
Contoh lain, si B, meminjam uang dari kerabatnya untuk disimpan di koperasi, dengan pertimbangan bunga simpanan di koperasi simpan pinjam lebih besar daripada di bank.
Entah bagaimana ceritanya, setelah beberapa waktu, koperasi terindikasi miss management sehingga tidak dapat melakukan pembayaran dana kepada nasabahnya ketika jatuh tempo pembayaran. Padahal si B sudah berjanji pada orang yang dipinjami, akan mengembalikan uang setelah beberapa lama. Ternyata eh ternyata, koperasi itu tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Dalam kasus seperti ini saya dengar sampai ada kasus ganguan kejiwaan akibat tidak siap dengan “kehilangan” uang tersebut. Mungkin beban mental karena sudah menggunakan uang yang seharusnya bukan untuk investasi. Entah itu hasil pinjaman atau dana yang seharusnya dialokasikan untuk hal yang lain.
Sebaiknya jangan berspekulasi dalam hal penggunaan dana untuk investasi. Sekali lagi investasi itu sifatnya jangka panjang dan ada resiko. Jadi jangan berhutang untuk berinvestasi.
Lain soal kalau investasinya berupa “pertukaran” uang dengan sesuatu yang bendanya menjadi milik Anda dan dapat diuangkan lagi di kemudian hari. Misalnya membeli rumah.