"Lagipula kita hidup berdampingan dengan makhluk gaib. Jadi sudah seharusnya menjaga adab. Apalagi disini desa bukan kota tempat lahir kamu," sambung Yuni melihat ekspresi bingung dari Rena.
Rena ingin rasanya menjawab. Jika itu hanya sebuah rekayasa ataupun pihak sekolah memang sengaja membuat murid takut bagaimana(?)
Yuni tersenyum. Tangannya menepuk pundak Rena. "Aku tahu kamu masih tidak percaya. Setidaknya hormati adat di sini, ya. Jangan bertindak gegabah."
Rena mengangguk kepalanya dengan pelan. Sekali lagi ia menatap ke arah timur laut dimana ada sebuah cerita tersendiri.Â
"Aku masih ragu," batinku.
Malamnya aku menatap layar ponsel dengan tertawa kecil. Mereka masih saja terlihat agak kuno apalagi terlihat berlari dengan membawa kopi hitam.
"Well, mereka terlalu mempercayai mitos."Â
Aku menutup pembicaraan digrup kelasnya. Mereka terlalu takut dengan semua itu. Bukankah seharusnya hanya takut dengan Tuhan.
Aku membaca beberapa pesan dari teman-temannya. Beberapa dari mereka hanya menanyakan tugas.Â
Sebenarnya aku bisa saja memberikan mereka jawaban. Namun, buat apa jika pada akhirnya nilai mereka yang akan lebih tinggi. Hal itu sangat disayangkan menurutku.
Ting!