Sial. Bertahanlah sebentar lagi, Vi.
"Kudoakan, semoga kamu dan selingkuhanmu yang sekarang sudah berganti status menjadi pacar kamu, selalu langgeng dan berbahagia selamanya."
Tik.
Air mataku jatuh. Aku benci saat orang lain melihat air mataku. Aku harus pergi dari tempat ini. Tempat yang menyimpan banyak kenangan indah bersamanya. Tempat di mana aku menemukan cinta pertamaku sekaligus melepaskan cinta pertamaku.
"Tunggu, Vi. Tunggu.."
Aku tak menghiraukan ia yang terus-menerus memanggilku. Aku juga tak menghiraukan tatapan orang-orang disekelilingku. Aku berjalan secepat mungkin keluar dari pasar malam ini, menembus kerumunan orang, dan berlari menyeberang trotoar. Sudah terlambat, Edo. Aku tak akan jatuh ke dalam pelukanmu lagi. Itulah janjiku pada diriku sendiri.
***
Tok. Tok. Tok.
"Ayo sarapan, Vi. Sudah jam 5 lewat 10 menit ini. Nanti kamu terlambat ke sekolah loh," suara Mama membuyarkan lamunanku.
"Iya, Ma," aku beranjak dari tempat tidurku. Aku segera merapikan rambutku yang tergerai sepinggang, mengikatnya asal dengan ikat rambut berwarna pink sambil berjalan keluar.
Mama sudah menunggu di meja makan untuk sarapan bersama. Mama menyiapkan nasi goreng dan telur mata sapi sebagai menu sarapan hari ini. Aku selalu menyukai makanan yang dimasak mama. Walaupun terlihat sederhana, tapi tidak begitu dengan rasanya. Mungkin karena mama selalu memasaknya dengan penuh cinta.