Mohon tunggu...
Viviaslin
Viviaslin Mohon Tunggu... Mahasiswa - silent reader

Why being racist, sexist, homophobic, misogynist when you could just being quite and writing. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

What World Be Without Concept of Nations Be Like?

2 Maret 2022   18:00 Diperbarui: 2 Maret 2022   18:03 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Uni Eropa adalah contoh terbagus dari unifikasi ini, Africa pun sebenernya punya OAU (Organization of African United), kemudian perkumpulan negara Arab, kemudian ASEAN, pendeknya setiap benua sebenarnya ada persatuannya.
Jadi, manusia memang pengin bersatu...sekaligus bertengkar mulu...

Jawaban panjangnya:

*Come to culture and religion

*Lingkungan tempat tinggalmu pasti heterogen, kan? Sebagian besar, orang Hindu, Kristen, dan Muslim suka tinggal bersama di suatu wilayah dengan orang-orang mereka sendiri. Jadi ketika dihapuskannya batas antar negara, orang-orang mulai berbaur dengan orang lain dan ketegangan agama akan mulai meningkat. Kita semua tahu kok betapa tidak tolerannya orang-orang dalam hal agama mereka. Secara budaya, tidak akan ada budaya sama sekali karena semua orang bergerak ke mana-mana kapan pun mereka mau. Ini dikarenakan budaya membutuhkan waktu untuk tumbuh dan berkembang dengan lama, yang bisa terjadi ketika orang menghabiskan banyak waktu untuk tinggal di wilayah tertentu.

*Come to economics

*Siapa yang mengontrol penawaran dan permintaan komoditas tertentu yang diproduksi di suatu negara ketika masuk dan keluarnya populasi tidak tetap? Bagaimana seharusnya barang yang tersedia digunakan untuk memenuhi permintaan di suatu wilayah ketika permintaan itu sendiri tidak tetap. Setiap orang dapat pindah ke Saudi karena prioritas mereka mungkin pindah ke negara kaya minyak tapi siapa yang mengendalikan harga, industri teknologi, dan bank? Ekonomi akan runtuh atau akan sangat tidak berfungsi.

*Selain itu, tidak ada manusia yang mau dibebani. Negara-negara miskin akan menjadi beban negara-negara berkembang dan negara maju. Bayangkan, di Indonesia, subsidi BBM dikurangi saja warganya sudah ribut. Apalagi dikurangi lagi untuk didistribusikan anggarannya kepada negara-negara yang lebih miskin. Di Eropa dan Amerika, makin marak keluhan karena mereka harus menampung pengungsi. Beban Anda akan jauh lebih banyak. Aku yakin akan ada penolakan besar. Itu baru bicara satu aspek tidak menguntungkannya. Masih banyak lagi yang lainnya.

*Dalam dunia nyata, sangat susah! Jangankan seluruh dunia, Di Indonesia sendiri saja masih ada oknum-oknum yang teriak-teriak ingin lepas.  Menurut sejarah banyak banget contoh kasusnya. Pecahnya Yugoslavia, pecahnya Arab, hingga pecahnya negara superpower Uni Soviet itu semua adalah bukti bahwa susahnya mengatur satu dunia di bawah satu pemerintahan. Akan banyak pemberontak, negara yang diambil secara paksa hanya akan melahirkan insurgensi, teroris, pembelot, gerilyawan dan sejenisnya yang akan mendestabilitasi negara baru. Akan banyak konflik internal, mustahil mempertahan kesatuan dunia yang luas, apalagi apabila hanya ada satu kepemimpinan tanpa rantai pemerintahan yang pada umumnya semakin ke jauh dari pusat akan semakin lemah. Oke, contohnya jangan yang gede-gede. Tidak perlu jauh-jauh, Indonesia sudah pernah mengalami kok. Dulu Indonesia menerapkan sentralisasi, diatur dari pusat, hasilnya? Noh yang dipinggir ujung-ujung Indonesia koar-koar katanya tidak diurusi negara. Setelah desentralisasi apakah sudah merata? Ya belom tentu juga, masih banyak ketimpangan, buktinya OPM masih gencar beraktivitas.

*Akan banyak diskrimasi, kaum dari negara penguasa akan menindas mereka yang dijajahnya, terutama penindasan militer terhadap rakyat tanah jajahan. Kesimpulannya, dunia ini terpecah-pecah karena tiap bangsa, tiap etnis, tiap suku, bisa punya aspirasi nasionalisme mereka sendiri-sendiri. Negara-negara modern yang kita kenal sekarang itu diistilahkan nation-state (negara-bangsa), yaitu negara yang terbentuk berdasarkan bangsa, bukan berdasarkan feodalisme kelas bangsawan tertentu atau taklukan dari bangsa lain.

*Jangankan beda bangsa. Satu bangsa aja masih gontok-gontokan. Gimana mau menyatukan seluruh dunia jadi satu pemerintahan?

Konsep dunia 1 pemerintahan mengingatkanku pada One Piece. World Government bertahan hingga 800 tahun lebih. Dimana pemerintahannya bisa dibilang otoriter dan sangatlah berkuasa, terutama di sektor pengolahan informasi. Kerap kali, berita diubah-ubah sesuai dengan kepentingan pemerintah. Bahkan bukan hanya berita, demi kepentingannya mereka sampai mengarang cerita dongeng (folklore) dan memalsukan sejarah dunia. Masyarakat di Dunia One Piece sendiri masa bodoh sih dengan semua itu, asal hidup aman, damai dan tenteram. Karena Pemerintah memiliki armada tentara yang cukup banyak yang disebut Marine. Jadi, masyarakat disana merasa terlindungi. Eh tapi jangan salah, padahal sebenarnya misi utama World Government adalah melindungi para aristokrat dan mempertahankan rezim (yang hanya menguntungkan mereka). Bisa dibilang World Government di One Piece menerapkan sistem Monarki, yang dipimpin oleh "Raja Bayangan". CUMA SATU MASALAHNYA ITU SEMUA HANYALAH KARTUN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun