Ia terkenal akan keunikannya bermain dengan perspektif dan ruang, yang dapat dilihat pada salah satu mahakaryanya, "Relativity".Â
Tergolong museum yang "serius", namun museum ini mencoba membuatnya menarik bagi anak, dengan membuat display yang interaktif. Yang paling mengasyikkan dari museum ini, adalah adanya aktivitas bagi anak untuk belajar tentang teknik linoleum.Â
Salah satu teknik yang digunakan Escher dalam menghasilkan karya-karyanya. Linoleum adalah Teknik mencetak, dimana sebuah desain ditorehkan di lembar linoleum menggunakan alat (seperti pisau atau pahat), kemudian lembar yang sudah dipahat diberi tinta dengan menggunakan roller, kemudian ditempelkan di kertas atau kain. Sehingga desain yang tercetak adalah bagian yang tidak terpahat, dikenal dengan sebutan mirror image.
Di museum ini, anak bisa mencoba segala eksperimen yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Anak bisa belajar tentang bunyi, tentang cahaya.Â
Anak bisa membuat bubble besar yang mengelilingi tubuhnya. Menjadi ilmuwan, lengkap memakai jas dan kacamata yang biasanya dipakai bila ilmuwan sedang berada di laboratorium, melakukan eksperimen yang berhubungan dengan keseharian, seperti menyelidiki mengapa mencuci itu perlu memakai sabun. Atau belajar cara membuat bendungan.Â
Belanda yang terkenal akan keahliannya menata air (mengingat negaranya yang berada di bawah permukaan air), memperkenalkan konsep bendungan dengan cara yang interaktif. Seharian di museum ini rasanya tak cukup untuk mencoba semuanya.
Anak akan menjelajah kastil dan membaca informasi untuk menyelesaikan tugasnya. Bila selesai, sang anak akan "dilantik" menjadi ksatria.Â
Sesuai dengan prosesi pelantikan ksatria jaman dulu, sang anak akan diminta berlutut, dan petugas kastil, yang kali ini berperan sebagai ratu/raja, akan menggunakan pedang (tentunya bukan pedang asli) dan mengetukkan pedang ini ke bahu kanan dan kiri si anak.Â