Mohon tunggu...
Virgi Widya Cahyati
Virgi Widya Cahyati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UPI

A writer who likes to write about pop culture

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Against Insecurities

20 Oktober 2023   11:30 Diperbarui: 20 Oktober 2023   11:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Duduklah" perintah Shifa

"Apa kau benar-benar manusia?" Tanya Shifa dengan sarkas 

"Apa maksudmu? Aku memang manusia. Mengapa kau mempertanyakan itu?" Tanyaku dengan cemas. 

Sial. Apakah hal itu akan terjadi lagi. 

"Tingkah lakumu sama sekali tidak mencerminkan bahwa kamu adalah manusia. Kau selalu menunduk, tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang, dan suka pergi menjauh dari tempat umum. Apakah manusia pada umumnya melakukan itu?" Ucap Shifa dengan menggebu-gebu.

"Apakah itu mengganggumu? Jika iya baguslah artinya memang aku benar-benar salah untuk hidup didunia ini". 

"Apa maksudmu?" Tanya Shifa bingung.

"Ternyata sesuatu yang ingin kamu tanyakan itu sangat tidak penting. Lebih baik aku pergi saja." Ucapku lalu pergi meninggalkan Shifa. 

Kulangkahkan kakiku dengan tergesa-gesa. Aku ingin cepat-cepat sampai ke rumah kos yang aku percayai sebagai tempat yang paling aman untuk mentalku. 

Sesampainya dikamar kos, dengan spontan aku menatap diriku di cermin. Aku benar-benar kacau. Aku benar-benar tidak layak untuk hidup. Aku sangat lelah menjadi Luna yang seperti ini. Tapi, aku sudah tidak bisa kembali menjadi Luna yang dulu karena hal itu membuat aku terjebak menjadi Luna yang sekarang. Tanpa sadar, air mataku menetes untuk yang kepuluhan ribu kalinya. Dari semua hal yang bisa dilakukan untuk menyesali dan meluapkan emosi terhadap masalah itu hanyalah menangis. Terus menangis hingga tidak ada air mata lagi yang bisa ku keluarkan. 

Tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk. Tubuhku langsung menegang. Aku tidak bisa bergerak sama sekali untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun