Firu diam sejenak, menahan cekikan di kerah baju yang semakin erat menjerat lehernya. Kemudian dengan satu helaan nafas, dia menjelaskan "Kebohongan tak kan pernah baik untukmu nanti".
Mendengar itu, emosi Iyan tak redah, malah membuat naik pitam karena bagi Iyan, Firu sudah terlalu ikut campur.
"Bugh"
Seketika itu, sebuah suara pukulan terdengar. Ternyata, Iyan sudah mendaratkan bogen mentah tangan kanannya tepat di pipi Firu hingga membuat memar.
Pukulan keras tanpa belas, tanda emosi telah dikuasai hasrat kemarahan yang tak mengenal siapa dihadapannya meski itu sahabat terbaiknya.
Sisi kelam Iyan, seorang manusia biasa!, kala manusia sudah tak sadar akan kejernihan hati, terbawa emosi yang memburu untuk segera melampiaskan tanpa memikirkan kata penyesalan.
"Apa-apaan ini, Yan!? Ucap Firu sembari tangan mendorong Iyan dengan kuat untuk melepaskan cekikan di kerah bajunya.
Iyan terdorong menjauh, cekikannya terlepas hingga membuat baju Firu sobek sedikit karena kuatnya Iyan memegangi kerah bajunya.
Firu tak tinggal diam, dia berdiri, mendekati Iyan yang terdorong untuk membalas segala yang dilakukan Iyan kepadanya.
"Bugh"
Suara pukulan balasan Firu tepat di wajah depan Iyan hingga membuat hidungnya berdarah. Di susul ucapan Firu, bentuk kesabaran yang telah habis "Aku diam, bukan karena aku gak berani!".