Mohon tunggu...
Moch Tivian Ifni
Moch Tivian Ifni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis and pebisnis

Saya suka menulis apapun itu. Sekarang mencoba untuk memulainya dari nol. Mohon bimbingnya para pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Segitiga Cinta Iyan

2 November 2023   11:38 Diperbarui: 2 November 2023   11:47 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEBOHONGAN RASA

"Hai senja!?", ketika matahari sudah akan tertidur dalam peraduan. Kata hati Iyan menyambut lelah hari berbalut bahagia akan rasa barunya kepada Bilqis.

Iyan bergegas pulang, membereskan segala berkas yang akan dibawa pulang serta merapikan meja kerjanya.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

"Son, aku pulang dulu"

Iyan yang telah selesai semuanya, berdiri di meja Sony untuk pamit pulang.

"Oke bos" sahut Sony menengadah kepala, mengiyakan pamit Iyan.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Lantas, Iyan berjalan keluar ruangan menuju parkiran motor. Dia berjalan penuh senyum akan rasa bahagia yang menyelimuti hatinya sekarang, Sedangkan Sony masih di kantor untuk menyelesaikan lemburan sisa pekerjaannya.

"Cok, bocor!".

Kebiasaan lumrah anak jawa timuran yang mengumpat saat keadaan tak sesuai dengan keinginan.

Baca juga: Segitiga Cinta Iyan

Iyan mengumpat karena dilihatnya ban motornya bocor. Padahal sejak daritadi keadaan ban motornya normal saja.

Pikiran Iyan bingung, kebingungan akan pilihan antara mendorong motor guna mencari tukang tambal ban atau meninggalkan motor di kantor dengan berharap bisa nebeng pulang bersama Sony.

Sampai pada titik, Iyan tentukan pilihan yang akan meninggalkan motor karena dia tahu tukang tambal jauh dari kantor, tentu akan melelahkan jika harus mendorong motor.

Iyan kembali, berjalan menuju ke ruangan. Nampak dari pintu kaca, Sony masih fokus kerja menyelesaikan laporan.

"Nih anak mesti malam pulangnya" Gumaman Iyan yang mengira Sony akan lembur hingga malam karena dia nampak masih fokus dengan berkas di mejanya beserta komputer.

Iyan mengambil ponsel menghubungi Fida melalui pesan Whatsapp agar bisa menjemputnya pulang.

[Fid, dimana? Bisa jemput di kantor, banku bocor!].

Sebuah pesan Whatsapp yang di kirim Iyan untuk Fida.

Iyan berjalan menuju pintu depan kantor, memutuskan menunggu balasan pesan dan kedatangan Fida di sana.

Lama Iyan menunggu, tapi tak kunjung ada balasan dari Fida. Namun tepat saat matanya melihat ponsel, dia terkejut akan suara lembut menyapanya "Mas Iyan".

"Mungkin Fida!" Pikirnya sembari pandangan yang semula pada ponsel di arahkan ke seseorang yang menyapa.

Bengong Iyan, matanya melihat gadis bersuara lembut itu yang rupanya Bilqis. Bukan kekecewaan yang dirasa, tapi kebahagian meski ekspektasinya tak terwujud.

"Kok bengong!, gak pulang mas?" Ucap Bilqis yang melihat Iyan hanya bengong ke arahnya.

"Eh..eh gak Qis. Ini mau pulang tapi banku bocor". Sahut Iyan dengan suara gagap yang menandakan dirinya grogi.

"Lah, terus? Di sini nunggu siapa?"

Bilqis yang bertanya kepada Iyan karena dia hanya berdiri seperti menunggu seseorang.

"Ini nunggu teman jemput"

Jawaban kebohongan hati Iyan menutupi seseorang lain yang juga mempunyai rasa di hatinya. Mungkin ini kesalahan, tapi terlihat lumrah bagi seseorang yang berambisi pada hasrat memiliki dua cinta.

"Mending bareng aku, mumpung aku bawa motor sendiri" tawar Bilqis untuk memberinya tumpangan.

Bahagia?, pasti karena sebuah kesempatan hadir untuk rasa ini bisa tumbuh bersama Bilqis. Tapi keterlanjuran Iyan menghubungi Fida membuat Iyan kebingungan setengah mati untuk memilih diantara dua pilihan sulit.

Apa boleh buat, keputusan harus di ambil Iyan, sebuah keputusan yang baginya benar dengan mempertimbangkan berbagai aspek terutama aspek logika bukan hati.

"Selalu diam dan bengong!".

Sahutan Bilqis yang melihat Iyan hanya bengong, tak menjawab tawaranya.

Iyan yang mendengar itu, kaget lalu menjawab dengan "Maaf?".

Langsung, Bilqis menyahutinya sebelum Iyan menyelesaikan ucapan "Jadi, gak mau aku antar?".

"Sapa yang nolak di antar bidadari sepertimu?" Rayu Iyan yang memilih di antar Bilqis daripada menunggu Fida dengan meringis.

Bukan sebuah ketidaksetiaan, hanya kebosenan menunggu karena kepastian dalam rasa itu yang dia cari.

Bilqis pun ikut tersenyum, tanda sebuah penerimaan dengan hati yang berdialek atau hanya senang karena bisa membantu.

Mereka jalan bersama menuju parkiran motor, mengambil motornya Bilqis yang juga di parkir di sana. Alangkah terkejutnya Iyan, saat di parkiran, motor Bilqis terparkir persis di samping motor ulungnya.

"Ini motor kamu?" Tanya Iyan sembari menunjuk motor matic milik Bilqis.

"Iya, mas. Kenapa?" Tanya Bilqis menanyakan ekpresi Iyan yang terkejut.

"Kok pas sebelahan dengan motorku ini" jawab Iyan menunjuk motor ulung butut di sampingnya.

Bilqis bingung akan maksud Iyan yang mengatakan pas. Lantas, bertanya "Pas, Gimana?".

"Hhmm" berpikir sejenak sebelum mengatakan "Bukankah ini tanda ilahi!?, tanda kita bisa berdampingan seperti motor kita".

Sebuah senyuman kecil menyusul kata rayuan meluluhkan hati Bilqis dari Iyan.

Bilqis merespon juga dengan senyum tanpa membalas kata. Misteri isi hati, tapi yang jelas senyuman itu tulus di mata Iyan.

Bilqis telah memakai helm, mengajak Iyan yang sedang memakai helm untuk naik di belakang.

"Kamu yang bonceng!?" Tanya Iyan keheranan karena tak biasa seorang laki-laki dibonceng perempuan.

"Tentu!, aku kan bukan wanita lemah" jawab Bilqis yang sudah duduk sambil memegangi setir.

Seketika itu, Iyan duduk dibelakang, berjarak dengan memegangi stang belakang tanpa menyentuh tubuh Bilqis.

Bentuk menghargai nilai kehormatan seorang wanita, tidak merendahkan dengan memburu nafsu yang beratas namakan rasa atau keromantisan.

Mereka sudah berjalan pergi, berkendara motor matic menuju rumah kos Iyan yang jaraknya lumayan jauh.

Sepanjang jalan menikmati rasa dengan obrolan kecil, khas anak muda yang bertujuan saling mengenal. Berkendara menembus macetnya Kota Surabaya di jam padat kendaraan.

"Vio kemana?" Tanya Iyan di bisingnya deruh suara kendaraan sekitar saat berhenti di persimpangan mematuhi rambu lalu lintas.

"Mbak sudah pulang tadi sama suaminya" jawab Bilqis dengan tatapan fokus ke depan meski berhenti.

"Loh, Vio sudah nikah!"

Kekagetan Iyan yang tak mengira Vio sudah menikah karena dilihatnya Vio nampak masih muda.

"Sudah, mas. Sudah punya anak lagi" jawab Bilqis.

Iyan menghentikan obrolan, mengambil ponsel di saku celana yang dari tadi berbunyi, tanda suara pesan Whatsapp masuk.

[Habis ini, aku berangkat jemput].

[Tunggu di depan seperti biasa].

[Aku, otw].

Pesan Whatsapp dari Fida yang banyak di ponsel Iyan, memberitahu jika dia akan menjemput dan sudah berangkat.

Iyan yang membacanya, bingung. Hatinya begitu takut jika Fida akan kecewa karena tak memberi kabar. Bahkan kini sekarang dia berdua, bersama gadis yang punya rasa baru dihatinya.

"Mas kenapa?"

Pertanyaan dari Bilqis yang melihat Iyan hanya diam sambil memegangi ponsel dengan kepala menoleh sedikit, melirik Iyan.

Sontak, kebingungan yang berangan dalam pikirannya hilang oleh suara lembut Bilqis. Lantas, Iyan menjawab "Aku lupa kasih kabar temanku yang jemput tadi, kalau aku sudah pulang".

"Gitu aja kok repot!, kan cukup balas Whatsappnya, kalau mas sudah pulang".

Saran yang benar dari Bilqis, di tengah ketidaktahuannya akan siapa teman itu karena dia percaya semua kebohongan yang dikatakan Iyan kepadanya.

Iyan tersenyum menipu, mencoba menampilkan ketenangan diri yang menyatakan jika saran Bilqis itu tepat baginya. Meski ketakutan itu semakin besar di hatinya.

Saat itu juga, Iyan mengetik, membalas pesan Whatsapp Fida.

[Aku sudah pulang di antar teman kantor]

Pesan kebohongan lagi dia kirim untuk Fida dengan memberitahukan jika dia sudah pulang.

Sebuah kebohongan akan terus ditutupi kebohongan lain, Iyan sudah terjebak dalam segitiga cintanya yang dia buat karena rasa, rasa bahagia, senang, nyaman dan beda dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun