Iyan yang mendengar itu, kaget lalu menjawab dengan "Maaf?".
Langsung, Bilqis menyahutinya sebelum Iyan menyelesaikan ucapan "Jadi, gak mau aku antar?".
"Sapa yang nolak di antar bidadari sepertimu?" Rayu Iyan yang memilih di antar Bilqis daripada menunggu Fida dengan meringis.
Bukan sebuah ketidaksetiaan, hanya kebosenan menunggu karena kepastian dalam rasa itu yang dia cari.
Bilqis pun ikut tersenyum, tanda sebuah penerimaan dengan hati yang berdialek atau hanya senang karena bisa membantu.
Mereka jalan bersama menuju parkiran motor, mengambil motornya Bilqis yang juga di parkir di sana. Alangkah terkejutnya Iyan, saat di parkiran, motor Bilqis terparkir persis di samping motor ulungnya.
"Ini motor kamu?" Tanya Iyan sembari menunjuk motor matic milik Bilqis.
"Iya, mas. Kenapa?" Tanya Bilqis menanyakan ekpresi Iyan yang terkejut.
"Kok pas sebelahan dengan motorku ini" jawab Iyan menunjuk motor ulung butut di sampingnya.
Bilqis bingung akan maksud Iyan yang mengatakan pas. Lantas, bertanya "Pas, Gimana?".
"Hhmm" berpikir sejenak sebelum mengatakan "Bukankah ini tanda ilahi!?, tanda kita bisa berdampingan seperti motor kita".