Vian hanya melamun mencari solusi kesulitan keuangan yang di alami. Berjam-jam ia hanya terdiam melihat atap lorong, tempat ia rebahan menjaga ayahnya, sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Mata yang sedari tadi tak kunjung terpejam, mulai tertutup seiring tubuh yang sudah lelah dan pikiran yang kalut perlu untuk di istirahatkan. Berharap besok ada jalan dari segala kesulitan yang ia alami.
Pagi sudah menjelang, terlihat sinar matahari menembus kaca tempat Vian tidur malam ini. Ia bangun dari tidurnya, kali ini Vian kesiangan untuk sholat subuh karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Lantas ia melihat handphone untuk melihat pesan masuk berharap ada kabar baik, ternyata Vida memberikan pesan kalau ia akan membawakan sarapan pagi untuk Vian.
Vian bergegas untuk mandi di toilet klinik. Namun sebelum mandi, ia sempatkan melihat kondisi ayahnya di balik kaca, tempat ia bisa mengetahui kondisi ayahnya karena ayahnya belum bisa dijenguk dan dilihat secara langsung. Terlihat ayahnya masih dalam keadaan tak sadarkan diri dengan peralatan medis yang melekat di tubuhnya, Vian hanya bisa berdoa berharap ayahnya bisa kembali sehat seperti dulu dengan perasaan yang begitu sedih.
Seusai melihat keadaan ayahnya, ia lantas pergi mandi di toilet klinik. Vian telah selesai mandi, badan yang bau dan wajah yang kusam kini telah berganti menjadi wangi dengan wajah yang nampak cerah.
Tak lama vian kembali ke ruang tunggu dan selesai mandi, Vida datang menghampiri Vian yang nampak masih melamun memikirkan kondisi ayahnya dan solusi mencari uang operasi.
"Mas!, kok melamun saja" panggil Vida yang sudah berdiri di sampingnya.
"Iya, Vid. Mas bingung mencari uang operasi ayah dan sedih melihat kondisinya" ucap Vian yang nampak sedih.
"Sabar, mas. Setiap kesulitan pasti allah swt kasih jalan. Sudah pinjam ke mas Alif?" Tanya Vida sambil memberi saran kepada Vian.
"Mas, sudah pinjam Alif kemarin untuk biaya rumah sakit. Mas, belum meminjam untuk biaya operasi ayah. Mas, tidak enak, Vid!, Mas terus merepotkan Alif. Kemarin saja waktu pinjam, Alif bilang juga butuh buat biaya ujian semesteran bulan depan" jawab Vian.
"Oalah!. Kalau begitu, ini mas, aku kasih pinjam uang tabunganku dulu ke mas. Tidak banyak mas, ini ada sepuluh juta" ucap Vida sembari memberikan uang tabungannya kepada Vian.