Mohon tunggu...
Vio Anantadeva
Vio Anantadeva Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Siswa Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Santri Peralihan, Memupuk Kerukunan di Serambi Pesantren

20 November 2024   20:30 Diperbarui: 20 November 2024   20:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ekskursi Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Di setiap gumpalan tanah yang mereka balik, ada doa tak terucap dan keyakinan bahwa kerja keras akan selalu berbuah manis. Dengan tangan yang berpeluh, mereka belajar bahwa pertanian bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga bentuk penghormatan pada bumi yang menjadi titipan Ilahi.

screenshot-2024-11-20-202458-673de33ec925c42a4842cd82.jpg
screenshot-2024-11-20-202458-673de33ec925c42a4842cd82.jpg
Sumber: Dokumentasi penulis

Dalam aktivitas beternak, langkah mereka menjadi pengingat akan kebesaran Allah yang menciptakan segala makhluk berpasangan. Para santri telah menyiapkan ember dan pakan, menyapa hewan-hewan peliharaan mereka dengan kelembutan yang tulus. Kambing-kambing mengembik, seolah menyambut kehadiran mereka, sementara ayam-ayam berkumpul, menunggu butiran pakan yang segera ditabur. 

Suara-suara ini, yang awalnya terdengar riuh, lambat laun menjadi harmoni yang akrab di telinga mereka, Para santri tidak sekadar memberi makan, tetapi juga memeriksa kesehatan para hewan. 

Mereka membersihkan kandang, menyapu jerami, dan menggantinya dengan yang baru. Sekali hasil ternak pun diolah kembali ke alam berupa kompos yang menyuburkan tanaman yang menghijaukan alam pesantren. Hasil peranakan unggas pun kerap dikumpulkan untuk dijadikan sumber nutrisi bagi para penghuninya. Menurut pihak pimpinan, para santri diajak untuk menghargai makhluk ciptaan yang diditipkan oleh-Nya di rumah yang lestari ini. 

screenshot-2024-11-20-201626-673de15134777c7faa740452.jpg
screenshot-2024-11-20-201626-673de15134777c7faa740452.jpg
Sumber: Dokumentasi penulis

Semetara itu, dapur pesantren berubah menjadi laboratorium kehidupan. Di sana, para santri meracik hasil panen menjadi kerajinan pangan. Tangan mereka yang tadinya menggenggam pena, kini menghaluskan adonan berbahan tepung, merajut kebanggaan pada hasil kerja sendiri. 

Dengan peralatan yang seadanya, mereka mengolah bahan-bahan sederhana menjadi produk yang dapat dinikmati oleh siapapun. 

Di setiap irisan buah, dalam setiap adonan yang mereka uleni, tersimpan cerita tentang dedikasi dan kecintaan pada karya. Tak hanya memanfaatkan hasil alam, santri itu juga diajak berinovasi, menciptakan sesuatu yang bernilai lebih, seolah membuktikan bahwa kreativitas dapat lahir dari keterbatasan.

Tak hanya mempelajari kitab suci, mereka juga belajar hikmah dari alam, dari tangan yang berpeluh, dan dari kerja sama yang tulus. 

Santri peralihan itu menyadari bahwa pesantren bukan sekadar tempat menghafal ayat, melainkan madrasah kehidupan yang melatih jiwa untuk kokoh seperti akar pohon, lentur seperti ranting, dan bermanfaat seperti buah yang ranum.Di sini, kecakapan diasah bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk bersaing dan bersinar di tengah masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun