Mohon tunggu...
Vinsen OSC
Vinsen OSC Mohon Tunggu... Mahasiswa - Faculty of Philosophy-UnPar CrosierXXIX2017

Fransisca Saraswati-Shania Gracia-Angelina Christy-Marsha Lenathea

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecewa

11 November 2023   19:22 Diperbarui: 11 November 2023   19:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa yang mau kamu ungkapkan? Katakan saja" jawabku sambil balik menatap Adit. Tampak dari wajah serius Adit untuk mengungkapkan sesuatu itu. Aku bisa merasakannya karena aku sudah mengenalnya.

"Saras, aku mau berterimakasih atas segala perjuanganmu membimbing aku untuk berubah. Aku merasa ini bakal menjadi sulit buatmu dan buatku. Apalagi sifatku keras seperti batu, mungkin lebih" ia menatap suasana Kota Bandung. Setelah itu ia kembali menatapku lagi.

"Namun, ternyata sifat lembutmu itu seperti air yang terus tercurah hingga mengikis batu. Kamu berhasil membuat aku berubah" Pujian dari Adit membuat aku tersipu malu. "Saras, apakah kamu mau menjadi pacarku?" Pertanyaan Adit yang spontan dan tak terduga itu membuat aku terhenyak. Perasaanku luluh. Aku seperti melayang. Tak terasa ada air yang bergetar di pelupuk mataku. Aku terharu. Lalu, kuanggukkan kepala tanda mengiyakan.

"Adit," kuungkapkan ini dengan menggenggam tangannya dan kutatap matanya. "Aku juga sangat berterimakasih karena kamu mau membuka diri dan hati kamu. Bantuan dari siapapun, termasuk aku tidak akan berhasil kalau kamu tidak membuka diri dan hati kamu untuk berubah. Kamu berubah, bukan hanya karena aku atau karena siapa-siapa, tetapi karena diri kamu yang mau berubah."

Sejak peristiwa malam itu, aku dan Adit resmi berpacaran. Sejak saat itu pula Adit banyak berubah dan hampir tak terlihat lagi sikap brutal dan ganasnya seorang panglima perang geng motor.

***

Bagaimanapun juga, walaupun berubah menjadi lebih baik, sikap asli manusia masih tetap ada. Itulah juga yang aku rasakan setelah hampir dua tahun berpacaran dengan Adit. Adit yang kukira sudah berubah, ternyata belum sepenuhnya berubah total. Ia terlibat tawuran dengan kelompok geng motor lain. Tawuran itu diketahui oleh polisi yang langsung meluncur ke lokasi tawuran. Yang terlibat tawuran kocar-kacir melarikan diri, termasuk Adit. Dalam kondisi pincang, ia tak dapat meloloskan diri. Sebagai seorang panglima perang, ia harus menyerahkan diri ke polisi dan mendekam lama di dalam penjara.

***

Malam ini diberitakan telah terjadi tawuran di Jalan Bahureksa. Tawuran tersebut melibatkan setidaknya 50 orang siswa-siswi dari dua sekolah berbeda.

Saat ini pihak kepolisian sedang memeriksa beberapa saksi dan juga para pelaku yang terlibat dalam tawuran tersebut. Salah satu di antaranya berinisial A yang merupakan pemimpin salah satu geng sekolah kenamaan di Kota Bandung

Saat itu aku sedang mengerjakan tugas di kamar. Mbok Darmi, pembantuku mengetuk pintu kamarku dan memberi tahuku ada tawuran geng motor. Aku terkejut mendengar berita itu. Saat itu aku tenang-tenang saja karena berpikir bukan Adit yang terlibat dalam tawuran itu. Saat aku hendak kembali ke kamar, aku mendengar bunyi sirene polisi yang lewat di jalan depan rumahku. Saat itulah kutelepon Adit, namun tak ada jawaban. Seketika itu juga aku panik setengah mati. Seketika itu juga aku tahu Adit berbohong pada malam itu. Ia tidak menjemput adiknya di bandara. Tapi, ia tawuran. Air mata pun perlahan menetes tanpa izin di pipiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun