Mohon tunggu...
Vinsen OSC
Vinsen OSC Mohon Tunggu... Mahasiswa - Faculty of Philosophy-UnPar CrosierXXIX2017

Fransisca Saraswati-Shania Gracia-Angelina Christy-Marsha Lenathea

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikrar Kekal

14 Juni 2022   17:18 Diperbarui: 14 Juni 2022   17:23 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jantung berdebar kencang, saat pertama kali kulihatmu. Tak sengaja diriku, menonton dirimu. Rambut hitammu yang lebat, mata tajam dan  senyum manismu. Kurasa kusudah terpikat pesonamu. Salahkahku menyukaimu, walau belum bertemu dirimu? Tapi, aku sudah tak bisa hilangkan rasa ini dari hatiku. Dapatkahku suatu saat menggapaimu, oh idolaku? Walau semua ini terasa semu, karena kujatuh padamu, yang tak tahu aku ada.[ Lirik asli lagu berjudul "Berdebar" milik Sisca JKT48]

 

Lagu "Berdebar" itu membawaku ke lamunan tentang masa lalu dimana aku pernah memimpikan sesuatu: "Jika aku menjadi..."

 

***

 

Sesosok gadis muda sedang duduk menghadap meja belajarnya. Kepalanya tegak lurus menatap sebuah tembok. Namun, tembok itu pun tidak ada apa-apa, selain sebuah kertas HVS putih dengan sederet tabel berisi jadwal pelajaran. Matanya tampak menatap langit-langit seolah sedang mencari sesuatu.  Pikirannya melayang-layang seiring dengan gerakan bola matanya. Tak lama kemudian, sesungging senyum terlukis di wajahnya.

 

"Kalau aku menjadi seorang biarawati seperti Suster Carolina, aku pasti akan terlihat anggun dan berwibawa", Dhea melamunkan  sosok Suster Carolina sambil menopangkan dagunya di atas lipatan jari-jarinya. "Tapi, apakah aku bisa dan sanggup menjalani hidup seperti Suster Carolina?" lamunan Dhea terhenti sejenak demi menjawab pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benaknya itu. Ia pun menghela nafas sejenak lalu membetulkan posisi duduknya sambil menyandarkan punggungnya di tempat duduk.

 

Dhea mengambil handphonenya lalu  membuka akun instagram Suster Carolina. Kebetulan, ia sudah mem-follow akun Suster Carolina. Mata Dhea terpaku pada sebuah postingan foto di instagram Suster Carolina bagian bawah. Ia membaca sebuah tulisan yang menjadi caption foto itu: "Novisiat 2010,..."

 

"Hmmm... Apakah sulit masuk biara?", tampak Dhea mulai mengernyitkan dahi diringi jarinya menggaruk di bagian pelipis. "Ah, besok aku akan bertemu Suster Carolina dan bertanya tentang kongregas biarawatii serta segala proses masuknya", Dhea menjentikkan jarinya diidringi kibasan poni sampingnya, lalu kembali duduk di meja belajarnya.

 

***

 

"Dhea, kalau kamu lulus SMA nanti, kamu mau melanjutkan kuliah dimana?", tanya ayah Dhea disela-sela makan malam bersama. Ibu dan adik Dhea pun langsung menatap Dhea bersamaan demi mendengar jawaban dari Dhea. Jantung Dhea pun berdegup kencang. Gerakan tangannya menjadi tidak tenang. Rasa makanan di mulutnya pun sejenak menghilang. Kedua kakinya pun ikut bergerak mencoba mengumpulkan kekuatan untuk  menjawab pertanyaan ayahnya yang mendadak bak petir  di siang bolong. Sorotan mata dan raut wajah yang tak biasa menandakan keseriusan jawaban yang akan dilontarkannya. Lalu Dhea menyimpan sendok makannya sambil menatap ke arah ayah, ibu, dan adiknya. "Ayah, ibu, Dhea ingin masuk biara. Dhea mau menjadi suster biarawati seperti Suster Carolina, suster pendamping Dhea di sekolah", Dhea menjawab pertanyaan ayahnya dengan penuh keyakinan. Tampak raut wajah ayah, ibu, dan adiknya memperlihatkan ekspresi terkejut mendengar jawaban Dhea yang spontan namun yakin dan mantap itu.

 

"Mbak yakin mau menjadi suster biarawati?", tanya adik Dhea polos sambil memasukkan nasi ke mulutnya dan meninggalkan  sebutir nasi di bibirnya. Ibunya pun menatap Dhea sambil membersihkan nasi yang ada di atas bibir adik Dhea.

 

"Iya Dhea, coba kamu pertimbangkan lebih dulu. Tapi, kalau kamu sudah yakin dan mantap, ibu mendukung keputusanmu", jawaban ibunya membuka jalan bagi Dhea untuk masuk biara.

 

"Huft...", hembusan nafas ayahnya terdengar jelas. "Kalau ayah, hanya bisa mendoakanmu. Syukur pada Allah kalau kamu punya panggilan untuk menjadi suster biarawati", jawaban ayahnya pun mendukung Dhea untuk masuk biara.

 

"Terimakasih ayah, ibu, adik sudah mendukung keputusan Dhea. Dhea hanya mohon doa dan restu kalian agar Tuhan menunjukkan jalan-Nya, kalau ini memang panggilan-Nya untuk Dhea", ungkap Dhea  sambil mengatupkan kedua tangannya.

 

"Aminnn...!!!", serentak ayah, ibu, dan adik Dhea menjawab bersamaan. Mereka pun melanjutkan makan malam dengan penuh rasa syukur dan kehangatan.

 

***

 

Hari itu di sekolah Dhea ada aksi panggilan dari berbagai tarekat dan kongregasi. Karena sekolah Dhea merupakan sekolah khusus perempuan,  yang mengisi acara aksi panggilan itu adalah para suster biarawati dari berbagai kongregasi. Dhea duduk di kursi nomor dua barisan kedua dari depan. Ia tampak antusias dan serius mendengar penjelasan dari para suster mengenai cara hidup masing-masing tarekat dan kongregasi mereka.

 

Pandangan Dhea tertuju pada Suster Carolina yang tampak anggun dan berwibawa ketika menyampaikan cara hidup kongregasinya. Dhea pun memperhatikan busana kongregasi yang dipakai oleh Suster Carolina. Pikiran Dhea ikut melayang seolah membayangkan jika ia memakai busana yang sama dengan yang dipakai oleh Suster Carolina.

 

Setelah acara selesai, Dhea memberanikan diriuntuk berbicara dengan Suster Carolina mengenai niatnya untuk masuk biara. Tanpa diduga Suster Carolina menyambut niat Dhea dengan antusias. Sejak saat itu Suster Carolina giat mendampingi Dhea untuk memantapkan panggilannya menjadi baiarawati.

 

***

 

-2016-

 

"Suster Veronika, proficiat atas penjubahannya", sapa Suster Carolina kepada  Dhea yang mengambil nama Veronika sebagai nama biara di acara penjubahan kongregasi yang sama dengan Suster Carolina.

 

"Terimakasih Suster Carolina. Ini semua berkat rahmat Tuhan Yesus dan juga dukungan, doa dari ayah, ibu, adik serta suster juga", jawab Dhea sambil menunjuk Suster Carolina dengan ibu jari tangan kanannya.

 

"Ya, semoga kamu semakin mantap dan serius menjalani panggilan Tuhan sebagai biarawati. Semangat Suster Veronika!", Suster Carolina menanggapi jawaban Dhea.

 

"Tapi Suster Carolina, aku menyadari bahwa penjubahan adalah awal dari perjuanganku untuk semakin mantap dan serius menjalani panggilan Tuhan. Justru, aku sekarang sedang takut. Aku takut, kalau di tengah  perjalanan nanti, aku memutuskan untuk mundur. Aku juga takut mengecewakan keluargaku dan juga Suster Carolina yang sudah mendukung dan mendoakanku", Dhea menceritakan ketakutannya kepada Suster Carolina.

 

"Suster Veronika, jangan berpikiran seperti itu dan jangan takut. Tenang, Tuhan yang memanggil,  Dia juga yang akan menyertai dan menuntun setiap langkahmu. Kamu hanya tinggal berdoa dan meneguhkan  hatimu untuk serius dengan jalan panggilan ini. Ingat Suster Veronika, kamu adalah gadis yang istimewa di mata Tuhan sehingga kamu dipilih untuk menanggapi jalan panggilan suci ini. Jadi, semangat terus!", Suster Carolina memcoba memberi peneguhan dan semnagat kepada Dhea.

 

"Terimakasih Suster Carolina", Dhea mengatupkan kedua tangannya lalu beranjak  dan menghampiri teman-teman seangkatannya yang sedang berkumpul.

 

***

 

Tangan  Dhea bergetar ketika lamunannya kembali meghadirkan cerita masa lalu saat ia berjuang untuk masuk ke biara ini. Di tangannya ada buku Puji Syukur yang membuka bagian "Doa Bagi Para Biarawan-Biarawati". Kemudian Dhea menatap foto keluarganya yang hadir saat  acara penjubahan. Di foto itu juga ada Suster Carolina yang menjadi idolanya saat itu dan yang mendampinginya sampai ia menjadi baiarawati saat ini. kemudia bibirnya berucap "Terimakasih ayah, ibu, adik untuk doa restu dan dukungan kalian. Doakan Dhea selalu agar Dhea selau serius danmantap dalam menjalani panggilan Tuhan. Terimakasih juga Suster Carolina yang selalu mendampingi Dhea sampai saat ini".

 

***

 

-2022-

 

Dalam sebuah kapel kongregasi lantunan "Litani Orang Kudus" terdengar begitu megah. Suasana begitu sakral dan mengharukan tatkala beberapa biarawati, termasuk Dhea merebahkan diri. Jari-jari tangan mereka terlipat satu dengan yang lain dan menempel di dahi mereka. Dalam hati, mereka mohon kepada Tuhan, Sang pemberi Panggilan agar menguatkan mereka untuk rela mati demi dunia dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.  Dalam posisi prostatio[posisi merebahkan diri. Lambang "mati bagi dunia" untuk para biarawan/biarawati yang mengucapkan kaul kekal] itu mereka mempersiapkan hati dan batin serta bersedia menyerahkan diri secara penuh kepada kongregasi tempat mereka berada demi pelayanan kepada Allah dan kepada seluruh umat-Nya.

 

"Saya, Suster Veronika, berkaul dan berjanji di hadapan Allah dan kepada Ibu Provinsial kongregasi, sebagai wakil dari Ibu General kongregasi serta para penggantinya, sesuai dengan aturan dan undang-undang dasar kongregasi. Maka, dengan cara ini, saya akan taat kepada Ibu General, serta para penggantinya sampai mati."

 

Dhea yang mengambil nama Veronika sebagai nama biaranya mengucapkan kaul kekalnya dengan lantang dan jelas di hadapan para hadirin, termasuk rekan-rekannya satu kongregasi. Tampak ayah dan ibunya menahan haru mendengar janji setia ketaatan sampai mati kepada Allah dan kongregasi putri mereka, Dhea. "Selamat, Dhea anakku. Ayah dan ibu rela melepasmu menjadi anggota kongregasi sepenuhnya. Doa dan restu kami selalu menyertaimu."

-Vinsen OSC-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun