Tentu ada banyak juga elemen-elemen yang lain, perempuan, kaum marginal harus mendapat pelayanan khusus, seperti itu. Yang mencerminkan wajah gereja yang inklusif, dinamis, dan relevan bagi dunia yang terus berubah.
Yang kedua, sinodalitas dan partisipasi, jalan menuju gereja yang hidup. Paus Fransiskus menekankan pentingnya sinodalitas sebagai jalan dan harapan dari gereja pada milenium ketiga.
Sinodalitas ini dalam refleksi Paus Franciscus adalah sesuatu yang diharapkan oleh Tuhan sendiri yang harus dilakukan gereja pada milenium ketiga. Sinodalitas adalah ekspresi gereja yang mendengar, tetapi juga berbicara. Membicarakan apa yang dia sudah dengar, dan berjalan bersama di mana seluruh umat Allah berpartisipasi aktif dalam kehidupan dan misi gereja.
Paus menegaskan bahwa gereja yang sinodal melibatkan seluruh umat sebagai subjek aktif dalam kehidupan pastoral. Hal ini tidak hanya memperkuat persekutuan, tetapi juga memastikan bahwa suara setiap individu, terutama yang berada di periferi atau pinggiran, didengar dan dihargai. Barangkali itu akan menjadi puncak dari suara gereja kalau mereka berada di pinggiran, didengar dan dihargai.
Itu juga yang menjadi fokus utama dari sinodal universal yang berproses dalam dua atau tiga tahun itu, terutama untuk mendengar suara mereka yang ada di pinggiran,
Jadi narasi kisah periferi ini selalu ada di mana-mana dan seharusnya kesadaran itu menjadi semakin kuat ketika kita menemukan diri juga sebagai bagian dari periferi atau pinggiran itu sendiri.
Dalam konteks gereja, setiap anggota atau umat dari yang terkecil hingga yang paling terpandang memiliki peran unik dalam membangun komunitas di mana. partisipasi ini tidak hanya memperkuat struktur gereja tetapi juga mencerminkan semangat kolegialitas dan solidaritas.
Gereja secara khusus selama pastoral ini mudah-mudahan dapat mengadopsi model yang dikembangkan di beberapa tempat itu yang disebut dengan model lingkaran pendengar. Lingkaran pendengar. Karena setiap pembicaraan itu adalah hasil dari kita saling mendengar. Mungkin disitu bukan berarti tidak bicara. Tapi lingkaran pendengar ini adalah sebuah model baru untuk membangun sinergitas itu.
Jadi kita saling mendengar, bertukar pikiran, membangun diskursus, membagikan pengalaman, narasi-narasi baik, juga narasi-narasi yang kurang baik seperti  kegagalan, sehingga kita bisa menemukan inti-inti apa saja yang bisa kita kembangkan dalam kehidupan gereja
Model ini memungkinkan komunitas KBG menjadi pusat pengambilan keputusan pastoral. Dengan mendengarkan suara komunitas, gereja dapat merespons kebutuhan umat untuk membangun tata kelola yang lebih partisipatif dan inklusif.
Dengan demikian, kesadaran ekologis kita memiliki akar kepada pengalaman iman umat kita. Jadi dia juga harus protokol dari bawah, bukan hanya dari atas. Dari atas dan dari bawah, ketemunya di tengah.