Beberapa pemikir melihat bahwa dunia ini, mereka melihat dan menyebutnya sebagai dunia yang cair. Hal ini sering disebut Modernitas cair. Melihat dunia ini dalam konteks dinamika yang sudah radikal.
Identitas persekutuan gereja menghadapi tantangan karena perubahan yang cepat dan ada banyak ketidakpastian-ketidakpastian yang kita hadapi. Dunia dalam konteks ini membutuhkan komunitas yang mampu menawarkan stabilitas, makna, dan harapan. Jadi  di tengah dunia yang begitu cair masih dibutuhkan komunitas yang menawarkan stabilitas, makna, dan harapan.
Jadi, ini dua dimensi dari persekutuan. Jadi, tidak hanya struktur. Dan kalau kita hanya melihat struktur, maka kita hanya akan terjebak untuk melihat struktur itu atau persekutuan itu terlalu piramidal dan piramidis.
Padahal tadi, sebagaimana disampaikan oleh paus Fransiskus , jadi, model yang ditawarkan hubungan dimana ada banyak perjumpaan, ada banyak relasi yang perlu kita pertimbangkan dalam persekutuan itu. Persekutuan sejati tidak hanya berbicara tentang kehadiran, tetapi juga tentang partisipasi aktif setiap anggotanya.
Saya masih ingat sambutan dari Bapak Kardinal waktu tahbisan uskup kemarin. Dia mengatakan bahwa kehadiran adalah jalan menuju kekudusan.
Jadi, kita harus hadir di mana kita memang harus hadir di sana. Karena kadang kita hadir di tempat yang seharusnya kita tidak perlu hadir. Atau tidak hadir di mana seharusnya kita hadir.
Jadi, makna kehadiran itu, kehadiran itu menurut Bapak Kardinal bisa menjadi jalan menuju kekudusan. Dan kita semua dipanggil untuk hadir. Kita yang berkumpul di sini adalah para pelayan iman, para pelayan pastoral, dan kita memiliki narasi-narasi kehadiran.
Di paroki ada kehadiran ke KBG, ke stasi, ada program-program rutin, mengunjungi keluarga, mengunjungi komunitas basis, mengunjungi stasi. Hai ini menurut saya itu adalah hal yang luar biasa yang harus terus kita pertahankan. Jadi persekutuan tanpa kehadiran dia akan menjadi sebuah struktur yang mungkin tidak hangat. kalau dalam bahasa Indonesia hal ini disebut dengan anti kemesraan,
Karena itu keterlibatan semua pihak, teristimewa kaum muda sangat penting. Dalam beberapa kunjungan di paroki, di komunitas, kita bergembira sekali karena ada banyak anak-anak dan orang muda yang datang dan berkumpul baik dalam perayaan ekaristi maupun dalam kegiatan-kegiatan yang lain.
Dan rupanya memang kita harus berpikir sebagaimana gagasan tentang bonus demografi itu yang akan terjadi 10 tahun dari sekarang, mungkin kita juga sedang mempersiapkan sebuah gereja, gereja bonus demografi yang bentuknya akan dimulai pada 2035, sepuluh tahun dari sekarang. Ketika generasi muda ini akan menjadi generasi produktif seperti apakah gereja pada saat ini. Pertanyaannya bagaimana ruang yang kita sediakan bagi mereka dalam menggereja, dalam membangun tubuh kristus itu sebagai salah satu elemennya.