Shinta Aulia Annisa1, Ryan Prayogo2, Fathiinatut Taqiyyah3, Vindy Audina Adelia4, Innes Annisa' Istiqomah5
202133093@std.umk.ac.id ; 202133116@std.umk.ac.id ; 202133121@std.umk.ac.id ; 202133125@std.umk.ac.id ; 202133126@std.umk.ac.id
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus
Abstrak
Penelitian ini mengeksplorasi integrasi budaya lokal ke dalam kurikulum Ilmu Sosial (IPS) sekolah dasar di Indonesia, dengan fokus pada peningkatan pemahaman dan apresiasi siswa terhadap warisan budaya mereka. Penelitian ini menggunakan metodologi tinjauan pustaka, dengan mengkaji studi yang ada tentang pendidikan IPS berbasis budaya dan implementasinya. Pertanyaan utama yang diteliti meliputi integrasi budaya lokal ke dalam materi IPS, penerapan metode pembelajaran kontekstual, pemanfaatan sumber belajar berbasis lokal, kolaborasi dengan masyarakat lokal, keterlibatan siswa dalam eksplorasi budaya, penggunaan pembelajaran berbasis proyek, pengembangan toleransi dan apresiasi terhadap keberagaman budaya, penerapan kearifan lokal dalam memecahkan masalah sosial, implementasi penilaian yang peka terhadap budaya, dan pengembangan rencana pelajaran berbasis budaya. Studi ini menekankan pentingnya metode pembelajaran kontekstual, memanfaatkan sumber daya lokal, dan berkolaborasi dengan masyarakat untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Lebih jauh, penelitian ini menggarisbawahi peran pembelajaran berbasis proyek dalam mendorong keterlibatan siswa dan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai budaya. Studi ini menyimpulkan bahwa pendidikan berbasis budaya sangat penting untuk memperkuat identitas budaya lokal, meningkatkan relevansi pembelajaran, mengembangkan karakter sosial dan moral, dan menyediakan sumber belajar yang beragam. Studi ini juga menekankan perlunya pelatihan guru dan pengembangan materi pembelajaran berbasis lokal untuk secara efektif menerapkan praktik dan penilaian pengajaran yang peka terhadap budaya yang mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap keragaman budaya Indonesia yang kaya.
Kata Kunci : IPS, Integrasi Budaya Lokal, Kearifan Lokal
Pendahuluan
Negara Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang tersebar di setiap daerah. Masyarakat memiliki peran dalam menjaga kebudayaan yang ada di daerahnya. Tidak hanya itu, para generasi muda bahkan anak-anak juga dikenalkan tentang kebudayaan yang ada di lingkungan sekitarnya. Menurut Robert H.Lowie, kebudayaan merupakan hasil dari proses belajar dan sosialisasi individu dalam masyarakat. Kebudayaan diwariskan generasi ke generasi selanjutnya untuk membentuk cara pandang terhadap dunia dan cara berinteraksi dengan orang lain (Mahdayeni et al., 2019). Dari pendapat tersebut dapat kita pahami bahwa kebudayaan merupakan suatu kegiatan interaksi social yang terjadi secara turun temurun.
Kebudayaan harus terus dilestarikan, terlebih pada zaman sekarang banyak sekali anak-anak yang tidak mengenal kebudayaan yang ada di lingkungannya sendiri. Bahkan mereka lebih mengenal kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dibandingkan dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Memperkenalkan budaya local yang kita miliki dapat dikenalkan kepada siswa terutama pada siswa sekolah dasar (SD). Siswa SD merupakan salah satu sasaran yang tepat untuk dikenalkan kepada budaya local, hal ini menjadi peran penting bagi masyarakat maupun para pendidik (Aisara & Widodo, 2020). Salah satu cara untuk mengenalkan kebudayaan local kepada siswa adalah dengan cara mengaitkan budaya lokal dengan mata pelajaran. Pada saat ini kebudayaan lokal yang ada di sekolah dikaitkan dengan mata pelajaran IPS atau biasa dikenal dengan sebutan etnososial.
Pendidikan berbasis dengan kearifan lokal merupakan Pendidikan yang menanamkan pemahaman mendalam terhadap konsisi dan permasalahan nyata yang di hadapi masyarakat. Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting bagi siswa untuk menanamkan nilainilai budaya yang ada dilingkungan sekitarnya (Marlina, 2020). Selain itu, (Muthoharoh & Siswoyo, 2024) menjelaskan bahwa etnososial merupakan proses pembelajaran yang menghubungkan nilai-nilai budaya lokal dengan kehidupan social disekitarnya.
Penilaian budaya sangat penting diterapkan kepada siswa agar para siswa dapat menghargai tentang keberagaman budaya yang ada di sekitar lingkungannya maupun budaya-budaya yang ada di Indonesia. (Zahrika & Andaryani, 2023) menekankan bahwa Pendidikan yang berbasis pada budaya dapat menjadi kunci bagi siswa untuk mengenal, menghargai, serta memahami tentang asal usul budaya yang dimiliki oleh mereka sendiri. 2 Dengan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang budaya lokal, siswa dapat merasa mempunyai hubungan dengan warisan leluhur dan memahami bagaimana budaya membentuk nilai-nilai, serta cara mereka memandang diri mereka sendiri. Pendidikan dengan berbasis budaya lokal bukan hanya sekedar mengajarkan tentang fakta-fakta budaya saja. Namun, mereka akan memiliki rasa bangga terhadap budaya yang mereka miliki. Hal ini sangat penting untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih sadar akan budaya yang dimiliki dan terbukan akan adanya perbedaan.
Metode Penelitian
Penelitian pada artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi literatur. Studi literatur melibatkan proses mencari dan mengumpulkan informasi, pengetahuan, dan fakta dari sumber tertulis seperti buku, jurnal ilmiah, artikel, berita, atau majalah yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. (Ibnu Mustopo Jati, 2022) mengutarakan bahwa studi literatur adalah metode penelitian yang memungkinkan pengumpulan data tanpa kerja lapangan langsung, melainkan mencari informasi dari perpustakaan atau repositori lain yang menyimpan berbagai dokumen atau referensi, yang semuanya telah teruji validitasnya. Dengan memanfaatkan metode penelitian ini, tujuannya adalah untuk mengurangi bias yang berasal dari interpretasi subjektif peneliti, sehingga meningkatkan kedalaman temuan dan memperkuat argumen yang disajikan dalam penelitian ini dengan wawasan yang diperoleh dari penelitian ahli sebelumnya. Peneliti dalam artikel ini melakukan beberapa tahap: 1) memilih atau menentukan topik penelitian, 2) merumuskan pertanyaan penelitian, 3) menguraikan tujuan penelitian, 4) memanfaatkan mesin pencari untuk menemukan dan menyelidiki sumber informasi, 5) memilih sumber informasi yang relevan berdasarkan kata kunci dari temuan penelitian, 6) merangkum hasil penelitian, dan 7) menyajikan temuan yang dirangkum. Untuk pencarian sumber informasi, peneliti memanfaatkan basis data jurnal penelitian daring, yaitu Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian tersebut meliputi "IPS," "integrasi budaya lokal," dan "kearifan lokal." Literatur yang dirujuk dalam jurnal penelitian tersebut terdiri dari artikel nasional yang diterbitkan dalam 5 tahun  terakhir. Dari 15 literatur yang ditemukan, peneliti mengkaji 5 literatur yang memiliki relevansi dengan topik yang akan dikaji, yaitu tentang analisis etnososial dalam meningkatkan pemahaman dan apresiasi siswa warisan budaya.Â
Pembahasan
- Integrasi Budaya Lokal pada Pembelajaran Etnososial Â
    Pendidikan yang berbasis pada budaya dapat menjadi kunci bagi siswa untuk mengenal, menghargai, serta memahami tentang asal usul budaya yang dimiliki oleh mereka sendiri. Dengan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang budaya local, siswa dapat merasa mempunyai hubungan dengan warisan leluhur dan memahami bagaimana budaya membentuk nilai-nilai, serta cara mereka memandang diri mereka sendiri. Pendidikan dengan berbasis budaya local bukan hanya sekedar mengajarkan tentang fakta-fakta budaya saja. Namun, mereka akan memiliki rasa bangga terhadap budaya yang mereka miliki. Hal ini sangat penting untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih sadar akan budaya yang dimiliki dan terbukan akan adanya perbedaan.
    Nilai-nilai kebudayaan lokal yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal siswa dapat menjadi sumber daya yang berharga untuk pembelajaran di sekolah, salah satunya dapat dijadikan penanaman nilai-nilai nasionalisme. Guru sebagai fasilitator dapat melakukan pembelajaran dengan cara menggabungkan dan menyisipkan nilai-nilai kebudayaan lokal sesuai dengan literasi budaya. Selain itu, penting bagi guru untuk menyesuaikan dengan tingkat perkembangan maupun pemahaman siswa, terutama pada tingkat Sekolah Dasar (Lely Nurmaya et al., 2024).
     Dalam melakukan pembelajaran etnosisal guru dapat menghubungkan budaya lokal yang ada lalu dihubungkan dengan Capaian Pembelajaran untuk menjapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu contonya yakni pengintegrasian budaya lokal dengan materi IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di sekolah dasar di Lombok Barat, khususnya melalui ritual Perang Topat (Widodo, 2020), dapat dilakukan dengan memanfaatkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ritual tersebut sebagai sumber pembelajaran. Nilai-nilai yang dapat diambil dari Ritual Perang Topat untuk pembelajaran diantaranya sebagai berikut :
- Nilai Kerjasama : Mengajarkan pentignya penyelesaian konflik secara damai.
- Nilai religious : mendorong pemahaman tentang keberagaman agama dan toleransi.
- Nilai historis : memberikan konteks sejarah yang kaya bagi siswa
- Nilai kebersamaan dan persamaan derajat : menekankan pentingnya kerjasama dalam masyarakat.
- Nilai gotong royong dan musyawarah : mengajarkan siswa tentang kolaborasi dan pengambilan keputusan bersama.
- Nilai toleransi : mendorong sikap saling menghargai antar budaya.
Adapun langkah yang harus dilakukan untuk mengaitkan budaya local sebagai sumber belajar yakni :
- Mengidentifikasi nilai budaya yang ada
- Mengaitkan budaya local dengan kurikulum sekolah
- Menerapkan model pembelajaran kontekstual
- Melakukan kegiatan belajar secara langsung di lapangan.
Selain Perang Topat, implementasi budaya lokal dalam materi IPS di tingkat sekolah dasar dapat dilakukan melalui pengintegrasian tradisi lokal dengan metode kontekstual , seperti "Tradisi Bersih Desa Tula'an" Â yang ada di Pekon Pasir Ukir, Kabupaten Pringsewu, Lampung Budiarti et al., (2022). Menggunakan tradisi bersih desa sebagai konteks untuk mengajarkan konsep-konsep sosial. Misalnya, siswa dapat belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan melalui praktik bersih desa yang dilakukan oleh masyarakat setempat
Kegiatan pembelajarannya yaitu mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan bersih desa atau acara lokal lainnya. Ini tidak hanya memberikan pengalaman langsung tetapi juga meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap budaya mereka. Siswa dapat melakukan penelitian tentang tradisi lokal di daerah mereka, termasuk wawancara dengan tokoh masyarakat atau peserta tradisi, sehingga mereka dapat memahami lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut.
- Kolaborasi dengan Masyarakat Lokal
Siswa dapat diajak untuk berkolaborasi dengan masyarakat sekitar agar mereka mengetahui secara langsung budaya lokal yang sedang mereka pelajari. Selain itu, dengan berkolaborasi siswa dapat menambah nilai social dengan masyarakat sekitar. salah satu contohnya yakni menurut Yuliarsih et al (2022) dalam artikel tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi dengan masyarakat lokal dalam pelaksanaan tradisi sebar uang koin di Desa Coper, yang merupakan bagian integral dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini tidak hanya melibatkan anggota masyarakat dalam prosesi dan kegiatan, tetapi juga mengajak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Keterlibatan masyarakat terlihat dari berbagai peran yang diambil, mulai dari persiapan acara, pembacaan sholawat, hingga sambutan dari tokoh masyarakat dan perwakilan pemerintah. Melalui kolaborasi ini, masyarakat tidak hanya merasakan kebersamaan dan kekeluargaan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan identitas budaya mereka. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam tradisi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar langsung dari pengalaman dan interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka, sehingga mereka dapat memahami dan menghargai warisan budaya yang ada. Dengan demikian, kolaborasi dengan masyarakat lokal dalam tradisi sebar uang koin tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya dan penguatan komunitas.
Siswa juga dapat terlibat secara langsung dalam mengeksplorasi budaya yang ada. Melin et al (2023) yang membahas Nilai-Nilai Tradisi Tepung Tawar Sebagai Sumber Belajar IPS di SD, terdapat penjelasan yang jelas mengenai keterlibatan siswa dalam eksplorasi budaya. Penelitian ini menekankan pentingnya integrasi tradisi lokal, khususnya Tradisi Tepung Tawar, ke dalam kurikulum pendidikan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang budaya mereka sendiri.
Keterlibatan siswa dalam eksplorasi di atas meliputi :
- Penggunaan Tradisi sebagai Sumber Belajar
- Tradisi Tepung Tawar dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa memahami dan menghargai budaya lokal mereka, serta menginternalisasi nilai-nilai kearifan local
- Kegiatan Praktis
- Siswa dapat dilibatkan dalam kegiatan praktis yang berkaitan dengan Tradisi Tepung Tawar, seperti mengikuti acara tersebut atau melakukan penelitian tentang makna simbolik dari tradisi tersebut.
- Pembelajaran Kontesktual
- Dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan tradisi lokal, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga mendapatkan konteks yang lebih kaya tentang kehidupan masyarakat mereka. Ini menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan.
- Peningkatan Kesadaran Budaya
- Keterlibatan siswa dalam eksplorasi budaya melalui tradisi seperti Tepung Tawar diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan budaya lokal, serta mendorong generasi muda untuk lebih mencintai dan memahami warisan budaya mereka.
Pembelajaran IPS dengan menggabungkan budaya seperti Tradisi Tepung Tawar juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran berbasis proyek. Berikut langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dari tradisi Tepung Tawar yakni :
- Identifikasi Tema Proyek
- Pilih tema proyek yang relevan dengan nilai-nilai dalam tradisi Tepung Tawar, misalnya "Perayaan Tradisi Tepung Tawar di Masyarakat Lokal".
- Riset dan Pengumpulan Data
- Siswa melakukan observasi dan wawancara dengan tokoh masyarakat atau keluarga yang melaksanakan tradisi ini. Hal ini bisa dilakukan melalui kunjungan ke desa atau mengundang narasumber ke sekolah.
- Pengembangan Proyek
- Siswa bekerja dalam kelompok untuk merancang presentasi atau pameran tentang tradisi Tepung Tawar. Mereka dapat membuat poster, video dokumenter, atau bahkan mengadakan simulasi acara Tepung Tawar.
- Presentasi
- Setelah menyelesaikan proyek, siswa dapat mempresentasikan hasil kerja mereka kepada teman-teman sekelas. Ini tidak hanya meningkatkan keterampilan berbicara di depan umum tetapi juga memperkuat pemahaman mereka tentang materi.
- Refleksi
- Setelah proyek selesai, adakan sesi refleksi di mana siswa dapat mendiskusikan apa yang mereka pelajari tentang nilai-nilai budaya dan bagaimana pengalaman tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
- Penerapan Penilaian dalam Menghargai Keberagaman Budaya
Salah satu contoh penerapan kebudayaan lokal dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui pemberian permainan tradisional. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Rachmadyanti, 2021) mengangat kearifan local masyarakat Using sebagai sumber belajar IPS di SD. Kearifan lokal yang diangkat pada penelitian tersebut meliputi tradisi Rebo Wekasan, Ritual Dahan (ritual pembersihan bendungan) oleh sejumlah petani yang ada di desa tersebut, Rumah Adat yang ada di desa Kemrien, Kesenia, Tarian, serta Upacara Adat. Kebudayaan lokal tersebut dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa.
Penilaian tentang keberagaman budaya dapat dilakukan dengan cara siswa ikut terlibat dalam upacara-upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat. Selain itu, para siswa dapat belajar tarian khas yang ada pada desa tersebut. Salah satunya adalah Tari Gandrung. Pada saat ini tarian tradisional dapat dijadikan sebagai ekstrakulikuler di sekolah. Sehingga siswa dapat mendalami kebudayaan lokal yang dimilikinya. Dengan cara memanfaatkan tradisi ataupun praktik, siswa dapat melihat langsung bagaimana nilai-nilai budaya yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya menghargai keberagaman budaya ini lah yang menjadikan terjaganya pemahaman siswa terhadap kebudayaan lokal yang ada disekitar lingkungan sekolah maupun tempat tinggal. Meskipun banyak sekali potensi untuk menerapkan penilaian tentang menghargai keberagaman budaya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat kendala dalam praktik pembelajarannya. Misalnya, kurangnya pemahaman guru terhadap kearifan lokal serta minimnya bahan ajar yang tersedia. Maka dari itu, perlu adanya pelatihan bagi guru serta pengembangan sumber pembelajaran yang berbasis lokal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Penyusunan Rencana Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran berbasis budaya merupakan pendekatan yang penting untuk menginternalisasi nilai-nilai lokal maupun karakter bangsa dalam Pendidikan. Berikut penyusunan rencana pembelajaran berbasis budaya yang dapat diterapkan dalam materi IPS:
- Tentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa dapat memahami dan menghargai kearifal local melalui identifikasi aspek-aspek budaya lokal yang relevan dengan materi IPS yang di pelajari di sekolah. Selain itu, siswa dapat menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa hal tersebut tujuan pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan maupun keadaan pembelajaran dan budaya lokal yang ada di lingkungan sekitar siswa.
- Kaitkan budaya lokal dengan materi pembelajaran siswa di sekolah. Materi IPS yang dapat dikaitkan dengan kebudayaan lokal adalah geografi, sejarah dari suatu tradisi ataupun budaya-budaya yang ada di lingkungan sekitar siswa, ekonomi masyarakat lokal, sosiologi tentang struktuk sosial masyarakat lokal, serta budaya-budaya yang menjadi ciri khas dari suatu daerah.
- Buatlah aktivitas belajar yang melibatkan siswa secara aktif dan kontekstual, seperti:
- Diskusi kelas antar siswa atau kelompok yang membahas tentang keberagaman budaya yang ada di indnesia. Ajak siswa untuk berbagi pengalaman yang terkait dengan praktik pelestarian lingkungan maupun budaya yang ada disekitarnya.
- Proyek lapangan, siswa dapat melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat yang dirasa mampu memberikan informasi tentang keberagaman budaya lokal di suatu daerah atau lingkungan tempat tinggal siswa.
- Siswa diajak untuk melakukan kegiatan kreatif seperti membuat poster tentang pelestarian kearifan lokal yang telah dipelajari. Siswa juga dapat mengidentifikasi dari suatu pertunjukkan kesenian atau tradisi dari masyarakat yang ada di sekitar lingkungannya.
- Setelah diberikan kegiatan yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir bagi siswa, guru dapat memberikan penilaian dengan cara memberikan kuis tentang materi yang telah dipelajari, penilaian proyek terhadap hasil dari waawancara yang dilakukan oleh siswa, maupun evaluasi terhadap poster yang dibuat oleh siswa mengenai kearifan lokal.
Penerapan rencana pembelajaran berbasis kebudayaan lokal ini tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi IPS saja, namun dapat memperkuat identitas budaya siswa sebagai bagian dari masyarakat indonesia. Siswa juga akan lebih menghargai warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang dan dapat berkontribusi pada pelestariannya di masa depan nantinya.
Simpulan
Integrasi budaya lokal ke dalam kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar sangat penting untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi siswa terhadap warisan budaya mereka. Penelitian menunjukkan bahwa pengenalan budaya lokal, seperti ritual maupun tradisi lokal di masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi siswa terhadap warisan budaya mereka. Metode pembelajaran kontekstual dan pembelajaran berbasis proyek sangat dianjurkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna. Selain itu, pelatihan guru dan pengembangan materi pembelajaran berbasis lokal diperlukan untuk menerapkan praktik pengajaran yang peka terhadap budaya. Dengan demikian pendidikan berbasis budaya tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga mengembangkan karakter sosial dan moral siswa, serta meningkatkan relevansi pembelajaran.
Saran
Demikian materi yang dapat kami uraikan, Â kami menyadari bahwa dalam penulisan artikel studi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kami.
Daftar Pustaka
Aisara, F., & Widodo, A. (2020). Melestarikan Kembali Budaya Lokal Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala.
Budiarti, Y., Rinda, D., & Puspito, A. (2022). Tula'an: Tradisi Bersih Desa Sebagai Sumber Pembelajaran Ips. Jurnal Didika: Wahana Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(2), 207--213. https://doi.org/10.29408/didika.v8i2.6006
Lely Nurmaya, A. G., Nurlaila, M., & Ali Agus, A. (2024). Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan Kearifan Lokal Sebagai Pilar Utama dalam Pembentukan Karakter Siswa: Eksplorasi dalam Konteks Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(2). https://doi.org/10.31004/edukatif.v6i2.6392
Mahdayeni, Muhammad Roihan Alhaddad, & Ahmad Syukri Saleh. (2019). Manusia Dan Kebudayaan(Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia Dalam Keanekaragaman Budaya Dan Peradaban, Manusia Dan Sumber Penghidupan).
Marlina. (2020). Pengembangan Modul Elektronik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Etnokontruktivisme Dalam Topik Lacak Dan Tengkuluk Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Untuk Kelas V Sekolah Dasar.
Melin, Suprapto, W., & Mulyani, S. (2023). Nilai-Nilai Tradisi Tepung Tawar Sebagai Sumber Belajar IPS Di SD. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 8(3), 91--98.
Muthoharoh, A., & Siswoyo, A. A. (2024). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnososial Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada IPAS Materi Norma Dalam Adat Istiadat Di Daerahku. Journal of Education for All, 2(3), 185--196. https://doi.org/10.61692/edufa.v2i3.165
Rachmadyanti, P. (2021). Studi Litearatur: Kearifan Lokal Masyarakat Using sebagai Sumber Belajar IPS di Sekolah Dasar. http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/
Widodo, A. (2020). Nilai Budaya Ritual Perang Topat Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar. Gulawentah:Jurnal Studi Sosial, 5(1), 1. https://doi.org/10.25273/gulawentah.v5i1.6359
Yuliarsih, D., Hanif, M., & Sudarmiani, S. (2022). Tradisi Sebar Uang Koin: Nilai Budaya Masyarakat Desa Coper dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar IPS SD/MI. Jurnal Studi Sosial, 7(1), 68--82. https://doi.org/10.25273/gulawentah.v7i1.12288
Zahrika, N. A., & Andaryani, E. T. (2023). Kurikulum Berbasis Budaya untuk Sekolah Dasar: Menyelaraskan Pendidikan dengan Identitas Lokal. Pedagogika: Jurnal IlmuIlmu Kependidikan, 3(2), 163--169. https://doi.org/10.57251/ped.v3i2.112
Ibnu Mustopo Jati. (2022). Nilai-nilai Kearifan Lokal Tradisi Nyadran Sebagai Sumber Belajar IPS. Journal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 14(2), 246--258. https://doi.org/10.37304/jpips.v14i2.7728
Melin, Suprapto, W., & Mulyani, S. (2023). Nilai-Nilai Tradisi Tepung Tawar Sebagai Sumber Belajar IPS Di SD. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 8(3), 91--98.
Widodo, A. (2020). Nilai Budaya Ritual Perang Topat Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar. Gulawentah:Jurnal Studi Sosial, 5(1), 1. https://doi.org/10.25273/gulawentah.v5i1.6359
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H