Mohon tunggu...
Vindy Audina
Vindy Audina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Etnososial dalam Meningkatkan Pemahaman dan Apresiasi Siswa Terhadap Warisan Budaya

29 Desember 2024   15:06 Diperbarui: 29 Desember 2024   15:28 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penilaian budaya sangat penting diterapkan kepada siswa agar para siswa dapat menghargai tentang keberagaman budaya yang ada di sekitar lingkungannya maupun budaya-budaya yang ada di Indonesia. (Zahrika & Andaryani, 2023) menekankan bahwa Pendidikan yang berbasis pada budaya dapat menjadi kunci bagi siswa untuk mengenal, menghargai, serta memahami tentang asal usul budaya yang dimiliki oleh mereka sendiri. 2 Dengan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang budaya lokal, siswa dapat merasa mempunyai hubungan dengan warisan leluhur dan memahami bagaimana budaya membentuk nilai-nilai, serta cara mereka memandang diri mereka sendiri. Pendidikan dengan berbasis budaya lokal bukan hanya sekedar mengajarkan tentang fakta-fakta budaya saja. Namun, mereka akan memiliki rasa bangga terhadap budaya yang mereka miliki. Hal ini sangat penting untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih sadar akan budaya yang dimiliki dan terbukan akan adanya perbedaan.

Metode Penelitian

Penelitian pada artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis studi literatur. Studi literatur melibatkan proses mencari dan mengumpulkan informasi, pengetahuan, dan fakta dari sumber tertulis seperti buku, jurnal ilmiah, artikel, berita, atau majalah yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. (Ibnu Mustopo Jati, 2022) mengutarakan bahwa studi literatur adalah metode penelitian yang memungkinkan pengumpulan data tanpa kerja lapangan langsung, melainkan mencari informasi dari perpustakaan atau repositori lain yang menyimpan berbagai dokumen atau referensi, yang semuanya telah teruji validitasnya. Dengan memanfaatkan metode penelitian ini, tujuannya adalah untuk mengurangi bias yang berasal dari interpretasi subjektif peneliti, sehingga meningkatkan kedalaman temuan dan memperkuat argumen yang disajikan dalam penelitian ini dengan wawasan yang diperoleh dari penelitian ahli sebelumnya. Peneliti dalam artikel ini melakukan beberapa tahap: 1) memilih atau menentukan topik penelitian, 2) merumuskan pertanyaan penelitian, 3) menguraikan tujuan penelitian, 4) memanfaatkan mesin pencari untuk menemukan dan menyelidiki sumber informasi, 5) memilih sumber informasi yang relevan berdasarkan kata kunci dari temuan penelitian, 6) merangkum hasil penelitian, dan 7) menyajikan temuan yang dirangkum. Untuk pencarian sumber informasi, peneliti memanfaatkan basis data jurnal penelitian daring, yaitu Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian tersebut meliputi "IPS," "integrasi budaya lokal," dan "kearifan lokal." Literatur yang dirujuk dalam jurnal penelitian tersebut terdiri dari artikel nasional yang diterbitkan dalam 5 tahun  terakhir. Dari 15 literatur yang ditemukan, peneliti mengkaji 5 literatur yang memiliki relevansi dengan topik yang akan dikaji, yaitu tentang analisis etnososial dalam meningkatkan pemahaman dan apresiasi siswa warisan budaya. 

Pembahasan

  • Integrasi Budaya Lokal pada Pembelajaran Etnososial  

        Pendidikan yang berbasis pada budaya dapat menjadi kunci bagi siswa untuk mengenal, menghargai, serta memahami tentang asal usul budaya yang dimiliki oleh mereka sendiri. Dengan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang budaya local, siswa dapat merasa mempunyai hubungan dengan warisan leluhur dan memahami bagaimana budaya membentuk nilai-nilai, serta cara mereka memandang diri mereka sendiri. Pendidikan dengan berbasis budaya local bukan hanya sekedar mengajarkan tentang fakta-fakta budaya saja. Namun, mereka akan memiliki rasa bangga terhadap budaya yang mereka miliki. Hal ini sangat penting untuk membentuk siswa menjadi individu yang lebih sadar akan budaya yang dimiliki dan terbukan akan adanya perbedaan.

        Nilai-nilai kebudayaan lokal yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal siswa dapat menjadi sumber daya yang berharga untuk pembelajaran di sekolah, salah satunya dapat dijadikan penanaman nilai-nilai nasionalisme. Guru sebagai fasilitator dapat melakukan pembelajaran dengan cara menggabungkan dan menyisipkan nilai-nilai kebudayaan lokal sesuai dengan literasi budaya. Selain itu, penting bagi guru untuk menyesuaikan dengan tingkat perkembangan maupun pemahaman siswa, terutama pada tingkat Sekolah Dasar (Lely Nurmaya et al., 2024).

         Dalam melakukan pembelajaran etnosisal guru dapat menghubungkan budaya lokal yang ada lalu dihubungkan dengan Capaian Pembelajaran untuk menjapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Salah satu contonya yakni pengintegrasian budaya lokal dengan materi IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di sekolah dasar di Lombok Barat, khususnya melalui ritual Perang Topat (Widodo, 2020), dapat dilakukan dengan memanfaatkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ritual tersebut sebagai sumber pembelajaran. Nilai-nilai yang dapat diambil dari Ritual Perang Topat untuk pembelajaran diantaranya sebagai berikut :

  • Nilai Kerjasama : Mengajarkan pentignya penyelesaian konflik secara damai.
  • Nilai religious : mendorong pemahaman tentang keberagaman agama dan toleransi.
  • Nilai historis : memberikan konteks sejarah yang kaya bagi siswa
  • Nilai kebersamaan dan persamaan derajat : menekankan pentingnya kerjasama dalam masyarakat.
  • Nilai gotong royong dan musyawarah : mengajarkan siswa tentang kolaborasi dan pengambilan keputusan bersama.
  • Nilai toleransi : mendorong sikap saling menghargai antar budaya.

Adapun langkah yang harus dilakukan untuk mengaitkan budaya local sebagai sumber belajar yakni :

  • Mengidentifikasi nilai budaya yang ada
  • Mengaitkan budaya local dengan kurikulum sekolah
  • Menerapkan model pembelajaran kontekstual
  • Melakukan kegiatan belajar secara langsung di lapangan.

Selain Perang Topat, implementasi budaya lokal dalam materi IPS di tingkat sekolah dasar dapat dilakukan melalui pengintegrasian tradisi lokal dengan metode kontekstual , seperti "Tradisi Bersih Desa Tula'an"  yang ada di Pekon Pasir Ukir, Kabupaten Pringsewu, Lampung Budiarti et al., (2022). Menggunakan tradisi bersih desa sebagai konteks untuk mengajarkan konsep-konsep sosial. Misalnya, siswa dapat belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan melalui praktik bersih desa yang dilakukan oleh masyarakat setempat

Kegiatan pembelajarannya yaitu mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan bersih desa atau acara lokal lainnya. Ini tidak hanya memberikan pengalaman langsung tetapi juga meningkatkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap budaya mereka. Siswa dapat melakukan penelitian tentang tradisi lokal di daerah mereka, termasuk wawancara dengan tokoh masyarakat atau peserta tradisi, sehingga mereka dapat memahami lebih dalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut.

  • Kolaborasi dengan Masyarakat Lokal

Siswa dapat diajak untuk berkolaborasi dengan masyarakat sekitar agar mereka mengetahui secara langsung budaya lokal yang sedang mereka pelajari. Selain itu, dengan berkolaborasi siswa dapat menambah nilai social dengan masyarakat sekitar. salah satu contohnya yakni menurut Yuliarsih et al (2022) dalam artikel tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi dengan masyarakat lokal dalam pelaksanaan tradisi sebar uang koin di Desa Coper, yang merupakan bagian integral dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini tidak hanya melibatkan anggota masyarakat dalam prosesi dan kegiatan, tetapi juga mengajak mereka untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Keterlibatan masyarakat terlihat dari berbagai peran yang diambil, mulai dari persiapan acara, pembacaan sholawat, hingga sambutan dari tokoh masyarakat dan perwakilan pemerintah. Melalui kolaborasi ini, masyarakat tidak hanya merasakan kebersamaan dan kekeluargaan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan identitas budaya mereka. Selain itu, partisipasi masyarakat dalam tradisi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar langsung dari pengalaman dan interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka, sehingga mereka dapat memahami dan menghargai warisan budaya yang ada. Dengan demikian, kolaborasi dengan masyarakat lokal dalam tradisi sebar uang koin tidak hanya memperkaya pengalaman belajar siswa, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya dan penguatan komunitas.

Siswa juga dapat terlibat secara langsung dalam mengeksplorasi budaya yang ada. Melin et al (2023) yang membahas Nilai-Nilai Tradisi Tepung Tawar Sebagai Sumber Belajar IPS di SD, terdapat penjelasan yang jelas mengenai keterlibatan siswa dalam eksplorasi budaya. Penelitian ini menekankan pentingnya integrasi tradisi lokal, khususnya Tradisi Tepung Tawar, ke dalam kurikulum pendidikan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang budaya mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun