Mohon tunggu...
VINA MEISYA ANJARWATI
VINA MEISYA ANJARWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah olahraga yaitu badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Tasawuf Sebagai Kajian Keilmuan

8 Oktober 2024   18:30 Diperbarui: 8 Oktober 2024   18:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

AKHLAK TASAWUF

SEBAGAI KAJIAN KEILMUAN

A. Pendahuluan

Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim

yang kehadirannya hingga saat ini masih dirasakan. Secara historis dan

teologis Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan

hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah

berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk

menyempurnakan akhlak yang mulia.

Pemikiran dan pandangan di bidang Akhlak dan Tasawuf itu

kemudian menemukan momentum pengembangannya dalam sejarah,

yang antara lain ditandai dengan munculnya sejumlah besar ulama'

tasawuf dan ulama'di bidang akhlak. Mereka pada mulanya tampil

untuk memberi koreksi pada perjalanan umat yang pada saat itu sudah

mulai miring ke arah yang salah. Untuk melestarikan pemikiran dan

pendapatnya itu mereka menulis sejumlah buku yang secara khusus

membahas masalah akhlak tasawuf. Kitab Tahdhb al-akhlq, 'Ihy' 'Ulm

al-Dn, Khuluqul muslim dan lain sebagainya.

Diantara buku-buku tersebut kemudian akhirnya mendorong para

orientalis untuk meneliti dan menganalisis berbagai pemikiran Akhlak

Tasawuf tersebut, kemudian pada perkembangan selanjutnya membuka

ke arah munculnya studi Akhlak Tasawuf. Sebelum itu hasil penelitian

para ulama terhadap alquran dan al-hadis menunjukkan bahwa hakikat

agama islam adalah akhlak. Pernyataan yang antara lain dikemukakan

Al-Mawardi dalam kitabnya Adab Al-Duny wa Al-Dn ini dibuktikan

dengan mengatakan bahwa agama tanpa Tasawuf Akhlak tidak akan

hidup, bahkan akan kering dan layu.

Melihat pentingnya Akhlak Tasawuf dalam kehidupan ini, tidaklah

mengherankan jika Akhlak Tasawuf ditetapkan sebagai mata kuliah

yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa pada tiap jurusan yang ada di

Perguruan Tinggi islam, baik negeri maupun swasta.

B. Pembahasan

1. Pengertian Akhlak

Dari sudut kebahasaan, akhlak bersal dari bahasa arab, yaitu isim

mas}dar bentuk (infinitive) dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlqan, namun

akar kata akhlak dari khalaqa bukan akhlaq tetapi ikhlq. Berkenaan

dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara

89

Edi Kurniawan Farid, Akhlak Tasawuf sebagai Kajian Keilmuan (87-96)

linguistik kata akhlaq merupakan isim jmid atau isim ghairu mushtq,

yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan memang sudah

demikian adanya. 1

Sedangkan definisi lain kata akhlak adalah bentuk jamak dari

khulq yang artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi'at. 2

Mempunyai sinonim etika dan moral. Etika dan moral berasal dari

bahasa Latin yang berasal dari kata etos (kebiasaan) dan mores artinya

kebiasaannya. 3 Kata akhlaq berasal dari kata kerja khalaqa yang artinya

menciptakan.4 Khaliq maknanya pencipta atau tuhan dan makhluq

artinya yang diciptakan, sedangkan khalaq maknanya penciptaan. Kata

khalaqa yang mempunyai kata yang seakar diatas mengandung maksud

bahwa akhlaq merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan

dan manusia. Pada makna lain kata akhlaq dapat diartikan tata perilaku

seseorang terhadap orang lain. 5 Jika perilaku ataupun tindakan tersebut

didasarkan atas kehendak Khliq (Tuhan) maka hal itu disebut sebagai

akhlaq hakiki. Dengan demikian akhlaq dapat dimaknai tata aturan

atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhan serta alam semesta.

Kemudian secara etimologis, akhlaq menurut Imam Ghozali adalah

sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-

perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun

pertimbangan. 6 Al-Qurthby mengemukakan bahwa suatu perbuatan

manusia yang bersumber dari adab-kesopanannya disebut akhlaq,

karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya. 7 Menurut

Ibnu Maskawaih, Akhlaq adalah gerak jiwa yang mendorong kearah

melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran. 8 Kemudian,

Jbir al-jazairy berpendapat bahwa akhlaq adalah bentuk kejiwaan yang

1 Abudin Nata, Akhlak-Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 1-2.

2 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhklaq, Cetakan I (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1994), 2.

3 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq-Tasawwuf, Cetakan III (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) 1.

4 Ibid, 7.

5 Ahmadarmin, Etika (Ilmu Akhlaq) (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 3.

6 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq-Tasawwuf, 5.

7 Al-Qurthby, Tafsr Al-Qurthby, Juz VIII (Kairo: Drus Sha'by, 1913), 6706.

8 Ibnu Maskawaih, Tahdhb Al-Akhlq wa Tat}hr Al-A'rq (Mesir: Al-Mat}ba'ah

al-Mishriyah, 1934), 40.

tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan

buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja. 9 Selanjutnya

akhlaq menurut Prof. KH. Farid Ma'ruf adalah kehendak jiwa manusia

yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa

memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 10

Definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi dan

darinya dapat dilihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak.

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua,

perbuatan akhlak merupakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa

pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan

yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar atau gila. Pada saat yang

bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat pikirannya dan

dalam keadaan sadar. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada

paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah

perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main

atau sandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan

akhlak khususnya akhlak yang baik dilakukan karena ikhlas semata-

mata yaitu karena Allah, bukan karena ingin mendapat pujian.

2. Ruang Lingkup Ilmu Akhlak

Akhlak dalam agama tidak dapat disamakan dengan etika. Etika

dibatasi oleh sopan santun pada lingkungan sosial tertentu dan hal ini

belum tentu terjadi pada lingkungan masyarakat yang lain. Etika juga

hanya menyangkut perilaku hubungan lahiriah. Misalnya, etika

berbicara antara orang pesisir, orang pegunungan dan orang keraton

akan berbeda, dan sebagainya. Akhlak mempunyai makna yang lebih

luas, karena akhlak tidak hanya bersangkutan dengan lahiriah akan

tetapi juga berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak

menyangkut berbagai aspek diantaranya adalah hubungan manusia

terhadap Allah dan hubungan manusia dengan sesama makhluk

(manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda bernyawa dan

tidak bernyawa).32

Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi

al-Islam, yang dikutip oleh Yunahar Ilyas, membagi ruang lingkup

akhlaq menjadi lima bagian:

31 Ibid.

32 Muttaqin, http://eprints.walisongo.ac.id/3996/4/073111150_bab3.pdf,diakses pada 06 Mei 2018

a. Akhlak pribadi, terdiri dari: a) yang diperintahkan, b) yang

dilarang, c) yang dibolehkan, d) akhlak dalam keadaan darurat.

b. Akhlak berkeluarga, terdiri dari kewajiban timbal balik orang tua

dan anak, b) kewajiban suami istri, c) kewajiban kepada karib

kerabat.

c. Akhlak bermasyarakat, terdiri dari: a) yang dilarang, b) yang

diperintahkan, dan c) keadaan adab

d. Akhlak bernegara, terdiri dari: a) hubungan antara pemimpin dan

rakyat, dan b) hubungan luar negeri.

e. Akhlak beragama, terdiri dari: a) kewajiban terhadap Allah swt.

Berangkat dari sistematika di atas, yunahar Ilyas membagi

pembahasan akhlak menjadi 6, antara lain:

1) Akhlak terhadap Allah SWT

2) Akhlak terhadap Rasulullah saw

3) Akhlak pribadi

4) Akhlak dalam keluarga

5) Akhlak bermasyarakat

6) Akhlak bernegara

3. Pengertian Tasawuf

Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang

dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Lafal tasawuf

merupakan mas}dar dari kata kerja tas}awwafa-yatas}awwafu kemudian

menjadi tas}awwufan, yang diistilahkan dalam kaidah bahasa arab yang

artinya menjadi atau berpindah. Jadi lafal al-tas}awwuf artinya menjadi

berbulu yang banyak, dengan arti sebenarnya adalah menjadi sufi dengan

ciri khas pakaiannya selalu terbuat dari bulu domba (wol). Rivay siregar

menulis dalam bukunya lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf,

yaitu al-s}uffah (orang yang tinggal diserambi masjid nabi), s}af (barisan),

12 Ibrhim Anis, Al-Mu'jam Al-Was}t} (Mesir: Dr Al-Ma'rif, 1972), 202.

13 Husin Al-Habshy, Kamus Al-Kutsar ( Surabaya: Asseghaf, t.t), 87.

14 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlaq, Cetakan I (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1994), 1.

15 Ahmadarmin, Etika (Ilmu Akhlaq), 5.

16 Mustafa Zuhri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: PT. Bina Ilmu,

1998), 67.

Asy-Syari'ah, Volume III, Nomer I, Januari 2017

s}uf (suci), sophos (bahasa yunani: hikmat), dan s}uf (kain wol). 17 Akan

tetapi pemakaian kata ini menjadi perbedaan pendapat dikalangan

ulama' tasawuf. Para ulama' tasawuf berbeda dalam memandang kegiatan

tasawuf, sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda.

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama' tasawuf, antara lain

Al-Sheikh Muhammad Amin al-Kurdi yang mengatakan bahwa tasawuf

adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan

dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk

dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk,

melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan larangan-Nya. 18

Kemudian, Al-Ghazli mengemukakan pendapat Al-Kattany bahwa

tasawuf adalah budi-pekerti; barangsiapa yang memberikanmu bekal budi-

pekerti, berarti dia telah memberimu bekal tasawwuf. 19 Al-Suhrawardy

mengemukakan pendapat Ma'ruf Al-Karakhy yang mengatakan bahwa

tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada

ditangan makhluk (kesenangan duniawi). 20 Selanjutnya, Muhammad

Amin Al-Nawwi mengemukakan pendapat Al-Junaid Al-Baghdadi

yang mengatakan bahwa tasawuf adalah memelihara (menggunakan)

waktu. Lalu ia berkata, seorang hamba tidak akan menekuni amalan

tasawuf tanpa aturan tertentu, menganggap tidak tepat ibadahnya

tanpa tertuju kepada Tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan dengan

Tuhannya tanpa menggunakan waktu untuk beribadah kepadanya. 21

Bertolak dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, Sheikh

Muhammad Amin Al-Kurdy menekankan beberapa ilmu yang

digunakan dalam mencapai tujuan tasawuf, yaitu 'Ilmu Sharah, 'Ilmu T}

arqah, 'Ilmu H}aqqah, dan 'Ilmu Ma'rifah. 22

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tasawwuf

adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara yang telah

dirintis oleh Ulama Shufi yang disebut sebagai suluk untuk mencapai

17 Rivay Siregar, Tasawwuf dari Sufisme Klasik Ke Neosufisme (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1999), 32.

18 Muh}ammad Amin Al-Kurdy, Tanwr al-Qulb F Mu'malat 'Almi al-Ghuyb

(Surabaya: Bungkul Indah, tt) 406.

19 Al-Ghazli, 'Ih}y 'Ulm Al-Dn, Juz II (Semarang: Usaha Keluarga, tt), 376.

20 A.Mustafa, Akhlak-Taswuf, 202-206.

21 A.Mustafa, Akhlak-Taswuf, 202-206.

22 Abudin Nata, Akhlak-Tasawuf, 180-181.

suatu tujuan yaitu ma'rifat dan mendapatkan keridhaan Allah serta

kebahagiaan di akhirat. 

4. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf

Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan satu dan lainnya saling

berhubungan. Namun hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan,

yang pertengahan dan ada pula yang agak jauh. Diantara ilmu-ilmu yang

berdekatan hubungannya dengan ilmu akhlak adalah ilmu tasawuf, ilmu

tauhid, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu pendidikan. Sedangkan ilmu-

ilmu yang hubungannya dikategorikan pertengahan adalah ilmu hukum,

ilmu social, ilmu sejarah dan ilmu antropologi. Dan ilmu-ilmu yang agak

jauh hubungannya dengan ilmu akhlak adalah ilmu fisika, biologi dan

ilmu politik. Dalam pembahasan ini ilmu akhlak akan dibatasi dengan

membahas salah satu ilmu yang memiliki hubungan erat, yaitu ilmu

tasawuf.

Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi ilmu tasawuf

kedalam tiga bagian, yaitu Tasawuf Falsafi, Tasawuf Akhlaqi, dan

Tasawuf Amali. Pertama Tasawuf Falsafi merupakan tasawuf dimana

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran,

seperti filsafat tentang tuhan, manusia, hubungan manusia dengan

tuhan dan lain sebagainya. Kedua Tasawuf Akhlaqi, merupakan tasawuf

dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang

tahapannya terdiri dari takhall (mengosongkan diri dari akhlak yang

buruk), tah}all (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan tajall

(terbukanya dinding penghalang atau hijab) yang membatasi manusia

dengan Tuhan. Ketiga Tasawuf Amali, merupakan tasawuf dimana

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah atau wirid,

dengan mengamalkan tasawuf baik yang bersifat falsafi, akhlaqi atau

amali. Seseorang berakhlak baik, dimana perbuatannya itu dilakukan

dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri dan bukan karena terpaksa. 23

Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama, yaitu mendekatkan diri

kepada Allah dengan membersihkan diri dari perbuatan yang tercela

dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Dengan demikian untuk

mencapai tujuan tasawuf seseorang harus terlebih dahulu memiliki

akhlak yang mulia.

23 Abudin Nata, Akhlak-Tasawuf, 17-19.

Asy-Syari'ah, Volume III, Nomer I, Januari 2017

Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf menurut

Harun Nasution, sebagaimana diketahui bahwa tasawuf amat

menonjolkan masalah ibadah, karena bertasawuf itu pada hakikatnya

melakukan serangkaian ibadah seperti, shalat, puasa, haji, dzikir dan

lain sebagainya. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu

ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Ibadah dalam al-Qur'an

dikaitkan dengan takwa, yaitu dengan menjalankan perintah Allah

dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertakwa adalah orang yang

berakhlak mulia. 24

Pengamalan tasawuf yang dilakukan oleh para sufi memberikan

kesan bahwa ajaran tasawuf hanya meliputi hubungan transenden.

Akan tetapi kesan ini telah berlalu dan tidak sesuai lagi dengan kondisi

kekinian. 25 Ajaran akhlaq lebih luas, karena meliputi hubungan

transenden dan immanent, yaitu hubungan hamba dengan Allah

SWT serta hamba dengan sesama makhluk-Nya. Jadi seorang sufi juga

harus memperhatikan kehidupan sosial. Konsep keseimbangan harus

selalu digunakan, seimbang antara dunia dan akhirat (immanent dan

transenden).

5. Kedudukan Akhlaq dan Tasawuf dalam Islam

Untuk mengetahui kedudukan akhlaq dan tasawuf dalam Islam,

maka perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa di dalam Islam ada

tiga sendi pokok yang tidak bisa dipisah antara satu dengan yang

lainnya sehingga kualitas seorang muslim selalu dapat diukur dengan

pelaksanaannya. Tiga sendi pokok itu adalah masalah aqidah, syariah,

ihsan. 26 Aqidah meliputi rukun iman. Syariah meliputi rukun islam, dan

ihsan merupakan hubungan baik terhadap Allah Swt, sesama manusia

dan seluruh makhluq di dunia. Akhlak dan tasawuf berada di cakupan

permasalahan ihsan, sebab secara fungsional akhlaq dan tasawuf

merupakan ilmu yang mengajarkan manusia untuk baik terhadap Allah

Swt dan makhluq-Nya.

Mustafa Zahri menjelaskan kedudukan tasawuf dalam Islam dengan

memaparkan fungsionalitas tiga ilmu pokok Islam. Pertama, ilmu

24 Ibid.

25 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq-Tasawwuf, 153.

26 Ibid, 137-138.

ushuludin yang mengajarkan tentang keimanan. Kedua, ilmu fiqih yang

mempelajari tentang kewajiban-kewajiban syariah. Ketiga, ilmu tasawuf

yang mempelajari tentang pengawasan jiwa. Jadi, dalam menentukan

hukum-hukum islam dibahas melalui ilmu fiqih, sedangkan ilmu tasawuf

merupakan ilmu untuk mengontrol jiwa. Perpaduan antara fiqih dan

tasawuf adalah manifestasi kombinasi sempurna antara otak dan hati

yang merupakan perpaduan yang ideal di dalam Islam. 27

Kedudukan Akhlak Tasawuf sangatlah penting dalam Islam, karena

untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek

asentris Islam yakni sufisme. Di mana ia merupakan jantung ajaran

Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka

keringlah aspek-aspek lain ajaran Islam. Ia menjadi jiwa risalah Islam,

seperti hati yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh dari pandangan luar.

Betapapun ia tetap merupakan sumber kehidupan yang paling dalam,

yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam Islam. 28

C. Penutup

Islam sebagai agama telah memancarkan berbagai fenomena, tidak

hanya fenomena teologis dan ibadah, tetapi juga fenomena pemikiran

dan keduniaan seperti politik dan sosial. Sejalan dengan munculnya

berbagai kemajuan, maka kepada umat manusia khususnya yang

beriman kepada Allah agar berakhlak seperti Nabi Muhammad SAW

seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa akhlak tasawuf memiliki

peranan penting dalam perjalanan hidup manusia dimana akhlak

tasawuf juga sebagai salah satu khazanah intelektual muslim dalam

upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

27 Mustafa Zuhri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf , 55-56.

28 Husein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Cet. 1, (terj.), Abdul Hadi W.M.,dari

judul asli, Living Sufisme. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), 181.

Asy-Syari'ah, Volume III, Nomer I, Januari 2017

Sumber :

 https://etheses.iainkediri.ac.id/1231/3/932103114_Bab%20II.pdf

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-tasawuf/%3Fsrsltid%3DAfmBOopGi6C5K4xRc7y10KILFU0sw6k8Ie7vMQlrhomAMUfOuSATyPUD&ved=2ahUKEwirvczEhPyIAxWPSGwGHdpiNvoQFnoECCAQAQ&usg=AOvVaw2ufC-I4XOm0fmi-wGh4LO9

Dosen Pengampu : M.Ibnu Nafiudin,M.PD.

Nama : Vina Meisya Anjarwati (245211324)

Mata Kuliah : Akhlak dan Tasawuf

Jurusan : Manajemen Bisnis Syariah/Fakultas Ekonomi Bisnis Islam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun