SEBAGAI KAJIAN KEILMUAN
A. Pendahuluan
Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim
yang kehadirannya hingga saat ini masih dirasakan. Secara historis dan
teologis Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan
hidup umat manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah
berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.
Pemikiran dan pandangan di bidang Akhlak dan Tasawuf itu
kemudian menemukan momentum pengembangannya dalam sejarah,
yang antara lain ditandai dengan munculnya sejumlah besar ulama'
tasawuf dan ulama'di bidang akhlak. Mereka pada mulanya tampil
untuk memberi koreksi pada perjalanan umat yang pada saat itu sudah
mulai miring ke arah yang salah. Untuk melestarikan pemikiran dan
pendapatnya itu mereka menulis sejumlah buku yang secara khusus
membahas masalah akhlak tasawuf. Kitab Tahdhb al-akhlq, 'Ihy' 'Ulm
al-Dn, Khuluqul muslim dan lain sebagainya.
Diantara buku-buku tersebut kemudian akhirnya mendorong para
orientalis untuk meneliti dan menganalisis berbagai pemikiran Akhlak
Tasawuf tersebut, kemudian pada perkembangan selanjutnya membuka
ke arah munculnya studi Akhlak Tasawuf. Sebelum itu hasil penelitian
para ulama terhadap alquran dan al-hadis menunjukkan bahwa hakikat
agama islam adalah akhlak. Pernyataan yang antara lain dikemukakan
Al-Mawardi dalam kitabnya Adab Al-Duny wa Al-Dn ini dibuktikan
dengan mengatakan bahwa agama tanpa Tasawuf Akhlak tidak akan
hidup, bahkan akan kering dan layu.
Melihat pentingnya Akhlak Tasawuf dalam kehidupan ini, tidaklah
mengherankan jika Akhlak Tasawuf ditetapkan sebagai mata kuliah
yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa pada tiap jurusan yang ada di
Perguruan Tinggi islam, baik negeri maupun swasta.
B. Pembahasan
1. Pengertian Akhlak
Dari sudut kebahasaan, akhlak bersal dari bahasa arab, yaitu isim
mas}dar bentuk (infinitive) dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlqan, namun
akar kata akhlak dari khalaqa bukan akhlaq tetapi ikhlq. Berkenaan
dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
89
Edi Kurniawan Farid, Akhlak Tasawuf sebagai Kajian Keilmuan (87-96)
linguistik kata akhlaq merupakan isim jmid atau isim ghairu mushtq,
yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan memang sudah
demikian adanya. 1
Sedangkan definisi lain kata akhlak adalah bentuk jamak dari
khulq yang artinya budi pekerti, tingkah laku, perangai atau tabi'at. 2
Mempunyai sinonim etika dan moral. Etika dan moral berasal dari
bahasa Latin yang berasal dari kata etos (kebiasaan) dan mores artinya
kebiasaannya. 3 Kata akhlaq berasal dari kata kerja khalaqa yang artinya
menciptakan.4 Khaliq maknanya pencipta atau tuhan dan makhluq
artinya yang diciptakan, sedangkan khalaq maknanya penciptaan. Kata
khalaqa yang mempunyai kata yang seakar diatas mengandung maksud
bahwa akhlaq merupakan jalinan yang mengikat atas kehendak Tuhan
dan manusia. Pada makna lain kata akhlaq dapat diartikan tata perilaku
seseorang terhadap orang lain. 5 Jika perilaku ataupun tindakan tersebut
didasarkan atas kehendak Khliq (Tuhan) maka hal itu disebut sebagai
akhlaq hakiki. Dengan demikian akhlaq dapat dimaknai tata aturan
atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhan serta alam semesta.
Kemudian secara etimologis, akhlaq menurut Imam Ghozali adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia) yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan. 6 Al-Qurthby mengemukakan bahwa suatu perbuatan
manusia yang bersumber dari adab-kesopanannya disebut akhlaq,
karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya. 7 Menurut
Ibnu Maskawaih, Akhlaq adalah gerak jiwa yang mendorong kearah
melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran. 8 Kemudian,
Jbir al-jazairy berpendapat bahwa akhlaq adalah bentuk kejiwaan yang
1 Abudin Nata, Akhlak-Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), 1-2.
2 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhklaq, Cetakan I (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), 2.
3 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq-Tasawwuf, Cetakan III (Jakarta: Kalam Mulia, 1999) 1.
4 Ibid, 7.
5 Ahmadarmin, Etika (Ilmu Akhlaq) (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), 3.
6 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq-Tasawwuf, 5.
7 Al-Qurthby, Tafsr Al-Qurthby, Juz VIII (Kairo: Drus Sha'by, 1913), 6706.
8 Ibnu Maskawaih, Tahdhb Al-Akhlq wa Tat}hr Al-A'rq (Mesir: Al-Mat}ba'ah
al-Mishriyah, 1934), 40.
tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan
buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja. 9 Selanjutnya
akhlaq menurut Prof. KH. Farid Ma'ruf adalah kehendak jiwa manusia
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 10
Definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi dan
darinya dapat dilihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak.
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua,
perbuatan akhlak merupakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan perbuatan
yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar atau gila. Pada saat yang
bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat pikirannya dan
dalam keadaan sadar. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main
atau sandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan
akhlak khususnya akhlak yang baik dilakukan karena ikhlas semata-
mata yaitu karena Allah, bukan karena ingin mendapat pujian.
2. Ruang Lingkup Ilmu Akhlak
Akhlak dalam agama tidak dapat disamakan dengan etika. Etika
dibatasi oleh sopan santun pada lingkungan sosial tertentu dan hal ini
belum tentu terjadi pada lingkungan masyarakat yang lain. Etika juga
hanya menyangkut perilaku hubungan lahiriah. Misalnya, etika
berbicara antara orang pesisir, orang pegunungan dan orang keraton
akan berbeda, dan sebagainya. Akhlak mempunyai makna yang lebih
luas, karena akhlak tidak hanya bersangkutan dengan lahiriah akan
tetapi juga berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak
menyangkut berbagai aspek diantaranya adalah hubungan manusia
terhadap Allah dan hubungan manusia dengan sesama makhluk
(manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda bernyawa dan
tidak bernyawa).32
Muhammad Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi
al-Islam, yang dikutip oleh Yunahar Ilyas, membagi ruang lingkup
akhlaq menjadi lima bagian:
31 Ibid.
32 Muttaqin, http://eprints.walisongo.ac.id/3996/4/073111150_bab3.pdf,diakses pada 06 Mei 2018
a. Akhlak pribadi, terdiri dari: a) yang diperintahkan, b) yang
dilarang, c) yang dibolehkan, d) akhlak dalam keadaan darurat.
b. Akhlak berkeluarga, terdiri dari kewajiban timbal balik orang tua
dan anak, b) kewajiban suami istri, c) kewajiban kepada karib
kerabat.
c. Akhlak bermasyarakat, terdiri dari: a) yang dilarang, b) yang
diperintahkan, dan c) keadaan adab
d. Akhlak bernegara, terdiri dari: a) hubungan antara pemimpin dan
rakyat, dan b) hubungan luar negeri.
e. Akhlak beragama, terdiri dari: a) kewajiban terhadap Allah swt.
Berangkat dari sistematika di atas, yunahar Ilyas membagi
pembahasan akhlak menjadi 6, antara lain:
1) Akhlak terhadap Allah SWT
2) Akhlak terhadap Rasulullah saw
3) Akhlak pribadi
4) Akhlak dalam keluarga
5) Akhlak bermasyarakat
6) Akhlak bernegara
3. Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang
dihubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Lafal tasawuf
merupakan mas}dar dari kata kerja tas}awwafa-yatas}awwafu kemudian
menjadi tas}awwufan, yang diistilahkan dalam kaidah bahasa arab yang
artinya menjadi atau berpindah. Jadi lafal al-tas}awwuf artinya menjadi
berbulu yang banyak, dengan arti sebenarnya adalah menjadi sufi dengan
ciri khas pakaiannya selalu terbuat dari bulu domba (wol). Rivay siregar
menulis dalam bukunya lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf,
yaitu al-s}uffah (orang yang tinggal diserambi masjid nabi), s}af (barisan),
12 Ibrhim Anis, Al-Mu'jam Al-Was}t} (Mesir: Dr Al-Ma'rif, 1972), 202.
13 Husin Al-Habshy, Kamus Al-Kutsar ( Surabaya: Asseghaf, t.t), 87.
14 Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlaq, Cetakan I (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), 1.
15 Ahmadarmin, Etika (Ilmu Akhlaq), 5.
16 Mustafa Zuhri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1998), 67.
Asy-Syari'ah, Volume III, Nomer I, Januari 2017
s}uf (suci), sophos (bahasa yunani: hikmat), dan s}uf (kain wol). 17 Akan
tetapi pemakaian kata ini menjadi perbedaan pendapat dikalangan
ulama' tasawuf. Para ulama' tasawuf berbeda dalam memandang kegiatan
tasawuf, sehingga mereka merumuskan definisinya juga berbeda.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama' tasawuf, antara lain
Al-Sheikh Muhammad Amin al-Kurdi yang mengatakan bahwa tasawuf
adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui hal ihwal kebaikan
dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk
dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk,
melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan larangan-Nya. 18
Kemudian, Al-Ghazli mengemukakan pendapat Al-Kattany bahwa
tasawuf adalah budi-pekerti; barangsiapa yang memberikanmu bekal budi-
pekerti, berarti dia telah memberimu bekal tasawwuf. 19 Al-Suhrawardy
mengemukakan pendapat Ma'ruf Al-Karakhy yang mengatakan bahwa
tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada
ditangan makhluk (kesenangan duniawi). 20 Selanjutnya, Muhammad
Amin Al-Nawwi mengemukakan pendapat Al-Junaid Al-Baghdadi
yang mengatakan bahwa tasawuf adalah memelihara (menggunakan)
waktu. Lalu ia berkata, seorang hamba tidak akan menekuni amalan
tasawuf tanpa aturan tertentu, menganggap tidak tepat ibadahnya
tanpa tertuju kepada Tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan dengan
Tuhannya tanpa menggunakan waktu untuk beribadah kepadanya. 21
Bertolak dari beberapa definisi yang telah dikemukakan, Sheikh
Muhammad Amin Al-Kurdy menekankan beberapa ilmu yang
digunakan dalam mencapai tujuan tasawuf, yaitu 'Ilmu Sharah, 'Ilmu T}
arqah, 'Ilmu H}aqqah, dan 'Ilmu Ma'rifah. 22
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tasawwuf
adalah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara yang telah
dirintis oleh Ulama Shufi yang disebut sebagai suluk untuk mencapai
17 Rivay Siregar, Tasawwuf dari Sufisme Klasik Ke Neosufisme (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1999), 32.
18 Muh}ammad Amin Al-Kurdy, Tanwr al-Qulb F Mu'malat 'Almi al-Ghuyb
(Surabaya: Bungkul Indah, tt) 406.
19 Al-Ghazli, 'Ih}y 'Ulm Al-Dn, Juz II (Semarang: Usaha Keluarga, tt), 376.
20 A.Mustafa, Akhlak-Taswuf, 202-206.
21 A.Mustafa, Akhlak-Taswuf, 202-206.
22 Abudin Nata, Akhlak-Tasawuf, 180-181.
suatu tujuan yaitu ma'rifat dan mendapatkan keridhaan Allah serta
kebahagiaan di akhirat.Â
4. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Pada dasarnya setiap ilmu pengetahuan satu dan lainnya saling
berhubungan. Namun hubungan tersebut ada yang sifatnya berdekatan,
yang pertengahan dan ada pula yang agak jauh. Diantara ilmu-ilmu yang
berdekatan hubungannya dengan ilmu akhlak adalah ilmu tasawuf, ilmu
tauhid, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu pendidikan. Sedangkan ilmu-
ilmu yang hubungannya dikategorikan pertengahan adalah ilmu hukum,
ilmu social, ilmu sejarah dan ilmu antropologi. Dan ilmu-ilmu yang agak
jauh hubungannya dengan ilmu akhlak adalah ilmu fisika, biologi dan
ilmu politik. Dalam pembahasan ini ilmu akhlak akan dibatasi dengan
membahas salah satu ilmu yang memiliki hubungan erat, yaitu ilmu
tasawuf.
Para ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi ilmu tasawuf
kedalam tiga bagian, yaitu Tasawuf Falsafi, Tasawuf Akhlaqi, dan
Tasawuf Amali. Pertama Tasawuf Falsafi merupakan tasawuf dimana
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan rasio atau akal pikiran,
seperti filsafat tentang tuhan, manusia, hubungan manusia dengan
tuhan dan lain sebagainya. Kedua Tasawuf Akhlaqi, merupakan tasawuf
dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang
tahapannya terdiri dari takhall (mengosongkan diri dari akhlak yang
buruk), tah}all (menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji) dan tajall
(terbukanya dinding penghalang atau hijab) yang membatasi manusia
dengan Tuhan. Ketiga Tasawuf Amali, merupakan tasawuf dimana
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah atau wirid,
dengan mengamalkan tasawuf baik yang bersifat falsafi, akhlaqi atau
amali. Seseorang berakhlak baik, dimana perbuatannya itu dilakukan
dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri dan bukan karena terpaksa. 23
Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama, yaitu mendekatkan diri
kepada Allah dengan membersihkan diri dari perbuatan yang tercela
dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Dengan demikian untuk
mencapai tujuan tasawuf seseorang harus terlebih dahulu memiliki
akhlak yang mulia.
23 Abudin Nata, Akhlak-Tasawuf, 17-19.
Asy-Syari'ah, Volume III, Nomer I, Januari 2017
Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf menurut
Harun Nasution, sebagaimana diketahui bahwa tasawuf amat
menonjolkan masalah ibadah, karena bertasawuf itu pada hakikatnya
melakukan serangkaian ibadah seperti, shalat, puasa, haji, dzikir dan
lain sebagainya. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu
ternyata erat hubungannya dengan akhlak. Ibadah dalam al-Qur'an
dikaitkan dengan takwa, yaitu dengan menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertakwa adalah orang yang
berakhlak mulia. 24
Pengamalan tasawuf yang dilakukan oleh para sufi memberikan
kesan bahwa ajaran tasawuf hanya meliputi hubungan transenden.
Akan tetapi kesan ini telah berlalu dan tidak sesuai lagi dengan kondisi
kekinian. 25 Ajaran akhlaq lebih luas, karena meliputi hubungan
transenden dan immanent, yaitu hubungan hamba dengan Allah
SWT serta hamba dengan sesama makhluk-Nya. Jadi seorang sufi juga
harus memperhatikan kehidupan sosial. Konsep keseimbangan harus
selalu digunakan, seimbang antara dunia dan akhirat (immanent dan
transenden).
5. Kedudukan Akhlaq dan Tasawuf dalam Islam
Untuk mengetahui kedudukan akhlaq dan tasawuf dalam Islam,
maka perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa di dalam Islam ada
tiga sendi pokok yang tidak bisa dipisah antara satu dengan yang
lainnya sehingga kualitas seorang muslim selalu dapat diukur dengan
pelaksanaannya. Tiga sendi pokok itu adalah masalah aqidah, syariah,
ihsan. 26 Aqidah meliputi rukun iman. Syariah meliputi rukun islam, dan
ihsan merupakan hubungan baik terhadap Allah Swt, sesama manusia
dan seluruh makhluq di dunia. Akhlak dan tasawuf berada di cakupan
permasalahan ihsan, sebab secara fungsional akhlaq dan tasawuf
merupakan ilmu yang mengajarkan manusia untuk baik terhadap Allah
Swt dan makhluq-Nya.
Mustafa Zahri menjelaskan kedudukan tasawuf dalam Islam dengan
memaparkan fungsionalitas tiga ilmu pokok Islam. Pertama, ilmu
24 Ibid.
25 Mahjuddin, Kuliah Akhlaq-Tasawwuf, 153.
26 Ibid, 137-138.
ushuludin yang mengajarkan tentang keimanan. Kedua, ilmu fiqih yang
mempelajari tentang kewajiban-kewajiban syariah. Ketiga, ilmu tasawuf
yang mempelajari tentang pengawasan jiwa. Jadi, dalam menentukan
hukum-hukum islam dibahas melalui ilmu fiqih, sedangkan ilmu tasawuf
merupakan ilmu untuk mengontrol jiwa. Perpaduan antara fiqih dan
tasawuf adalah manifestasi kombinasi sempurna antara otak dan hati
yang merupakan perpaduan yang ideal di dalam Islam. 27
Kedudukan Akhlak Tasawuf sangatlah penting dalam Islam, karena
untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek
asentris Islam yakni sufisme. Di mana ia merupakan jantung ajaran
Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka
keringlah aspek-aspek lain ajaran Islam. Ia menjadi jiwa risalah Islam,
seperti hati yang ada pada tubuh, tersembunyi jauh dari pandangan luar.
Betapapun ia tetap merupakan sumber kehidupan yang paling dalam,
yang mengatur seluruh organisme keagamaan dalam Islam. 28
C. Penutup
Islam sebagai agama telah memancarkan berbagai fenomena, tidak
hanya fenomena teologis dan ibadah, tetapi juga fenomena pemikiran
dan keduniaan seperti politik dan sosial. Sejalan dengan munculnya
berbagai kemajuan, maka kepada umat manusia khususnya yang
beriman kepada Allah agar berakhlak seperti Nabi Muhammad SAW
seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa akhlak tasawuf memiliki
peranan penting dalam perjalanan hidup manusia dimana akhlak
tasawuf juga sebagai salah satu khazanah intelektual muslim dalam
upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
27 Mustafa Zuhri, Kunci Memahami Ilmu Tasawwuf , 55-56.
28 Husein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Cet. 1, (terj.), Abdul Hadi W.M.,dari
judul asli, Living Sufisme. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), 181.
Asy-Syari'ah, Volume III, Nomer I, Januari 2017
Sumber :
 https://etheses.iainkediri.ac.id/1231/3/932103114_Bab%20II.pdf
Dosen Pengampu : M.Ibnu Nafiudin,M.PD.
Nama : Vina Meisya Anjarwati (245211324)
Mata Kuliah : Akhlak dan Tasawuf
Jurusan : Manajemen Bisnis Syariah/Fakultas Ekonomi Bisnis Islam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H