Mohon tunggu...
Villyan Sutanto
Villyan Sutanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius

Penyuka Balapan Formula 1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kanjuruhan, Kepiluan

19 Januari 2023   20:46 Diperbarui: 19 Januari 2023   20:52 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dengan gas air mata yang berlebih ada 2 dampak. Pertama, penonton menjadi sesak nafas, dan kehilangan kesadaran. Hal ini dikarenakan kandungan sianida yang terdapat pada gas air mata, bisa menggantikan oksigen terikat oleh darah. Sehingga kekurangan oksigen sudah tidak terelakan lagi. Kedua, kepanikan penonton menyebabkan mereka terburu-buru untuk mencari pintu keluar dan mau keluar dari stadion tersebut. Hal ini menyebabkan banyak orang yang terjatuh atau terdesak oleh orang lain. 

Pak Rhenald Gazali, anggota dari TPF, mengungkapkan bahwa masyarakat yang meninggal ditemukan memiliki luka lebam di dada dan gegar otak. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka jatuh dan terinjak-injak, dan atau terjepit oleh orang lain. Jadi, rasa perikemanusiaan sudah mulai menghilang di kala kepanikan tersebut. 

Saya sendiri sangat bersimpati dengan para keluarga korban yang merasakan dampaknya. Walaupun saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk mereka melainkan hanya berdoa untuk yang terbaik, saya sangat menyesali tindakan-tindakan yang dilakukan disana. Khususnya untuk suporter yang masuk kembali ke lapangan untuk kedua kalinya, dan para aparat yang menembakan gas air mata ke tribun penonton. Jujur saat saya melihat video tersebut saya berfikir, mereka itu manusia atau hewan? 

Aparat keamanan kok bisa sampai segitunya, sangat brutal. Saya sangat mempertanyakan kejelasan mereka, untuk apa menembakan gas air mata sampai ke tribun kepada orang-orang yang tidak bersalah. Inilah yang sebenarnya harus direfleksikan dari pihak masyarakat. Sebagai seorang pelajar dan merefleksikan dari pengalaman ini, saya harus bisa mengembangkan jiwa manusiawi saya. Saya harus bisa berempati dan bersimpati melihat kejadian-kejadian tersebut, dan mau menolong. 

Saya tidak boleh menjadi orang-orang yang menyiksa orang lain yang tidak bersalah seperti aparat keamanan tersebut. Nilai 4C dan 1L sangat bermanfaat dan bisa terlihat dampaknya apabila kita refleksikan ke dalam peristiwa tersebut. Dimanakan conscience para penembak gas air mata? Kapolri apakah memiliki competence yang cukup sehingga menggunakan gas air mata yang sudah kadaluarsa padahal hal ini menambah kandungan-kandungan dalam gas tersebut khususnya sianida? 

Apakah pemimpin brimob menggunakan leadershipnya dengan baik? Melihat anak buahnya menembakan gas air mata ke tribun penonton? Saya rasa semua jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak, tidak, dan tidak. Akhir kata, saya rasa semua pihak yang terlibat dalam kasus ini harus dihukum sebesar-besarnya karena ada banyak sekali anak-anak yang tidak bersalah, remaja, ibu-ibu, dan lain-lain. Saya sangat prihatin dengan kejadian tersebut dan sudah selayaknya kejadian-kejadian seperti ini bisa dan wajib ditangani dengan lebih baik lagi untuk kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun