Asap dari gas air mata ini, kembali naik ke tribun selatan dikarenakan tertiup oleh angin. Kemudian tidak ada angin tidak ada hujan, seorang brimob kembali menembakan gas air mata ke sektor 13 dan 14 juga kepada tribun selatan kembali secara horizontal yang membuat para penonton kembali panik.
Kemudian para pasukan brimob ditarik ke tengah lapangan tetapi mereka tidak berhenti menembakan gas air mata, khususnya ke tribun timur yang padahal saat itu sudah lebih kondusif.
Selain itu, para brimob juga kembali melontarkan gas air mata ke tribun barat dan utara dengan menargetkan tribun yang memiliki banyak orang. Lagi-lagi mereka mengarahkan ke penonton yang berada di tribun dan bukan ke fans Arema yang berada di lapangan.
Tidak semua brimob dalam peristiwa ini terpancing, dan ikut melontarkan gas air mata. Contohnya brimob di daerah utara relatif tenang dan tidak menembakan gas air mata.
Meskipun demikian, tidak hanya brimob yang melemparkan gas air mata. Bahkan seorang anggota polres kota malang juga ikut menembakan gas air mata, yang padahal sudah ditegaskan oleh Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat bahwa anak buahnya tidak boleh menembakan gas air mata.
Kebrutalan aparat ini juga dibuktikan oleh salah satu penembak gas air mata yang dari bench pemain, melengkung jauh sampai ke tribun sisi timur. Dapat disimpulkan bahwa pada saat itu proses pengamanan sama sekali tidak terarahkan.
Gas air mata yang dipakai brimob dan polres juga berbeda. Untuk brimob menggunakan multi projectile yang menembakan beberapa peluru gas air mata, sedangkan polres menggunakan single projectile yang hanya menembakan satu peluru gas air mata.
Selain itu, proyektil brimob 3 kali lebih menyakitkan dibandingkan dengan gas air mata yang digunakan oleh polres. Mabes Polri juga mengakui bahwa mereka menggunakan gas air mata yang sudah kadaluarsa untuk peristiwa ini. Gas air mata yang sudah kadaluarsa ini efeknya jauh lebih menyakitkan dibandingkan yang masih belum kadaluarsa.
Disisi lain, pintu-pintu keluar dalam stadion tersebut ditutup. Hal ini menyebabkan banyak kerumunan penonton yang terjebak di pintu dan saling berdesak-desakan. Banyak orang yang jatuh dari tangga, atau berjerit dikarenakan terhimpit oleh orang lain. Perlu diketahui desakan ini dikarenakan mereka yang sedang berada di tribun kepanikan untuk mencari jalan keluar dikarenakan aparat yang terus menerus menembakan gas air mata.
Polri mengatakan bahwa penembakan gas air mata ini adalah untuk mengamankan para pemain Persebaya saat itu. Pada saat gas air mata ditembakan dan ribuan orang berupaya untuk keluar dari stadion, para pemain dari Persebaya sudah berada di mobil tni dan bersiap meninggalkan stadion. Ternyata, keributan massa juga terjadi di luar stadion.
Konvoi pemain Persebaya ini dicegat massa pada saat keluar dari stadion. Mereka baru bisa kembali berjalan kembali satu jam kemudian, setelah meninggalkan tribun VIP. Meskipun demikian, mereka tetap dilempari berbagai benda oleh warga, menunjukan rasa ketidaksukaan.