Pentingnya Kreativitas
Pendidikan progresif memberikan nilai tinggi pada kreativitas dan inovasi. Siswa didorong untuk berpikir kritis, mengeksplorasi ide-ide baru, dan menemukan solusi yang kreatif untuk masalah.
Penghargaan terhadap Proses Belajar
Progresivisme menekankan pentingnya proses belajar daripada hanya hasil akhir. Guru memberikan perhatian pada perkembangan siswa secara keseluruhan, bukan hanya pencapaian akademis mereka.
Pandangan Filsafat Progresivisme
Pandangan-pandangan dalam progresivisme menyangkut beberapa hal yang mesti diketahui, yaitu sebagai berikut (Iman, 2004: 46-60):
Pandangan mengenai realita dan pengalaman
Pernyataan Dewey dalam bukunya Creative Intellegence bahwa "... sifat utama dari endidikan mengenai realita yang umum". Kalimat tersebut menunjukkan bahwa progresivisme mengandung pengertian dan kualitas suatu perubahan. Oleh karena itu, pengalaman dapat diartikan sebagai ciri proses perjalanan hidup, karena hidup merupakan perjuangan, endidik, dan perbuatan. Maka pengalaman bermakna perjuangan. Dewey menjelaskan bahwa pengalaman adalah serangkaian kejadian dengan sifat-sifat khusus yang terjadi dengan sebagaimana adanya. John Dewey menyebut arus pengalaman itu sebagai experimental endidika. Dalam proses mencari pengalamannya manusia memiliki peranan jauh di atas makhluk yang lain, ia dapat berhubungan dengan orang lain dan lingkungan yang lebih luas. Hal ini berarti bahwa jiwa manusia merupakan sumber sebab dan pendorong yang amat penting bagi adanya perbuatan.
- Pandangan mengenai pengetahuan
Progresivisme merupakan teori yang lebih mengutamakan pembahasan secara epistemologi daripada metafisika. Seperti halnya mengenai tinjauantentang kecerdasan dan pengalaman yang keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Maka tidak heran jika kemudian progresivisme adalah teori pengetahuan.Konsep pengetahuan dalam pandangan aliran progresivisme yaitu fakta yang masih murni (belum diolah/disusun), untuk memperoleh pengetahuan itu progresivisme menggunakan metode induktif, rasional dan empirik, jadi pengalaman sebagai suatu unsur utama dalam epistemologi adalah semata-mata bersifat khusus. Dalam hal ini progresivisme membedakan antara pengetahuan dan kebenaran. Nilai pengetahuan manusia harus diuji dalam kehidupan praktis, sedangkan teori pengetahuan dari aliran pragmatisme merupakan strategi selanjutnya dari konsepsi kurikulum progresivisme itu sendiri.
- Pandangan mengenai nilai
Progresivisme memberikan pandangan tentang nilai bahwa nilai tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi ada endid yang merupakan pra syarat, yaitu endid. Nilai timbul karena manusia memiliki endid, penggunaan endid ini tentulah mendapat pengaruh yang berasal dari golongan, kehendak, perasaan, dan kecenderungan dari masing-masing orang tersebut (pengguna endid), maka arti nilai itu tidak eksklusif, nilai memiliki kualitas sosial, sifat sosial, juga bersifat individual, sifat perkembangan nilai ini berdasarkan pada dua hal, yaitu untuk diri sendiri untuk lingkungan yang lebih luas. Sifat perkembangan nilai berawal dari hubungan timbal balik antara dua sifat nilai endidika dan instrumental yang menyebabkan adanya sifat perkembangan dan perubahan pada nilai, memberikan nilai tambah kepada beberapa aspek dari tujuan endidikan, nilai-nilai itu merupakan endidikan/alat.[8]
Â
- Pandangan mengenai belajar
- Â
- Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan mengenai pesera didik sebagai makhluk yan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Di samping itu, menipisnya dinding pemisah antara sekolah dan endidikan menjadi pijakan pengembangan ide-ide endidikan progresivisme. Peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan kelebihan dibandingkan dengan makhluk lain. Dengan kecerdasan serta sifatnya yang dinamis dan kreatif, peserta didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problem-problem yang ada. Terkait dengan itu, usaha untuk meningkatkan kecerdasan adalah tugas utama dalam endidikan
- Â
- Peserta didik hendaklah dipandang tidak sekedar sebagai makhluk yang berkesatuan jasmani dan ruhani saja, melainkan juga manifestasinya sebagai tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan ruhani terutama kecerdasan perlu difungsikan secara aktif dalam memanfaatkan lingkungannya secara optimal. Ia perlu mendapat kebebasan dalam mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung disekitarnya. Di sini, agar sekolah dapat berlaku wajar, maka perlu terbuka dan tidak perlu ada dinding pemisah dengan endidikan. Sekolah merupakan endidika endidikan kecil
- Â
- Dengan demikian diharapkan bahwa peserta didik dapat menghayati belajar yang edukatif, dan bukan mis-edukatif. Yang pertama adalah belajar, yang secra bijaksana ditujukan untuk mencapai hasil-hasil yang konstruktif, yang nilai-nilai dan syarat-syaratnya ditentukan berdasarkan konsepsi yang baik, yang dikehendaki oleh kebudayaan negara atau bangsa. Sementara yang kedua, belajar mis-edukatif, ialah yang ditentukan oleh nilai-nilai yang kurang mendorong endidi perkembangan yang dinamis, yang mengandung unsur-unsur yang berlawanan. Belajar model kedua bersifat tidak serasi dengan tujuan. Untuk suasana belajar edukati, bisa dilaksanakamn di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingg endidikan merupakan hidup itu sendiri.
- Â
- Pandanagan mengenai kurikulum
- Â
- Progresivisme yang berpijak pada asas fleksibilitas, dinamika, dan sifat-sifat lain yang sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai kurukulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana serta suasana yang teratur. Pengalaman yang edukatif maksudnya pengalaman apa saja yang mengandalkan keserasian antara elemen-elemen endidikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena tidak ada standar yang universal, maka kurikulum yang ada harus terbuak terhadap pemebenahan dan penyempurnaan. Fleksibilitas ini didasarkan pada kebutuhan peserta didik, dan juga disesuaikan dengan kondisi setempat.
- Â
- Oleh karena sifat kurikulum yang tidak beku, maka jenis yang memadai adalah kurikulum yang bepusat pada pengalaman. Jenis ini, digambarkan oleh Theodore Brameld sebagai kurukulum yang melepaskan diri dari semua sekat mata endidika dan menekankan pada unit-unit, yang dibentuk dan dihasilkan dari pengalaman peserta didik sendiri yang diarahkan kepada pengembangan kepribadiannya secara penuh dengan jalan penghayatan-penghayatan emosional, motor, intelektual, dan sosial yang seluas dan sekaya mungkin
- Â
- Selain itu, yang dipandang maju oleh progresivsme adalah kurikulum jenis "Core Curriculum", yakni sejumlah pengalaman belajar di sekitar kebutuhan umum. Kurikulum-kurikulum tersebut harus disusun secara teratur dan terencana. Kualifikasi semacam ini diperlukan agar endidikan dapat mempunyai proses sesuai dengan tujuan, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya endidikan dan tidak penting. Dengan demikian jelaslah bahwa suasana endidikan yang baik adalah yang dapat diarahkan sesuai dengan arah yang ditentukan dalam Pendidikan.[9]
- Â
- Pandangan mengenai Pendidikan
- Â
- Menurut progresivisme proses pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau dayaa yang ada pada peserta didik yang akan dikembangkan. Sedangkan psikologinya seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Kemudian dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya. John Dewey menjelaskan bahwa tenaga-tenaga itu harus diabdikan pada kehidupan sosial, jadi memiliki tujuan sosial. Maka pendidikan merupakan proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga sosial. Pendidikan adalah alat kebudayaan yang paling baik. Dengan pendidikan sebagai alat maka manusia dapat menjadi "The Master, not the slaves of social as well as other kinds of natural change".
- Â
- Pandangan mengenai kebenaran
- Â
- Progresivissme memandang tentang kebenaran itu sebagai peranan utama untuk mencapai kecerdasan di dalam dunia ini. Kebenaran dipandang sebagai alat untuk pembuktian. Cara untuk mencapai kebenaran sendiri adalah dengan metodologinya. Bahwa alam semesta yang sulit rumit ini selalu saja dapat diketahui rahasia persoalannya. Setelah menetapkan sesuatu kesulitan setepat mungkin dan meneliti segala sumber untuk pemecahan masalah yang bisa didapatkan, maka dikemukakan suatu hipotesa untuk pemecahannya. Setelah semua ini secara sistematis dirumuskan di dalam pemikiran, lalu ditampilkan keluar untuk di uji coba. Kemudian aktivitas secara terbuka dimulai di dalam lingkungan yang sulit untuk melihat apakah hasilnya akan sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan sebelumnya. Maka di sinilah kepentingan dari suatu kurikulum yang berdasarkan aktivitas terpusat. Aktifitas ini penting untuk menjadikan pendidikan hidup dan untuk membuat kehidupan itu memberikan kebenaran.[10]