Mohon tunggu...
Videlya Esmerella
Videlya Esmerella Mohon Tunggu... Lainnya - https://redrebellion1917.blogspot.com/

Always unique. Never boring. A Feminist www.twitter.com/videlyae www.instagram.com/videlyae

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mbak Melisa yang Ambiguis

5 Mei 2020   10:33 Diperbarui: 5 Mei 2020   14:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.instagram.com/omou.sc19

Ini penting, Mbak. Karena inilah bangunan dasar/bawah dalam masyarakat (ini bahan diskusinya terpisah lagi, Mbak) Malahan jika RUU ini disahkan besar kemungkinan Mbak Melisa tidak akan bawa diskusi lagi kedepannya sebab di masa Orde Baru perempuan hanya menjadi pajangan untuk foto-foto (ah, kita bahas ini dipoint yang Mbak Melisa sebut selebrasi), gunting pita, dan tepuk tangan sorak-sorai bergembira.

RUU PKS
Pokok bahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang Mbak Melisa sampaikan yakni Karantina Covid-19 mencemaskan, akan berbahaya jika ada korban yang harus berada dalam satu rumah dengan pelaku dan sulit melapor. Stigma dan Pandemi ini mengekang dan menekan korban.

Angka kekerasan selama masa pandemic ini dibelahan dunia meningkat. Stress, minuman beralkohol (bagi Peminum), tidak punya pekerjaan, tidak ada uang adalah factor laki-laki melakukan kekerasan di rumah. 

Perempuan yang tidak mandiri secara financial akan bergantung pada laki-laki yang menghidupinya, sehingga tidak memiliki pilihan lain selain bertahan dalam kekerasan itu sendiri. 

Sebuah toxic dalam hubungan bahkan menjadi dalil untuk bertahan, yakni percaya bahwa kelak suatu hari sang pasangan akan berubah. Mbak Melisa kenapa  tidak memaparkan itu dalam resume? 

Kenapa sebagai seorang Pemantik tidak bantu kita untuk say : SAHKAN RUU Penghapusan Kekerasan Seksual itu di foto tersebut, Mbak. Sehingga gaungnya lebih wow. Udah gitu aja, kita-kita tidak akan bosan kok. Sebab dengan semakin bergaung, followers dan peminat diskusi yang Mbak bawakan akan kian mencari tahu kondisi perempuan dalam belenggu kekerasan.

Lebih jauh malah saya berani sampaikan Covid-19 ini menjadi bencana bagi feminisme. Feminisme dikatakan tidak mampu menjembatani pandemic Covid-19 terlebih ketika berurusan dengan perut. Ini bahaya, Mbak. 

Ideologi Feminis dilemparkan arang hitam sehingga diharapkan kelak perempuan tidak menganut idelaisme ini lagi. Berbicara Feminisme tidak hanya sampai pada Patriarkhi sata, tapi jenjang paling tingginya Kapitalisme.  Ia tidak sekedar mencemaskan, malah membahayakan perempuan.

Ketika perempuan memiliki kekuatan pengambilan keputusan yang lebih sedikit daripada laki-laki, baik di rumah tangga atau di pemerintahan, kecil kemungkinannya terpenuhi kebutuhan perempuan selama masa pandemic ini. 

Perempuan perlu menyuarakan kesetaran gender kian kencang ditengah pandemic, sehingga hal paling buruk bagi kaum perempuan dapat diminimalisir https://redrebellion1917.blogspot.com/2020/03/covid-19-dan-dampaknya-pada-perempuan.html).

Mbak Melisa yang cerdas, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual itu difitnah lho. Ia difitnah bahwa dalam RUU P-KS disebutkan bahwa orangtua yang meminta anak-anaknya pakai jilbab akan di Pidana-kan, difitnah bahwa RUU P-KS melegalkan LGBT (sementara tidak ada satu kata LGBT pun yang muncul dalam RUU), difitnah mengiyakan adanya free sex dan  zina. Bantu kita menjelaskan ke public juga soal tersebut kala membawa diri sebagai Pemantik. Titip ini yah! Kita butuh ketokohan Mbak Melisa yang cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun