PERJALANAN DARAT KE WILWATIKTA
Â
Hang Tuah memimpin rombongannya
Meninggalkan pelabuhan Sedayu
Menuju Istana Majapahit di pedalaman
Sang Laksmana naik kuda gagah
Didampingi Sang Pujangga bijak bestari
Mendaki bukit Sendang Drajat
Tampak nun sawah-sawah teratur rapi
Rumah-rumah desa bagai lukisan surga
Sepanjang hari suara gending gamelan mengudara
Sayup penyanyi tayub menembangkan puja asmara
"Negeri Tuan adalah zamrud Katulistiwa !"
"Tetapi sebentar lagi musnah, Sang Perkasa..."
"Alahai siapakah si kejam yang merusaknya ?"
"Para durjana kulit putih rambut merah dari Kerajaan Kegelapan,
Dan para mata sipit kulit kuning dari Dajjalistan !
Begitu ramalanKeropak Jayabaya, oh Baginda !"
Hang Tuah menggemeretakkan gerahamnya
"Cih, saksikan Tuan Pujangga, aku tak akan membiarkan !
Aku bersumpah Melayu tak kan hilang di dunia !"
Sang Pujangga mencatatnya di lembaran Lontara
Tetapi air matanya menetes berwarna darah..
Bumi Sendang Drajat, Lamongan, September 201
Viddy Ad Daery :
Â
ADUHAI LAKSMANA
Â
Aduhai Laksmana raja di laut
Berlayarlah lagi keliling Laut Jawa
Sejak Baginda tak lagi meronda
Para bajak laut berpesta pora
Sedayu, Tuban, Jepara dan Banten
Pelabuhan-pelabuhan utama bagaikan kuburan
Dan hasil bumi rakyat menumpuk tidak terjual
Namun para Syahbandar leluasa korupsi
Menyita rampasan-rampasan di pelabuhan
Dikunci di gudang-gudang milik Kerajaan
Untuk dibagi paroh dengan Adipati dan para pangeran
Rakyat desa kini melarat kering kerontang
Tak mampu lagi beli beras dan ikan
Mereka kini menyate kadal dan belalang
Tembang mereka ratapan sedih dan lara
Merindukan kembali zaman Gajah Mada
Dan kejayaan Laksamana Hang Tuah
Yang kini telah tiada
Pantai Sedayu, Lamongan, September 2018.
Viddy Ad Daery :
Â
BUNGA TANJUNG LESUNG
Bunga Tanjung Lesung ini
Apakah muatan yang berharga ?
Karena baunya tidak semerbak
Hanya merambat wangi serasa kasturi
Yang disukai penduduk surga
Bukan julung-julung manusia
Hang Tuah memelintir kumisnya
Semua muatan selalu hak Sultan Malaka
Tapi apakah sekuntum Bunga Tanjung Lesung
Yang terkulai layu bermuram durja
Akan dirampasnya juga ?
Kapal "Mendam Berahi" terus berlayar
Angin mendorong terlalu laju
Pulau Jawa semakin menjauh
Bunga Tanjung Lesung lesi dan lesu
Pujaannya Hang Tuah tak punya kuasa
Karena hidup matinya tertakluk Sultan Malaka.
Laren, Lamongan, September 2018.
Viddy Ad Daery : Â Â Â
HANG TUAH MELAYARI SELAT KARIMATA
Â
Setelah mengiringkan Sultan Malaka kembali pulang
Hang Tuah memohon ijin perkenan Sang Raja
Untuk berlayar kembali bersegera
Dipilihnya Kapal "Mambang Segara" yang kecil tapi kuat
Bukan kapal "Mendam Berahi" yang besar dan mewah
Atau kapal "Sairul-Alam" yang sedang-sedang sahaja
"Mambang Segara" lajunya meningkah ombak
Yang dituju tidak jauh, hanya Selat Karimata
Sang Laksmana hendak meninjau Pulau Jemaja
Hadiah berharga dari Raja Wilwatikta
Pulau terpencil di tengah lautan
Tetapi indah menawan bergunung-ganang
Pantainya putih berbaris nyiur melambai
Pulau cantik itu akan diwariskan Sang Laksmana
Kepada anak cucunya kelak
Kekayaan paling berharga dalam hidupnya
Di usianya yang kini mulai menuju senja
Meski otot-ototnya masih cukup perkasa
Hang Tuah menangis bahagia
Akhirnya dia yang jujur mengabdi sepanjang hidupnya
Mendapat balasan hadiah dan kehormatan
Meski justru bukan dari Tuannya
Tempat ia berkorban jiwa raga
Tetapi dari Raja Jawa nun di seberang samudra
Penguasa Nusantara
Yang menguasai separuh bumi selatan
Dari Madagascar sampai Kepulauan Timur
Yang hatinya penuh kasih dan dermawan
Jauh dari tamak dan haloba
Lamongan, September 2018
Viddy Ad Daery :
Â
Â
SUMPAH GUNUNG LEDANG
Â
Hang Tuah tertegun lesu
Sultan Malaka ternyata Raja Tega
Sepanjang hidupnya telah dibaktikan padanya
Tetapi balasannya adalah hukum bunuh
Atas dirinya
Sultan telah termakan fitnah si culas Kerma Wijaya
Menuduh serong dengan dayang-dayang Raja
Tetapi semua adalah hoax-hoax-hoax
Untunglah Sang Bendahara punya hati manusia
Dia tak mau membunuh Hang Tuah
Karena tahu kesetiaan Hang Tuah
Seribu satu jasa dan pengorbanan telah dipersembahkan
Sepanjang hidup sejak jadi hulubalang
Hingga jadi Laksamana Utama
Maka dititahkannya suatu muslihat
Hang Tuah dibuang di hutan Gunung Ledang
Namun kepada Sultan dilaporkannya
Bahwa Hang Tuah dimakan macan
Akan halnya Sang Laksmana yang tersia-sia
Dia justru membersihkan
keangkeran Gunung Ledang
dengan sumpah sakti dan mematikan  :
Hai Jambu Rakat, sambut kirimanku
Puteri Runduk di Gunung Ledang
Ambacang masak sebiji bulat
Penjilat tujuh penjilat
Pengarang tujuh pengarang
Diorak dikumbang jangan
Kalau tidak kau sambut
Dua hari jangan ketiga
Mati mampek mati mawai
Mati tersadai pangkalan tambang !
Phuuuaaaahhhhh !!!!!!
Lamongan, Jawa Timur, September 2018
RIWAYAT HIDUP DAN RIWAYAT PEKERJAAN Drs.AHMAD ANUF CHAFIDDI
Â
alias Viddy Ad Daerl
Nominator Test SELEKSI CALON DIRJEN KEBUDAYAAN Kemdikbud RI ( 9 nominee setelah diseleksi dari 50-an pendaftar ).
Drs.Ahmad Anuf Chafiddi, alias Viddy Ad Daery , lahir di Lamongan, Jawa Timur, 28 Desember 1961, menulis laporan berita, puisi, cerpen, novel, artikel/kolom dan naskah drama serta naskah sinetron. Juga menyutradarai dan memproduksi film.
Viddy juga sering diundang untuk menjadi pemakalah pada seminar-seminar Internasional di kawasan Asia Tenggara, antara lain : Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura, disamping di berbagai daerah di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H