Mohon tunggu...
Viddy Daery
Viddy Daery Mohon Tunggu... -

Aku adalah Aku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemanfaatan Sastra Kuno Nusantara untuk Sastra Modern

15 November 2018   16:49 Diperbarui: 15 November 2018   16:50 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di bawah ini adalah beberapa contoh novel sejarah dengan latar Majapahit, dan tentunya sedikit banyak, pasti mengambil bahan dari naskah kuno "Negarakertagama".

Itu baru "Negarakertagama" , belum naskah "Serat Centhini" yang dinilai sebagai karya masterpiece yang sangat luar biasa, karena mengungkap kehidupan Jawa di masa jaya-jayanya Kerajaan Mataram Islam, yakni abad 19 M. Serat Centhini,nama resminya ialah Suluk Tembangraras. Serat ini digubah pada sekitar 1815 oleh tiga orang pujangga istana Kraton Mataram Surakarta, yaitu Yasadipura II, Ranggasutrasna, dan R. Ng. Sastradipura (Haji Ahmad Ilhar) atas perintah K.G.P.A.A. Amengkunegara II, atau nantinya menjadi Sinuhun Paku Buwana V.


Kerja keempatnya menghasilkan karya setebal 4.000 halaman lebih yang terbagi atas selusin jilid. Beberapa jilid di antaranya memuat ajaran erotika yang dibalut dengan mistisisme Islam dan Jawa. Banyak pihak yang menganggap Serat Centhini adalah Kamasutra Jawa.


Serat Centhini terdiri atas 722 tembang (lagu Jawa), bicara soal seks dan seksualitas. Seorang kontributor sebuah surat kabar Prancis, Elizabeth D. Inandiak, menerjemahkannya ke dalam bahasa Prancis, dengan judul Les Chants de l'ile a dormir debout le Livre de Centhini (2002).

Menurut Inandiak, dalam "Serat Centhini", seks tak hanyadiartikan sebagai pertemuan dua alat kelamin manusia, tetapi Seks dapat berarti puncak erotika. Dalam menjelaskan arti erotika, Inandiak tak hanya menjabarkannya dari istilah Barat, tetapi juga menggalinya dari khazanah istilah lokal.

Dan akhirnya, bukan hanya penulis Barat, penulis dalam negeri seperti Agus Wahyudi juga terinspirasi "Serat Centhini" dan membuat versi novel dari naskah "Serat Centhini".  Penerbit : Cakrawala, Jogja, 2015.

Dari sini, sudah jelas, bahwa mempelajari Sastra Lama atau sastra kuno Nusantara dinilai amat sangat penting, karena dari situ, sumber-sumber kearifan lokal Nusantara bisa ditimba dan diperkaya, dijadikan sumber inspirasi masa kini untuk bahan renungan bagi bangsa Nusantara melangkah ke masa depan.

Mngenai adat Raja-raja Melayu misalnya, kita akan mendapat latar belakang serta tata cara berbagai upacara yang berhubungan dengan daur hidup raja-raja Melayu, dari naskah-naskah kuno Nusantara yang berlatar Melayu-Nusantara.. Banyak di antara cerita itu kita jumpai dengan tema kepahlawanan, misalnya cerita-cerita yang bersumber pada dua cerita India Mahabharata dan Ramayana seperti "Hikayat Pandawa Lima" dan "Hikayat Sri Rama". Namun disamping itu,kita juga mendapati cerita-cerita pengaruh Islam seperti "Hikayat Amir Hamzah" dan "Hikayat Muhammad Hanafiyyah"; atau dengan tema percintaan, misalnya "Cerita Panji" yang muncul pada abad ke-14 di Jawa. Cerita yang pada awalnya ditulis dalam bahasa Jawa tengahan ini berkembang luas dan ikut memperkaya kesusastraan di berbagai daerah di Nusantara, seperti Bali dan Melayu dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Dalam sastra Melayu lama satu versi cerita ini muncul dalam bentuk syair berjudul "Syair Ken Tambuhan". Syair ini sendiri berkisah tentang percintaan dua anak raja yang penuh lika-liku sebelum pada akhirnya mencapai kebahagiaan seperti yang mereka cita-citakan. Bahkan beberapa di antaranya telah dikenal luas oleh masyarakat zaman sekarang.

Dan tentunya masih ribuan judul karya sastra lama Nusantara yang menunggu untuk dibedah, dipelajari dan dimanfaatkan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sangat perlu menggalakkannya.

LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN OLEH BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

  1. Menerbitkan naskah-naskah sastra lama yang sudah ditransliterasi dan ditranskrip ke bahasa Indonesia.
  2. Membedah dan menseminarkan buku-buku sastra lama tersebut bekerjasama dengan kampus-kampus seluruh Indonesia.
  3. Memberi fasilitas kepada novelis-novelis yang bersedia menovelkan sastra-sastra kuno Nusantara tersebut.
  4. Memfilmkan, mensinetronkan, menteaterkan, mengkomikkan sastra-sastra kuno tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun