"Ya. Siapa sih yang iseng nempelin beginian? Jadul banget."
Namun, aku bersyukur mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap suara. Aku bisa mengenalinya dari suara. Aku tahu keberadaannya di sekitarku, dari suara. Mungkin terdengar aneh, tapi aku jatuh cinta karena suaranya.
"Nggak tahu." Di sekitarku banyak orang. Tetapi tidak tahu, siapa yang berulah. "Emang kenapa? Mereka iseng lagi ya?"
"Nggak usah dipikirin. Kok belum pulang?" Kudengar dia meremas sesuatu.
"Nunggu adik. Katanya mau jemput, tapi sampai jam segini belum muncul." Mungkin aku menunggu sekitar satu jam. Aku melihatnya tadi di ponsel. Hanya duduk dan berteman hembusan angin kencang dan gemuruh dari langit.
"Mau kuantar pulang?" tanyanya lagi.
Jariku mengetuk-ngetuk kayu yang kupegang. Â Aku khawatir kalau Bebi sudah jauh-jauh ke sini, tapi aku nggak ada. Tapi kalau nggak pulang sekarang ....
Gemuruh kembali menggelegar.
"Boleh?"
"Santai. Kamu tunggu diam sini."
Aku mengangguk dan sedikit sunggingan senyum.Â