Orang-orang selalu marah, kalau beras dan sayuran mahal. Apalagi pada si cabai merah atau cabai rawit. Mereka mengeluh seperti mama dan bapak Iris di kampung yang pontang panting mencari pinjaman agar beras dan sayurannya sehat. Iris hanya bisa menghela nafasnya berat.
Iris kembali berpikir, kenapa mama dan bapaknya tidak sekolah seperti mama dan bapak teman-temannya? Bukankah dulu pada zaman mereka semua serba murah meriah, kenapa mereka tidak sekolah? Sekolah murah pada zaman mereka, kenapa tidak dimanfaatkan untuk mengubah nasibnya kini. Nasib anak-anaknya yang juga ada yang tidak sekolah kecuali Iris seorang.
Iris terus termenung dalam berbagai ingatan dan khayalannya yang cukup untuk menggembirakan sesaat, kemudian tampak menyedihkan ketika Iris bercermin.
 "Bagaimana rasanya... punya segalanya... tanpa harus berdarah-darah?"
______________________________________________________________________________
Meja belajar, 03 September 2024
Pernah diikutsertakan pada lomba cerpen PDS HB Jassin 2024. Hanya sebagai peserta saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H