Mohon tunggu...
Flower Nice
Flower Nice Mohon Tunggu... Penulis - Author

Flower nice adalah sebuah nama pena dari seseorang yang ingin menyampaikan pesan-pesan lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jelmaan Sosok Ayah

29 Juni 2024   10:14 Diperbarui: 29 Juni 2024   10:28 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Rupanya bocah yang kondisinya mulai membaik itu tidak tidur. Dia mengamati ibunya. Lena mengangguk.


"Apa sekarang lebih baik?" Tatap Lena memastikan kondisi.


Dia mendapatkan anggukan mantap. Rupanya api mampu mengusir udara dingin yang menjadi musuh terbesar putranya. Kamar itu berubah lebih hangat.


"Apa Kau sangat membenci Ayah Darma?"


Pertanyaan kali ini membuat Lena terpaku pada asap putih yang meliuk-liuk di atas jelaga merah. Bayangan suaminya muncul dari sana. Lena menambah potongan kain supaya lebih banyak asap yang tercipta dari api yang membara. Bayangan suaminya kian jelas seiring pekatnya asap. Ia ingin tahu keadaan lelaki yang menikahinya dua belas tahun lalu.
Sosok Darma terlihat sangat tampan, tersenyum pada Lena. Selalu saja, Lena terpesona pada senyum itu hingga dengan mudah menjatuhkan hatinya. Sosok itu menggenggam tangan Lena, menatap dengan mata sipitnya yang indah. Lalu mulai membelai rambut, mengajaknya memadu kasih.
Siapa pun akan terbuai bila Darma mulai menyentuh. Tidak akan ada wanita yang sanggup menolak. Sayang, sentuhan Darma tidak hanya untuk Lena. Wanita-wanita dari Pemukiman Utara yang terkenal cantik-cantik menjadi mangsa. Tidak semua, tapi banyak. Bahkan seorang gadis yang dinobatkan tercantik di Utara pun takluk oleh bualan Darma.


Semua kebejatan itu disembunyikan oleh Lena. Dia memang naf. Terlalu mudah menjatuhkan hati pada bualan kata dan tatapan mata penuh cinta. Lalu, tanpa menimbang apapun, bersedia menerima, memaafkan dan menuruti kemauan Darma untuk menyembunyikan kebejatannya.


Ada hukuman adat bagi penduduk Pemukiman Selatan yang berbuat bukan dengan istrinya. Tapi Darma yang berulangkali melanggar selalu lolos. Itu karena Lena pintar membuat alasan sehingga tetua tak mampu berkutik.
Sedangkan di Pemukiman Utara, kehidupan terlampau bebas. Itulah alasan ayah bocah itu memilih wanita-wanita utara. Selain cantik, mereka juga melakukan dengan sukarela. Tak pernah menuntut apapun setelah menenggak kesenangan bersama. Bahkan jika perut mereka terisi bakal anak yang terbentuk dari kesenangan sesaat itu, wanita utara lebih memilih menggugurkan daripada meminta pertanggung-jawaban.


Kepulan asap menipis, jelmaan sosok ayah Darma nyaris lenyap. Buru-buru Lena menambahkan kain ke dalam bara api. Ia ingin ditunggui lelakinya lebih lama.


"Cukup Mama! Api yang besar bisa membakar rumah kita," cegah Sang Putra ketika Mamanya terus memasukkan perca kain ke dalam api.


Kali ini Lena tergugu, sadar dari halusinasinya. Ternyata rasa itu masih sama. Rasa cinta itu menetap meski lara kerap dicecap.


Semula, ia mengira kalau rasa cintanya pada Darma berganti benci ketika suaminya mengaku tidak lagi mencintai dirinya. Darma mengeluh bosan pada Lena yang tak pandai bersolek. Kini, ada seorang wanita cantik dari utara yang bersedia melayani dan menghidupinya. Maka, Darma memutuskan ikatan pernikahan dengan Lena lantas melenggang pergi. Teriakan, permohonan dan sujud Lena di kaki Darma tidak mengubah keputusan lelaki amoral itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun