Tapi, sekali lagi, itu pun masih bersifat simbol. Ya, Idulfitri  pada satu sisi  adalah simbol pemerataan  ekonomi.
Bila pada hari-H Idul-fitri  tidak boleh ada orang yang kelaparan, begitu juga pada hari-hari berikutnya tidak  membiarkan adanya kelaparan, akhirnya kini jadi kenyataan khususnya di kampungku.
Sebelumnya gambaran Idulfitri itu versi Lebaran, seiring dengan berakhirnya Ramadan, kuhamburkanlah segala daya dan upaya untuk menyongsongnya dengan berbagai pemborosan. konon demi mencapai kesucian sebagaimana bayi yang baru lahir.
Saatku remaja lebaran kurasakan hanya momentum untuk pura-pura bahagia, pura-pura dapat kemenangan, bahkan pura-pura mengaku punya salah dan saling minta dan atau memberi maaf. Meski tidak tahu persis letak kesalahannya di mana, sehingga tidak dapat merobahnya atau tidak ada perubahan setelahnya.
Menuju Idulfitri Versi Al-Quran
Istilah  "Fitri" beradal dari kata "Fathara" dalam QS Rum:30 artinya "Din" atau regulasi, yaitu Dinul Islam.
Jadi Idulfitri adalah Kembali mengurus hidup menurut ajaran Allah yakni Dinul Islam. Kembali disini bukan berarti mudik ya?. Tapi lebih khusus lagi adalah Kembali hidup menurut Zakat satu pembinaan Perekonomian Islam.
Kala kuhubungkan dengan Ramadan, setelah sebulan kita menggapai Rahmat, Maghfirah serta Itqun Minannar, dimana selama Ramadan berupaya Tadarrus (mempelajari al-Quran), memperdalam pemahaman visi dan missi Islam, yang tercantum dalam Al-Quran. Maka usai Ramadan, Â bisa 'Idulfitri secara hakiki yaitu: Kembali hidup menurut Ajaran Allah/Dinul Islam semurni-murninya dengan konsisten.
Sekarang aku tidak lagi melakukan pemborosan, pamer pakaian dan makanan yang cenderung komsumtif, bagiku itu taubat yang sangat mengesankan.Â
Jadi indikasi keberhasilan Shaum dapat dilihat dari perilaku setelahnya. Jika Shaum gagal merubah alam pikiran dan sikap hidup orang yang mengaku mukmin, maka tradisi Fatamorgana seperti itu akan terus terjadi setiap Lebaran, jika tak mempelajari Al-Quran.
Idulfitri yang merupakan penutup Ramadan juga sebagai pintu gerbang bagi  perayaan nilai-nilai Qurani. Yang mengesankan, perayaan itu dimulai dengan pembagian "Zakat Fitrah" secara simbolik menuju realisasi pengentasan  kemiskinan dan kelaparan.