Mohon tunggu...
Abdi Galih Firmansyah
Abdi Galih Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Menebar benih kebaikan, menyemai bunga peradaban, panen kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mbah Lim

6 September 2024   17:03 Diperbarui: 6 September 2024   17:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hei sudah gilakah kalian! ayo hormat, tundukkan kepala, itu ada Kanjeng Nabi lewat!"

Aku tak begitu faham dengan orang ini. Aneh.

Sementara, punggung jaketku kuyup diguyur hujan. Kulepas dan kutaruh di kursi kiri yang kosong. Kebetulan, hanya aku satu-satunya pelanggan sore itu. Kesal menjadi muncul, ketika mengingat buku catatanku yang terbang dilibas angin dan dilindas hujan waktu di jalan. Aku jengkel dengan kondisi jalan berlubang yang kian hari semakin hancur.

 "Hidup sebaiknya sabar, walau pahit. Seperti kopi ini" ujarnya sembari menaruh pesananku di atas meja berbahan sungkai.

 "Mas, hujan itu jangan dipandang sebagai tetesan yang mengganggu, disitu banyak nyawa yang terselip"

"Maksudnya nyawa apa Mbah?" tanyaku.

 "Lihat jaketmu itu, ia meresap"

"Lihat mereka yang haus, ia menyegarkan"

"Lihat mereka yang wudlu, ia menyucikan"

"Lihatlah hujan, ia menghidupi semua"

"Air itu nyawanya banyak sekali, Mas"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun