Mohon tunggu...
Vera Damayanti
Vera Damayanti Mohon Tunggu... Novelis - Novelis Digital

Hanya seorang penulis dalam dunia digital yang ingin berbagi inspirasi dan imajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Legionnaire: Battle of The Heart #9

29 Januari 2025   09:56 Diperbarui: 29 Januari 2025   09:56 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramshad Ali and Taja (Source: two characters and background are generated by Meta AI, novel cover is designed by Vera Damayanti)

Utusan itu terkekeh. "Huh, sembilan kerajaan besar. Bagaimana jadinya jika semua kerajaan kecil bersatu? Kalian tidak ada apa-apanya. Eyn, Hinnan, Rhoden, Thourgan, katakan saja. Bukankah kalian berperang satu sama lain? Ha ha ha ha!" oloknya, tapi itu kenyataan.

Taja tahu bahwa tidak ada gunanya membela diri. Ia ingin tahu lebih banyak. "Jadi, kalian adalah kerajaan-kerajaan kecil yang bersatu? Hm, menarik. Siapa raja kalian? Atau setidaknya, yang dianggap paling cerdas?" pancingnya kemudian. Ia masih belum percaya bahwa ketiga orang itu adalah utusan biasa. Sementara itu, Ramshad telah kembali ke posisinya.

Tiga utusan tersebut saling pandang.

"Setahuku, semua kerajaan kecil itu tidak diganggu karena tidak punya pasukan. Jika sebaliknya, maka ...." Taja sengaja tidak meneruskan kata-katanya, mencoba melihat reaksi mereka.

"Eh, ... maksudmu, kami pantas diserang?" Dia menjeda sebentar kalimatnya setelah Taja mengangguk sebagai jawabannya. "Sebaiknya, kalian ikut kami ke tenda raja. Sesudahnya, kalian akan paham kalau kami sama sekali tidak berniat jahat."

Taja mengerutkan alis, tanda tidak setuju dengan undangan itu. "Jika dia raja yang berani, maka bersikaplah seperti tamu yang disegani."

"Kami sudah mengirim tanda ke istana Eyn, tapi ternyata kalian tidak mengizinkan masuk, kemudian kalian datang bersama satu pasukan kecil bersenjata. Sekarang raja kami disuruh datang kemari? Eyn benar-benar sangat 'sopan'!"

"Lain kali, belajarlah memahami protokol kunjungan resmi, Tuan. Kalian tiba-tiba datang diikuti pasukan, bagi kami itu adalah isyarat perang. Jelaskan dengan baik pada Yang Mulia, kami bisa menunggu. Jika beliau tidak berkenan, maka kalian bisa balik arah dan pulang. Kami pun akan menunggu sampai rombongan kalian menghilang."

Tanpa beradu pendapat lagi, ketiga utusan itu mengarahkan kuda-kuda tunggangan untuk kembali ke tenda, melapor pada raja.

"Kurasa, inilah sebabnya mengapa Yang Mulia tidak bersedia menyambutnya. Mungkin saja mereka tidak serius atau pura-pura bodoh demi sesuatu," ujar Ramshad, usai mendekat.

Taja mengangguk setuju. "Satu pasukan kecil, kau yakin?" tanyanya, memastikan yang dilihat Ramshad sesuai dengan situasi yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun