Rombongan bergegas menembus gerbang utama, melintasi tangga makam yang panjang. Satu-satunya tempat di Eyn yang bernilai sejarah baru sekaligus mengerikan, di mana setiap orang wajib melewatinya. Buah pikir 'kegilaan' Carlo Dante untuk mengingatkan musuh yang coba-coba mengganggu ketenteraman rakyatnya.
"Satu anak tangga, satu kepala," ucapnya dingin, ketika makam pertama selesai ditutup untuk mayat seorang raja diktator yang haus darah dan ingin 'mencicipi' hijaunya Kerajaan Eyn.
"Bagaimana dengan anggota tubuh lainnya?" tanya Ramshad.
"Sucikan dan gabungkan bersama kuburan massal pasukannya. Aku ingin mereka menyatu di neraka. Setidaknya ini adalah penghormatan terakhir kita dengan mengizinkan dia 'tinggal' di Eyn."
Dalam keadaan mati, lanjut Ramshad dalam hati. Ia yakin, adat baru itu bukan hobi, melainkan strategi pertahanan agar musuh berpikir ribuan kali sebelum berani menjejakkan kaki di bumi Eyn. Bagi mereka yang sudah mendengar adat ini, tentu tidak akan berani. Akan tetapi lain halnya dengan yang bernasib malang. Tiada asal mula yang menyebabkan mereka terhina melainkan karena kebodohan.
Jalur itu bukan satu-satunya yang harus dilalui pasukan pimpinan Taja. Ada gunung batu yang memiliki limpahan air terjun misterius, yaitu mampu membuka tabir airnya saat pasukan Eyn hendak melewatinya namun menjadi maut bila pasukan musuh menerobosnya. Banyak orang berkata bahwa Ratu Eyn Mayra-lah pengendali sistem pertahanan yang ajaib itu, sedangkan suaminya bertugas memenangkan perang.
Setelah gunung batu, masih ada wilayah pertahanan lain yang berbahaya sehingga tidak boleh sembarang orang, terutama rakyat Eyn, untuk melewatinya. Mereka memiliki jalur khusus yang dijaga ketat sehingga kecil kemungkinan penyusup yang berniat jahat bisa masuk. Penyebab lainnya adalah karena ciri khas dan karakter penduduk asli negeri itu. Kulit agak pucat, garis wajah halus serta bukan tipe bangsa petarung sangat memudahkan penjaga untuk membedakan mereka.
Tidak heran, semakin sedikit raja lain yang berniat merampas Eyn setelah Carlo Dante berkuasa. Dante mengubah Eyn menjadi negeri indah sekaligus kuburan bagi mereka yang tetap nekat, tepatnya sejak Zaghas Ardeth mampu menembus pertahanan dengan menggunakan teleportasi serta menguasai seluruh istana. Raja Kerajaan Hinnan tersebut memanfaatkan kepergian Dante, kemudian memengaruhi ratu dengan mantra seorang dukun wanita. Terakhir, membawa masuk seluruh pasukan Hinnan. Di bawah tekanan yang mempertaruhkan keselamatan sang ratu, Taja dan Ramshad hanya bisa menunggu rajanya yang kemudian datang dalam keadaan 'hancur'.
Setiap kali mengingat itu, hati Ramshad Ali tercabik-cabik. Satu-satunya peristiwa saat ia menyatakan dirinya telah gagal melindungi istana. Hingga kini ia bahkan tak habis pikir, mengapa rajanya membiarkan Zaghas Ardeth tetap hidup tanpa sekalipun membalas perbuatannya dengan melakukan ekspansi. Mudah bagi Ramshad menempatkan diri pada cara berpikir seseorang, tapi tidak berlaku pada otak Carlo Dante. Contohnya sekarang, Dante seharusnya memimpin pasukan, namun tak seorangpun tahu keberadaannya, termasuk Ramshad.
"Ingat, Ramshad, jika kau nekat membuntutiku setiap waktu, maka aku terpaksa menghabisimu." Ultimatum keras itu yang membuat Ramshad yakin bahwa Dante tidak butuh perlindungan apapun.
Sampai di tepi sungai, Taja memberi aba-aba untuk berhenti. Ramshad segera menyejajarkan Ramshi dengan kuda putih Taja.