Dante tetap menatap dingin bawahannya itu tanpa mengubah suasana hati. Melacak jejak kejujuran Taja, wanita asal Rhoden yang memutuskan untuk bersumpah setia mengabdi pada Kerajaan Eyn yang dipimpinnya. Usai yakin dengan nalurinya, Dante berjalan menuju peti di sebelah Taja, menghadap peti dan tanpa menoleh ke arah Taja, ia pun kembali berkata, "Mundur. Kutunjukkan padamu apa isinya jika kau tetap bersikeras. Jangan sampai ini menjadi mimpi burukmu, Taja."
Beberapa detik kemudian, kala penutup peti dibuka, wanita itu yang semula berdiri terpaku, sekarang bahkan tak mampu bertumpu pada lututnya sendiri. Kedua matanya terbelalak tak percaya, mulutnya terbuka. Sosok kegelapan dari masa lalu itu kembali muncul setelah sekian lama disangkanya telah mati! Tanpa terasa, tubuhnya gemetar dengan keringat bercucuran. Ia benar-benar tidak siap.
"Sudah?" tanya Dante tanpa senyum sedikitpun. Sengaja membiarkan sosok kegelapan di dekatnya menjatuhkan mental Taja agak lama.
Sambil memeluk pilar, Taja yang jatuh terduduk langsung menganggukkan kepala berkali-kali tanpa berani menyaksikan sosok itu lagi.
Lambat laun, dapat dirasakannya hawa jahat itu telah sirna. Walau demikian, ia tetap tak bergerak dan baru berani membuka mata ketika tangan Dante terulur padanya, memerintahkan untuk bangkit.
"Ternyata kalian sudah saling kenal," kata Dante, setengah menyindir mental Taja yang langsung melempem saat melihat sosok dari dalam peti.
Taja pun bangkit meskipun kedua lutut masih bergetar, degup jantung juga masih sulit dikendalikan sampai harus mengatur napas beberapa kali supaya lebih tenang.
"Di-di-dia! Mengapa ... me-mengapa ...." Kalimatnya masih terputus-putus dan terbata-bata. Tangannya menutupi mulut untuk menyembunyikan suara serak yang hampir sulit keluar.
Saat itulah, Dante sedikit tersenyum setelah menangkap sesuatu di jari Taja. Cincin itu tak luput dari sorot matanya yang tajam, tahu persis siapa pemilik aslinya.
"Aku tidak keberatan jika kau ingin mengulang pertarungan di masa lalu untuk menempa kemampuanmu," tantang Dante, dan sebelum pergi, ia berkata pelan, "Katakan pada Ratu, Yang Mulia menemui seorang wanita."
Taja semakin tak tentu arah. Apa maksud raja memanfaatkan dirinya untuk berbohong?