Bab 7 Kepingan Teka-Teki
Pintu besi nan kokoh sudah berada di depannya. Ia sangat yakin bahwa sang raja berada di dalamnya melalui petunjuk cincin. Taja benar-benar nekat! Sekarang, atau tidak sama sekali, pikirnya. Lebih baik mengambil risiko kehilangan segalanya daripada terus penasaran hingga seumur hidup. Peringatan Ramshad tidak mampu mengurungkan niatnya. Meskipun ingat dan tetap nekat, namun Taja melupakan satu hal. Carlo Dante bukan lagi manusia biasa.
Berbekal kemampuannya membuka pintu sealot apapun, batas penghalang dengan ruang senjata berhasil ia taklukkan seiring pengaruh cincin yang telah memudar.
Mengendap-endap, semaksimal mungkin pergerakannya tidak terdengar. Pintu sengaja ia biarkan sedikit terbuka agar mudah melarikan diri.
Sepi.
Ruang itu tetap gelap tanpa ada tanda-tanda seorang pun. Jadi, ke mana Yang Mulia?
Ia memberanikan diri melangkah, terus melangkah ke tengah ruangan yang minim cahaya hingga mendekati salah satu peti. Indra perabanya merasakan dingin kala bersentuhan dengan permukaan halus benda itu. Jika diamati, setiap peti memiliki ciri khasnya sendiri, bahkan yang terletak agak jauh darinya dihiasi motif aneh nyaris serupa dengan burung besi yang pernah dilihatnya. Untuk beberapa saat, ia sibuk dengan alam pikirannya sehingga tidak menyadari akan keberadaan seseorang yang sejak tadi diam mengamatinya dari balik bayangan sebuah pilar besar.
"Seingatku, aku tidak memanggilmu, Taja."
Berat suara itu mengagetkan dirinya. Taja berbalik dan melihat Carlo Dante telah keluar dari kegelapan.
"Maaf, tapi ...," kelu lidahnya bingung harus menjawab apa sebab ia memang bersalah. Sangat bersalah. Meskipun raut wajah rajanya tidak mengisyaratkan rasa marah, akan tetapi ia tetap berhati-hati dan siap dengan segala konsekuensi. Sadar bahwa raja menunggu jawabannya, ia memberanikan diri membuka suara, "Sebagai panglima perang, saya juga berhak mendapatkan kepercayaan penuh, sama seperti yang Anda berikan pada Ramshad."