“Bagaimana kau tahu bahwa ada pemilik serigala yang sesungguhnya?’
“Mudah. Para serigala membenci baunya.” Setelah mengatakan itu, Ramshad meninggalkan markas senjata.
Dalam hati, Taja memuji kecerdasan seorang Ramshad Ali dalam hal strategi, namun ia tak bisa mengakali pergerakan pria itu dengan cara yang sama kali ini. Tidak lama kemudian, ia memerintahkan beberapa penjaga untuk menutup markas senjata. Ruangan itu pun berubah sepi dan gelap, sesuai perintah raja.
Musim gugur terasa berbeda bagi Ramshad kali ini. Awan gelap lebih sering meraung akibat perubahan iklim yang ekstrem. Hutan dan hujan sudah pasti menguntungkan kawanan serigala yang hendak diburunya. Akan tetapi, bukan dosa mereka jika diperintah oleh majikan yang salah sehingga ia merasa tidak perlu terburu-buru berkunjung ke sarang mereka.
KIni, di depannya tampak sebuah rumah kayu yang kusam karena lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Sepasang suami istri yang tiba-tiba menikah tanpa memikirkan cinta, sebuah pernikahan palsu untuk menutupi aib seseorang yaitu mantan istri Ramshad sendiri. Setidaknya itulah anggapan Taja kepadanya. Kenyataan pahit yang ternyata mampu membebaskan pria itu dari belenggu permainan dua pengkhianat. Namun, sebagai pria, Ramshad harus berjiwa besar. Ia harus belajar menelan pil pahit kehidupan dari seorang wanita yang pura-pura mencintainya demi pria lain yang ternyata adalah mata-mata kerajaan lain. Tidak ada hubungannya dengan harga diri. Ia sama sekali tidak merasa terusik.
Sebuah bogem mentah lebih tepat bersarang di rahang kekasih istrinya kala itu, hingga menyebabkan lumpuh saraf permanen. Yah, itu sudah cukup, batinnya.
Memasuki rumah penuh kenangan buruk yang sudah lama terpendam dalam ingatannya, Ramshad melangkah menuju jendela ruang tamu yang menghubungkan pandangannya dengan lapangan kecil tempat bermain anak-anak. Seharusnya sudah ramai siang ini namun hanya ada beberapa anak laki-laki di sana. Mereka asyik memainkan gundu.
“Berapa uangnya?” tanya salah satu anak, terlihat yakin bahwa dia akan menjadi pemenangnya.
“Tiga ratus.”
“Ha? Cuma tiga ratus? Laga tingkat bayi saja lebih dari itu!” protesnya.
Dahi Ramshad berkerut. Apa yang dimaksud dengan tiga ratus? Uang untuk membeli gundu? Apa lagi ini, laga tingkat bayi? Ia kembali menyimak baik-baik.